***
"Panggilan kepada Ananda Elvira, sebelum pulang diharapkan menemui Bu Hani di ruang Kepala Sekolah." Pengumuman melalui speaker itu membuat seisi kelas menoleh ke arahku.
"Wah, kamu dipanggil Ibu Kepsek, El," celetuk Rini, temanku sebangku.
"Enggak kok. Ngapain aku dipanggil Ibu Kepsek? Lulus SMA aja belum," jawabku ringan. Rini meringis menahan tawa.
"Lelucon garing," sahutnya.
Aku tidak menjawab. Hanya tersenyum lalu komat-kamit lagi, melanjutkan hafalan Sistem Periodik Unsur-Unsur. Biarpun materi ini sudah disampaikan sejak awal masuk SMA, tapi kalau tidak rutin dibaca, akan cepat menguap dan pergi begitu saja dari ingatan.
"Ada masalah apa ya, El? Kok sampai ke Kepala Sekolah?" tanya Rini lagi.
Aku terdiam sejenak. "Entahlah. Mungkin karena aku keseringan bolos tiap hari Selasa. Mungkin beliau dapat laporan dari Ibu BP (Bimbingan dan Penyuluhan)---nama sebenarnya Ibu Ratna, tapi kami terbiasa memanggilnya Ibu BP---karena Bu BP sudah tidak sanggup lagi menasihatiku."
Rini manggut-manggut mendengar ucapanku. "Iya juga ya. Lagian kamu sih, keras kepala banget. Kamu bisa kan tinggal di tempatku? Mama lagi butuh tenaga untuk bantuin bersih-bersih di rumah. Kalau kamu mau, kan enak. Kamu bisa tiap hari berangkat sekolah, dapat penghasilan juga. Jadi mamamu tidak sampai menunggak hutang di bank."
"Aku gak tega kalau harus meniggalkan mama sendirian di rumah, Rin," ucapku lagi. "Kondisi Mama akhir-akhir ini kurang baik."
"Karena banyak pikiran mungkin, El. Mikirin hutang."