Mohon tunggu...
Meliana Chasanah
Meliana Chasanah Mohon Tunggu... Penulis - Islamic Writer

Far Eastern Muslimah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

The Guardian Lion

25 November 2021   22:10 Diperbarui: 25 November 2021   22:12 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh : Meliana Chasanah
Tema : Siluman hewan
Genre : Fiksi fantasi

Senja telah berganti malam. Langit gelap ditempa cahaya bulan. Alam begitu sunyi seolah tak ada tanda-tanda kehidupan. Makhluk malam masih belum bersuara, atau menolak untuk keluar dari persembunyiannya.

Angin malam menerpa lembut. Sesekali menggoyangkan dedaunan dan menimbulkan bunyi mendesis yang membuat bulu kuduk merinding. Black forest memang selalu tampak menyeramkan. Aura mistis begitu lekat. Tiada sesiapa yang berani masuk ke dalamnya, kecuali dia memiliki niat tersembunyi, atau sedang mempelajari ilmu hitam.

Aslan Berk, pemuda dengan tubuh tinggi besar serta berotot. Memiliki mata tajam bagaikan elang. Mampu menatap jeli dalam kegelapan malam. Dia melangkahkan kakinya ke dalam black forest, hutan keramat bagi sebagian orang yang pantang untuk dimasuki.
Warga desa meyakini, jika masuk ke dalamnya tidak akan pernah keluar lagi.

Bukan Aslan namanya, jika dia tidak berbuat nekat. Aslan tetap melajutkan langkahnya dan mengabaikan apa pun yang menjadi pantangan itu. Hingga Aslan tiba di tengah-tengah hutan, di mana cahaya bulan tak dapat menembus ke dalamnya.

Aslan menyadari sesuatu, dia tidak sendirian. Ada sosok lain yang memerhatikannya sejak awal masuk ke dalam hutan. Namun, itu tidak membuatnya gentar.

“Kau tidak akan bisa lari dariku, Aslan.” Ucap seorang lelaki dengan perawakan sama seperti Aslan.

Suaranya serak. Dia menyeringai, menampakkan gigi taringnya. Dia bukan manusia biasa. Bola matanya berwarna kuning. Memiliki bulu yang menutupi sebagian wajahnya. Kuku-kuku jarinya panjang dan runcing. Werewolf.

“Aku datang ke mari memang ingin mencarimu, Diesel. Tak sepatutnya singa takut pada serigala. Kita memang sama-sama buas, bukan?” Aslan menjawabnya dengan santai.

Mereka berdua memang bukan manusia biasa. Lebih tepatnya siluman. Bedanya, Aslan dengan wujud manusia, sedangkan Diesel sudah siap dengan wujud serigalanya.

Malam ini adalah malam bulan purnama yang sempurna, warnanya kemerah-merahan layaknya tembaga. Biasanya malam seperti inilah favoritnya para werewolf.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun