Mohon tunggu...
Meliana JunitaAzhari
Meliana JunitaAzhari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Teruslah Berkarya

Allah as always number one

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perubahan Karena Proyek Kereta Api Cepat

5 Maret 2021   08:52 Diperbarui: 5 Maret 2021   08:59 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dua tahun terakhir ini, berjalan proyek kereta api cepat Jakarta-Bandung sebagai bentuk kerjasama Indonesia dengan China. 

Setelah diamati oleh saya selama pergi dan pulang sekolah, sawah, pohon serta bangunan-bangunan banyak berubah menjadi lahan pembangunan kereta api cepat ini.

Warna hijau yang memanjakan mata berubah menjadi lahan gundul dengan tanah yang berceceran di ruas jalan raya. Mobil-mobil besar hilir mudik memenuhi jalanan dengan membawa tanah dari lahan satu ke lahan lain. Atau membawa bahan untuk memuat jalan kereta api cepat ini.

Salah satu jalur yang dilewati oleh proyek kereta api cepat itu dari Padalarang-Cikalong Wetan. Sejalan dengan arah pergi dan pulang saya menuju sekolah.

Dua minggu ke belakang, saya pulang dari sekolah menaiki angkot. Jalanan ke arah pulang sangat berdebu dengan tanah kering yang bersatu dengan aspal di jalanan. Membuat jalanan tidak rata. Para pengguna jalan pun terganggu dengan kerikil yang masuk ke mata walaupun sudah memakai pengaman wajah.

"Aduh jalan jadi rusak ya, dibersihkan pakai air malah licin." Kata supir angkot yang saya tumpangi.

Saya hanya tersenyum mendengar perkataan supir angkot. Memang benar, jalanan jadi sangat berdebu dan akan licin jika hujan gerimis.

Hari Jumat kemarin, saya kembali pergi ke sekolah untuk mengumpulkan tugas. Saat pergi, hari sudah mendung. Saya pulang lagi menaiki angkot dengan hujan yang deras. Di perjalanan dekat proyek kereta cepat ini kendaraan melaju dengan pelan.

Ternyata, air hujan tidak masuk sekolan yang mengalir ke arah sungi kecil di bawah, melainkan meluber ke jalan raya bersatu dengan tanah sehingga warnanya menjadi coklat.

Saya juga melihat bahwa air sungai yang mengalir diperkecil alirannya oleh proyek kereta api ini. Membuat air hujan yang mengalir di sungai susah mengalir, airnya akan lebih menguap ke atas.

"Waduh banjir ternyata di sini." Kata salah satu orang penumpang.

Saya berfikir, "Apakah air yang meluber ke jalan raya ini air hujan yang tidak masuk ke selokan karena tersumbat oleh sampah dan ranting pohon yang ada di sebelah kanan? Atau karena aliran sungai yang dipersempit? Jika dari sampah, saya akan lebih disiplin untuk membuang sampah pada tempatnya. Jika dari aliran sungai yang dipersempit saya harap pemerintah bisa memberikan solusi terbaik."

Saya tidak bisa membayangkan jika air yang meluber ke jalan raya itu memasuki rumah saya.

Setelah saya amati, pohon sangat penting untuk mencegah banjir serta menjadikan udara sangat sejuk dan tidak berdebu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun