Mohon tunggu...
Meliana Aryuni
Meliana Aryuni Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis pemula yang ingin banyak tahu tentang kepenulisan.

Mampir ke blog saya melianaaryuni.web.id atau https://melianaaryuni.wordpress.com dengan label 'Pribadi untuk Semua' 🤗

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Upaya Memaknai Upacara Bendera Sejak Anak-Anak

27 Agustus 2023   06:41 Diperbarui: 27 Agustus 2023   20:50 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh Teguh Setiawan/pexels.com/bendera Indonesia/


Kita mengenal upacara bendera sudah lama buanget, bukan? Sejak memasuki usia TK, upacara bendera mulai diperkenalkan di sekolah. Dulu saya tidak TK, jadi saya mengenal upacara bendera sejak SD. Ketika anak saya TK, upacara dilaksanakan dengan sederhana dalam waktu yang singkat.

Setiap Senin pagi pasti upacara bendera diadakan di sekolah-sekolah, 'kan. Penunjukkan petugas pengibaran bendera, pembacaan UUD 1945, Pembaca Pancasila, doa, dan janji pelajar menjadi bagian penting dalam upacara bendera. Bagi yang beruntung, mereka bisa berpartisipasi aktif saat itu.


Makna Upacara Bendera

Foto oleh Teguh Setiawan/pexels.com/bendera Indonesia/
Foto oleh Teguh Setiawan/pexels.com/bendera Indonesia/



Merah-putih itulah warna bendera kita. Bendera yang dikibarkan setiap Senin pagi dan hari besar nasional memiliki arti tersendiri dan dalam diri setiap rakyat Indonesia.


Bagi para pejuang, pengibaran bendera ini memiliki makna yang mendalam. Perjuangan sang merah-putih untuk sampai berkibar di udara tidaklah mudah seperti sekarang. Ada nyawa yang menjadi taruhan.


Sekarang, di saat kemerdekaan sudah diraih, banyak di antara rakyat Indonesia yang tidak peduli dengan pengibaran bendera ini. Ketika 17-an kemarin pun masih ada rumah yang tidak mengibarkan bendera. Padahal hanya setahun sekali kita diminta untuk mengibarkan bendera loh. Namun, masih saja ada yang menyepelekan.


Berapa sih harga bendera merah putih? Harganya tidak mahal! Untuk ukuran sedang, yang kebanyakan dijual oleh pedagang, harganya berkisar antara 20.000-25.000. Itu pun tidak harus diganti setiap tahun toh.

Saya sampai berpikir, kok bisa ada orang yang tidak bisa membeli bendera sekali saja seumur hidupnya. Saya tidak  menyepelekan pendapatan yang dihasilkan orang tersebut setiap hari. Yang saya cermati, kok bisa beli ini dan itu, jajan tiap hari, eh ... ketika disuruh memasang bendera dia tidak mau dengan alasan tidak ada uang untuk membeli secarik kain berwarna merah putih. Lalu, apa sebenarnya makna bendera merah putih baginya?


Filosofi Pengibaran Bendera

Dulu ketika SD sampai SMP, saya suka kesal kalau upacara bendera. Kesalnya bukan karena pengibaran benderanya, tetapi kesal dengan lamanya pembina upacara memberikan wejangan. Apalagi di samping ada guru yang siap menghukum bila para siswa terlihat bergerak.

Para siswa harus bersikap tegak selama upacara termasuk saat pengibaran bendera. Pengibaran bendera itu terasa sakralnya ketika pasukan pengibar bendera hendak merentangkan bendera. Ada ketakutan juga saat itu, yaitu takut kalau urutan warnanya terbalik. Perasaan haru bertambah saat drijen mulai mengajak anggotanya menyanyikan lagu Indonesia Raya. Bila dihayati kita akan merasakan keharuan.

Ingat film zaman dahulu yang menampilkan adegan menancapkan bendera merah putih di suatu gedung. Aduh, saya lupa film apa itu! Adakah yang tahu? Apakah adegan itu di film G30 S PKI, ya? Entahlah.

Kemudian, dalam perjuangan itu terdapat tulisan Hidup atau Mati dengan ejaan lama dan  tertulis di dinding. Para pejuang dengan gagah alias tanpa takut mati terus bergerak dan berusaha mengibarkan bendera sambil bersorak merdeka! Sungguh, ketika adegan itu hati langsung tersentuh. Perjuangan mereka untuk negara ini tidaklah sedikit. Bila ingat itu, terdetik sebuah pemikiran, mengapa di antara kita masih tidak mau mengikuti upacara bendera?


Upacara Bendera dan Anak

Prosesi pengibaran bendera/dokpri.
Prosesi pengibaran bendera/dokpri.

Seperti yang telah saya rasakan, ternyata anak saya pun mengeluhkan hal yang sama tentang upacara bendera di sekolahnya. Keluhannya adalah lama dan panas. Mendengar hal itu, saya hanya bisa menasihati bahwa kita itu sebenarnya sangat beruntung karena hanya beberapa menit berdiri saat upacara. Kita tidak sampai berdarah-darah untuk bisa melihat bendera merah putih berkibar, bukan? Perjuangan kita pun tidak sebesar para pahlawan terdahulu. Masa' berdiri sejenak dalam upacara bendera saja kita tidak mau.

Ya, yang namanya anak-anak tidak begitu peduli dengan alasan yang disampaikan oleh orang dewasa. Bagi mereka, upacara itu seharusnya dilakukan dengan dengan singkat dan tidak berpanas-panasan.


Mengajarkan Nasionalisme 

Foto oleh Rosyid Arifin: /pexels.com/bendera Indonesia/
Foto oleh Rosyid Arifin: /pexels.com/bendera Indonesia/

Melalui Upacara Bendera
Rasa kebangsaan, memiliki tanah air, dan kecintaan terhadap bangsa ini menjadi poin penting dari upacara bendera. Kita bisa mengajarkan hal itu dengan mengikutkan mereka pada upacara. Upacara bendera yang saat ini banyak dirasakan sebagai beban oleh anak-anak sebaiknya dimodifikasi dalam beberapa hal. Misalnya, pengurangan durasi bagi pembina untuk menyampaikan wejangannya.

Lamanya waktu berdiri membuat anak-anak bosan. Mereka mulai melakukan berbagai gerakan. Sifat wejangan pembina upacara yang monoton akan membuat ketegangan dalam diri anak. Alhasil, anak-anak menjadi grasak-grusuk. Gimana tuh rasanya kalau ngelihat upacara jadi seperti itu? Padahal upacayanya pengen hikmat, eh malah jadi kacau.


Agar Upacara Menjadi Penuh Hikmat

Sebagai bagian dari rakyat Indonesia, orang tua layaknya menjadi panutan, termasuk dalam mengikuti upacara dengan baik dan penuh hikmat.   Berikut adalah cara yang saya terapkan sebelum mengikuti upacara.

1. Persiapkan fisik

Persiapan fisik sebelum upacara dengan cara memulai dengan sarapan yang cukup, sehat, dan bergizi sehingga tubuh akan kuat untuk berdiri selama upacara. Kebanyakan anak-anak yang pingsan selama upacara karena tidak sarapan sebelum pergi ke sekolah.


2. Persiapkan perlengkapan dengan Sempurna

Atribut upacara akan membuat seorang anak memiliki kecenderungan untuk nyaman akan mengikuti upacara bendera. Seorang anak yang memiliki atribut seperti topi, dasi, ikat pinggang, kerapian pakaian akan terlihat tenang selama upacara. Mereka tidak cemas dan takut akan dipanggil setelah upacara karena alasan tidak lengkap. Saya dulu pun seperti itu. Setiap mau berangkat sekolah di hari Senin, mulai deh cemas memikirkan perlengkapan untuk upacara. Kalau enggak lengkap, auto deh pulang lagi nyari perlengkapan sampai dapat.


3. Persiapkan Mental


Tidak semua pembina upacara memberikan wejangan dalam waktu yang singkat. Meskipun anak-anak sudah riuh berdiri di belakang, pembina upacara yang tidak mengerti situasi seperti itu cenderung mengabaikan. Jadi, sebelum upacara persiapkan mental dengan baik, ya. Bersyukur sekali rasanya bila amanat pembina upacara bisa disampaikan hanya 5 menit. Sebaiknya gitu sih karena pada dasarnya anak-anak hanya bisa bertahan mendengarkan dengan tenang aman upacara itu selama kurang lebih 5-10 menit. Jadi, pembina upacara itu pun harus meringkas kata-katanya agar langsung 'makjleb' gitu di hati anak.


4. Memahami makna upacara

Yang nyaris tidak dimiliki oleh anak-anak adalah pengertian pada kegiatan upacara bendera itu sendiri. Jangankan anak-anak, saya sendiri merasakan upacara yang sangat bermakna bukan ketika saya berada pada masa anak-anak. Upacara bendera saat anak-anak bukan sebuah hal yang sakral, tetapi kewajiban bahkan menjadi beban. Itu karena saya belum mengerti makna upacara bendera. Namun, ketika saya sudah mengerti, air mata bisa menitik saat melihat bendera merah putih berkibar plus dengan lagu Indonesia Raya.

Cara di atas bisa kita terapkan saat upacara bendera. Berikan pengertian dan pengajaran kepada anak-anak tentang makna sebuah upacara bendera sehingga mereka pun mampu melaksanakannya dengan hikmat.

Kita sebagai warga negara Indonesia selayaknya menghargai setiap hal yang ada saat upacara bendera. Siapa lagi yang mau menghargai negara ini kalau bukan rakyatnya sendiri. Jadi, mulailah menghargai dari hal-hal kecil dari sebuah upacara bendera.

Penulis hanya seorang ibu rumah tangga yang ingin terua berkarya lewat tulisan. Baginya menulis bisa menjadi cara untuk membuang sampah-sampah pikiran yang terus menumpuk setiap hari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun