Mohon tunggu...
Meliana Chasanah
Meliana Chasanah Mohon Tunggu... Penulis - Islamic Writer

Far Eastern Muslimah

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kelaparan Global, Hari Pangan Sedunia Hanya Seremonial

21 Oktober 2021   08:00 Diperbarui: 21 Oktober 2021   08:02 504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada tanggal 16 Oktober lalu adalah Hari Pangan Sedunia atau World Food Day. Tak hanya merayakan makanan yang dikonsumsi, Hari Pangan Sedunia juga meningkatkan kesadaran bahwa masih banyak orang-orang yang tidak bisa menikmati perayaan ini. Ini disebabkan masih banyak masyarakat di dunia yang menderita kelaparan. (Tempo, 18/10/2021).

Situasi pandemi mendorong Badan Pangan dan Pertanian PBB (FAO) pada Hari Pangan Sedunia tahun ini mengambil tema "Tindakan Kita, Masa Depan Kita, untuk Produksi, Gizi, Lingkungan dan Kehidupan yang Lebih Baik". Tema ini menyoroti pentingnya sistem pertanian-pangan berkelanjutan untuk membangun dunia yang lebih tangguh dalam menghadapi masa depan.

Dunia mengalami kemunduran besar dalam perang melawan kelaparan alias dengan krisi kelaparan global. Saat ini, lebih dari tiga miliar orang (hampir 40% populasi dunia) tidak mempunayi akses terhadap makanan sehat. Sebanyak 811 juta orang kekuranfan gizi di dunia. Sebaliknya, 2 miliar orang dewasa kelebihan berat badan atau obesitas akibat pola makan dan gaya hidup yang tidak sehat. (Tempo, 18/10/2021)

Pada tahun2015, PBB telah menargetkan keplaparan di dunia akan berakhir pada tahun 2030. Awalnya target tersebut akan mungkin untuk dicapai. Namun, menurut laporan terbaru terkait Indeks Kelaparan Global (Global Hunger Indeks, GHI), yang diterbitkan ole Welthungerlife and Concern Worldwide mengindikasikan bahwa perang melawan kelaparan sudah sangat keluar jalur. Ini berdasarkan adanya data jumlah ornag yang tidak mendapatkan nutrisi yang layakn di dunia. Pada tahun 2020, angkanya meningkat menjadi 2,4 miliar orang, hampir sepertiga populasi dunia. (dwcom, 18/10/2021)

Indeks Kelaparan Global (GHI) membuktikan kelaparan global sejak 2000, tetapi kemajuannya melambat. Skor GHI tahun 2006 dan 2012 turun dari 25,1 menjadi 20,4. Namun, di samping itu, prevalensi global kekurangan gizi justru mengalami peningkatan.

Tak pelak, setidaknya ada 47 negara yang diprediksi gagal mencapai tingkat kelaparan yang rendah pada tahun 2030. Konflik, perubahan iklim, dan pandemi Covid-19 adalah tiga faktor yang dianggap paling berpengaruh mendorong kelaparan, sehingga mengancam perlawanan terhadap kelaparan beberapa tahun terakhir.

Selama ini banyak orang mengira orang kelaparan paling banyak di benua Afrika. Namun mirisnya, hasil studi memperlihatkan separuh atau 418 juta orang kelaparan di dunia justru ada di benua Asia. Laporan State of Food Security and Nutrition in the World 2021 oleh Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) menyatakan mayoritas berada di Asia Selatan (305,7 juta orang), Asia Tenggara (48,8 juta orang), dan Asia Barat (42,3 juta orang).

Sementara itu, untuk Indonesia, dalam GHI 2021, Indonesia menempati urutan ke-73 dari 116 negara. Indonesia memiliki skor 18,0. Skor ini menunjukkan Indonesia memiliki tingkat kelaparan yang sedang. Namun berdasarkan urutan tersebut, Indonesia berada di bawah Gambia dan di atas Kamerun. Sementara Myanmar yang baru dilanda konflik akibat kudeta militer berada di urutan 71. India yang juga sebagai negara besar berada di peringkat 101, Papua Nugini 102, Afghanistan dan Nigeria 103, sedangkan Timor Leste 108. Di posisi terakhir (116), terdapat Somalia.

Perlu diketahui, tingkat kelaparan Indonesia sebelum 2021 terus mengalami tren penurunan. Pada 2020, GHI Indonesia sebesar 19,1 atau turun 1 poin dari skor 20,1 pada 2019 lalu. Skor GHI tersebut menunjukkan tingkat kelaparan di Indonesia masuk kategori moderat untuk pertama kalinya. Pada tahun-tahun sebelumnya, tingkat kelaparan di Indonesia selalu berada dalam kategori serius, yakni di rentang 20 -- 34,9.

Pada 2019, sebelum pandemi Covid-19 muncul, Asia juga dinilai memiliki 361,3 juta orang yang kekurangan gizi. Tak ayal, dunia pun dilanda kerawanan pangan. Juru Bicara Program Pangan Dunia (World Food Program, WFP) PBB James Belgrave menyatakan sebagian besar negara di Asia mengalami peningkatan kerawanan pangan karena dampak sosial-ekonomi dari pandemi Covid-19 dan cuaca ekstrem seperti kekeringan, banjir, dan badai. Kondisi ini mempengaruhi segmen populasi tertentu, khususnya pusat kota dan daerah kumuh di kota-kota besar Asia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun