Mohon tunggu...
Melika Fifany
Melika Fifany Mohon Tunggu... Lainnya - A dreamer

Aku adalah seorang penulis yang lebih suka berpikir lalu menulis daripada berbicara terlalu banyak.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pentingnya Mematuhi Aturan demi Terciptanya Kenyamanan Bersama

1 Agustus 2018   17:42 Diperbarui: 1 Agustus 2018   17:58 3446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Peraturan tercipta untuk membuat keteraturan, tetapi bagi sebagian orang peraturan tercipta untuk dilanggar. Hal yang unik bukan ? Jika memang peraturan ada untuk dilanggar, menapa harus repot membuat peraturan yang harus memenuhi kepentingan bersama ? Dalam hal ini, saya tidak menyalahkan peraturannya tetapi orang-orang yang telah melanggar peraturan tersebut.

Tinggal di ibukota Indonesia, Jakarta, selalu menguji kesabaran setiap warganya. Bagaimana tidak, ketika pemerintah sudah berjerih lelah membuat peraturan untuk menertibkan ibu kota, tetapi dengan santai warganya melanggar peraturan dengan berbagai alasan pribadi. Saya yakin semua manusia yang tinggal di ibukota Jakarta memiliki alasan masing-masing untuk terburu-buru, tetapi apakah alasan itu bisa dijadikan benar-benar alasan ketika kita hendak melanggar peraturan yang tealh disepakati bersama ?

Seperti kejadian pada hari Sabtu, 21 Juli 2018 yang saya alami ketika menaiki bus Transjakarta dengan jurusan Ancol melalui rute Kp. Rambutan. Pada saat itu ternyata sedang dilakukan perbaikan jalan di depan halte busway Cipinang Kebon Nanas, tetapi macet yang disebabkan sudah berefek panjang ke halte-halte busway sebelumnya.

Macet panjang ini ternyata membuat para pengguna jalan menjadi geram. "Bagaimana mungkin macet terjadi di hari Sabtu ?", gumam para penumpang busway yang berada di samping kiri saya. Dan saya juga melakukan demonstrasi atas macet yag kepanjangan itu, "Kenapa saya tidak menunggu bus yang melewati Kp. Melayu saja ?". Dan sontak saya mendengar semua penumpang mengeluarkan dumelan mereka yang penuh dengan kata "KENAPA... KENAPA... KENAPA...." Ah sudahlah, nasi telah menjadi bubur. Kami sudah bersama -- sama berada di bus itu.

Hal yang paling menarik perhatian kami pada saat itu adalah tingkah pengendara motor. Bagaimana tidak, jalan yang sudah dikhususkan pemerintah untuk dilewati oleh bus Transjakarta, mereka gunakan demi kepentingan pribadi. Mereka berlomba-lomba untuk saling mendahului, baik sesama pengguna motor, mobil bahkan bus. Separator jalan yang dikhususkan untuk bus Transjakarta telah penuh dengan pengendara-pengendara motor. Tidak adanya kesabaran dan semuanya menjadi carut marut.

Kejadian unik terjadi lagi ketika pandanganku terarah ke pengguna bus Transjakarta yang hendak menyeberang jalan tetapi tidak menggunakan tangga penyeberangan. Kejadian ini membuatku berpikir, pelanggaran peraturan bukan hanya bagi mereka yang memiliki kendaraan pribadi tetapi bagi yang tidak memiliki juga. 

Apakah mereka tidak memikirkan keselamatan pribadi ketika hendak menyeberang jalan sementara mobil, motor,dan bus sedang melaju dengan kencangnya ? Tapi dengan ajaibnya, tangan mungil mereka mampu menghentikan kendaraan-kendaraan yang ukurannya jauh berkali lipat lebih besar. Seakan-akan membenarkan dan mempersilahkan mereka untuk berbuat sesuai yang mereka inginkan.

Hal-hal di atas masih contoh kecil dari sekian banyak pelanggaran-pelanggaran yang terjadi di ibukota Jakarta. Tidak ada pelanggaran yang mampu menentramkan kepentingan bersama. Pelanggaran-pelanggaran kecil sekalipun yang kita anggap sederhana, ternyata mampu mengganggu kepentingan bersama. Jika masing-masing kita menggunakan kepentingan pribadi untuk merusak kepentingan bersama, kepentingan siapakah yang terpenuhi ?

Penyalahgunaan peraturan kerap kali terjadi jika menyangkut kepentingan pribadi di atas kepentingan bersama. Seringkali kita tidak menyadari bahwa perilaku/ tindakan kita telah menggangu kepentingan banyak orang. Seringkali keegoisan pribadi menghambat keberlangsungan tujuan bersama. Apakah kita manusia yang diciptakan oleh sang Pencipta tidak memiliki pengontrolan diri ? Kita ada dan hidup tidaklah sendirian, tetapi ada banyak orang yang juga mengharapkan haknya untuk dihormati.

                                                                                                                                                                                                                                                                              Melika Fifany

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun