Saya dan suami akhirnya memutuskan untuk berlibur ke kampung halaman suami di Solo. Ini kunjungan pertama dan sekaligus silaturahmi pertama dengan keluarga besar suami. Saya menikmati sekali liburan kali itu sehingga beberapa tempat wisata kami kunjungi.
Setelah waktu libur hampir selesai, kami memikirkan mau pulang memakai apa. Dengan berbagai pertimbangan, lalu diputuskan naik travel. Dalam pikiran saya saat itu, naik travel itu lebih ringkas.
Mobil travel sudah datang dan kami duduk persis di belakang sopir. Posisi yang menurut saya nyaman itu akhirnya menjadi pilihan. Perjalanan panjang pun dimulai.
Di tengah perjalanan, ternyata ada penumpang baru. Saat penumpang ini datang, saya mulai merasakan tidak nyaman. Bau tidak sedap mulai membuat perut saya mual meskipun saya menutup hidung. Ah, ternyata saya baru tahu bahwa orang yang baru saja naik membawa tuak atau ciu yang disimpan di kap mobil. Ini dikatakan oleh salah seorang penumpang.
Astaghfirullah, saya tidak menyangka hal itu terjadi. Beberapa penumpang yang lain pun merasakan hal yang sama. Saya katakan kepada suami untuk turun. Suami meminta saya untuk bersabar. Akhirnya, sampai di Jakarta kami minta turun. Saya tidak tahan dengan baunya dan sopir yang membolehkan penumpang membawa tuak yang haram.
Tanpa memikirkan biaya yang harus dikeluarkan lagi, saya menghubungi paman dan bibi di Jakarta untuk sekadar beristirahat selama 1-2 hari di sana. Alamat sudah di tangan kini tinggal mencari transportasi menuju ke sana.
Rasa syukur menyeruak di dalam dada. Saya bersyukur sudah tidak bersama barang haram itu. Begitu menemukan tempat untuk menghela napas, dengan cepat suami saya mencari nomor kontak taksi yang namanya sudah banyak dikenal.
"Oh, tempat itu dekat dari sini, Pak?" ucap seorang laki-laki yang ditanyai suami saya. Pikir saya pasti ongkosnya tidak terlalu mahal. Mobil melaju dan kami diberitahu bibi kalau jaraknya tidak terlalu jauh. Eh, mungkin karena kami terlihat sebagai orang baru, jadi dengan mudahnya dia mengajak berkeliling dan argo tetap jalan. Akhirnya, argo berhenti di tarif yang fantastik! Untung saja masih ada uang di kantong, kalau tidak, ya apalah jadinya.Hikmah Perjalanan
Ada beberapa hikmah dari perjalanan yang berharga saya selama 2 kali berada di Jakarta. Pertama, pastikan transportasi yang akan membuat kita nyaman menggunakannya. Berjalan ini harus menyenangkan meskipun perjalanan dimaksudkan hanya sebagai rutinitas saja.
Kedua, saat di tempat asing, jangan terlihat seperti orang asing. Kondisi seperti ini akan dimanfaatkan orang lain untuk mendapatkan keuntungan dari kita.
Ketiga, pahami karakter orang setempat melalui media sosial.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!