Mohon tunggu...
Meliana Aryuni
Meliana Aryuni Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis pemula yang ingin banyak tahu tentang kepenulisan.

Mampir ke blog saya melianaaryuni.web.id atau https://melianaaryuni.wordpress.com dengan label 'Pribadi untuk Semua' 🤗

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Toleransi Tinggal di Perumahan

31 Maret 2024   14:44 Diperbarui: 31 Maret 2024   14:47 533
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh fauxels/pexels.com/

Hidup di masyarakat itu penuh dengan cerita. Ya, sebagai manusia kita akan hidup dengan berbagai karakter orang, agama, suku, keturunan, dan adat istiadat. Namun, semua itu bisa disatukan dalam kata toleransi.

Toleransi Menurut Saya

Tolerasi yang saya maksudkan adalah memahami bahwa apa yang berbeda antara satu orang dengan orang lain bukan untuk diperselisihkan, dimusuhi, atau tidak dipedulikan. Namun, tolerasi juga tidak membuat satu orang terpaksa untuk melakukan kebiasaan orang lain. Tidak sama sekali. Tolerasi hadir karena satu kata, manusia.

Manusia yang memiliki akal pikiran tidak akan ingin hidup dalam keadaan ketakutan atau cemas, bukan? Nah, toleransi ini mencoba untuk membiarkan orang berlaku dengan kebiasaannya, tetapi tidak mengganggu kebiasaan orang lain. Singkatnya, tolerasi menurut saya adalah bentuk saling menyayangi dengan tulus pada kebiasaan orang lain.

Bentuk Toleransi di Lingkunganku

Saya tidak ingin menceritakan sesuatu yang tidak saya rasakan berkaitan dengan toleransi ini. Sebut saja, di perumahan tempat saya tinggal ada 2 pengajian muslimah. Satu adalah pengajian yang berbasiskan NU dan yang satu lagi pengajian yang tanpa nama dan tidak ditunggangi oleh kepentingan-kepentingan tertentu.

Pengajian NU dilaksanakan setiap Selasa siang dan pengajian umum pada Sabtu siang. Di antara keduanya tidak adalah pemaksaan untuk ikut ke NU atan umum. Warga boleh memilih 1 atau bila mau ikut keduanya atau tidak keduanya, tentu saja boleh.

Bukan hanya soal pengajian sesama muslim, di tempat saya tidak hanya tinggal orang muslim. Ada juga orang Kristen, Konghuchu. Kami yang muslim tidak pernah mengusik agama mereka dan mereka pun tidak mengusik agama Islam. Kehidupan berjalan seperti biasa. Hak tetangga ditunaikan.

Ketika tetangga kami yang beragama lain merasakan hari besarnya, orang muslim tidak menganggunya dan membiarkannya. Sebab sebagai seorang muslim kami berprinsip bahwa untukku agamaku dan untukmu agamamu.

Prinsip itu bukan sekadar prinsip, tapi sebagai pedoman hidup bagi kami seperti yang tertulis dalam Al Quran surat Al Kaafirun ayat 6. Jadi, jika ada  umat Islam tidak memiliki sikap toleransi dengan yang lain, berarti dia belum memahami prinsip dalam beragama.

Toleransi ini juga diatur dalam UUD 1945 dalam pasal 29. Jelas sekali bahwa negara ini juga mendukung tegaknya toleransi. Tak ada minoritas di tempat saya tinggal. 

Semua bersatu dengan tetap memegang prinsip masing-masing.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun