Mohon tunggu...
Meliana Ayu
Meliana Ayu Mohon Tunggu... -

Bisa jadi , dia tidak benar-benar meninggalkanmu !

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kebahagiaan Itu Apa?

29 Januari 2012   11:33 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:19 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah kamu bersyukur karena hidupmu sudah terlampau sempurna? Atau kah masih banyak keinginanmu yang belum terwujud. Aku sampai tidak mengerti tolok ukur kebahagiaan seorang manusia. Cukupkah hanya dengan harta yang berlimpah dengan jabatan tinggi saja sudah membuatmu merasa itu serasa di surga hingga kamu patut memperlakukan secara tidak adil terhadap seseorang yang kamu anggap lemah! Melecehkan, menghina, merendahkan, lalu apa lagi yang kamu perbuat? Tak cukupkah dengan kamu bersenang-senang dengan hartamu sudah membuatmu riang gembira dengan tidak membuat sedih perasaan seseorang. Orang yang kamu anggap lemah nyatanya masih tulus berdoa untuk kebahagiaanmu. Lalu, sebenarnya apa yang sedang kamu cari? Jangan pernah bermain-main dengan perasaan seseorang terlebih menyakitinya. Jika kamu belum pernah diajarkan tentang hukum karma. Setahuku, Tuhan tidak pernah mengajarkan untuk berlaku semena-mena kepada sesama umatnya.
***

Perbedaan kasta. Bukankah itu ajaran umat Hindu? bukan ajaran tentang agama yang aku anut. Lalu mengapa, itu sudah menjadi hal yang biasa. Apakah kebahagiaan hanya milik orang kaya sedangkan yang miskin tidak berhak? Kita semua sama di mata Tuhan, yang membedakan hanyalah amal tidak lebih. Apa harus kuucapkan keras-keras pernyataan ini dihadapanmu agar kamu mengerti. Kesombongan apa yang kamu tunjukkan kepada semua orang tetapi semuanya bukan milikmu dan bukan jerih payahmu. Jadilah orang yang mampu berdiri sendiri di atas kedua kakimu. Tidak bergantung dan meminta tapi berusahalah.
Sebentar saja lihatlah orang-orang yang tidak seberuntung kamu yang masih dengan keras bekerja dengan peluh dan doanya demi menyambung hidup. Sebenarnya mereka mengeluh tetapi mereka sadar mengeluh saja tidak akan berguna terlebih bisa mengubah keadaan. Tahukah susahnya menjadi seorang tukang becak dengan pendapatan yang tidak menentu, dia masih tetap tulus menanti para penumpang. Pemungut sampah keliling yang setia melewati rumah kamu demi gaji yang tidak seberapa tetapi dia harus bergelut dengan bau yang tidak sedap setiap harinya. Pedagang asongan yang berasal dari kota seberang, rela berjalan berkilo-kilo meter menjual dagangannya untuk menghidupi anak istrinya di rumah. Seorang ibu yang rela mengemis demi mencari sesuap nasi untuk anak-anaknya. Banyak diantara mereka yang sudah berusia lanjut dan renta yang harusnya sudah menikmati hari tua bersama anak cucunya dirumah. Sadarkah begitu susahnya mereka dengan keterbatasan yang mereka miliki tapi mereka tetap mau berjuang dan masih sempat mengucap syukur kepada sang Pencipta.
***
Ini hanya sebagian kisah mereka yang kutulis dengan rasa bangga bahwa mereka masih memiliki semangat hidup yang tinggi dan tetap mampu tersenyum saat ada beberapa orang yang mencemoohnya serta menganggap mereka sebagai sampah masyarakat. Seandainya saja kita bisa memutar waktu dan memilih kesempatan hidup yang seperti apa yang nantinya kita inginkan. Mungkin banyak diantara mereka ingin hidup layak seperti orang kaya. Oleh sebab itu, bertemanlah dengan waktu. Jika kamu sudah bisa menghargai waktu kamu tidak akan pernah menyia-nyiakan waktu yang setiap detik mengajarkanmu banyak hal. Time is more valuable than money. You can get more money, but you cannot get more time. Be wise!
***
Sampai detik ini aku tidak tahu, bahagia itu dilihat dari perspektif apa dan bagaimana. Yang aku tahu, ingatlah Tuhanmu maka kamu akan bahagia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun