"Mainan ini tuh dipukul-pukul," ucap Lala sambil mengambil balok yang berbentuk palu dari atas meja. Lala memukulkannya pada balok kayu yang lain. Koko terlihat kaget mendengar suara yang dihasilkan oleh mainan itu.
"Ini!" seru Lala sambil meletakkan mainan berbentuk palu itu ke tangan kanan Koko. Koko menolaknya, tetapi Lala mengulanginya kembali sampai beberapa kali. Beberapa kali pula wajah Koko berubah. Untuk yang kesekian kalinya, Koko malah menangis. Lala kaget.
Sejenak Adit yang berada di sebelah kanan Koko ikut tersenyum, lalu lanjut memainkan mainannya sendiri. Ibu Koko kembali meredakan tangisan anaknya. Dia berdiri di belakang kelas sambil memeluk Koko.
Saat semua anak asyik bermain, dua guru yang dipanggil Bunda menghampiri Koko di belakang. Koko bersembunyi di belakang ibunya. Salah satu Bunda berkali-kali mengajak Koko untuk kembali ke tempat duduknya, tetapi tidak berhasil.
"Koko anak yang sholeh, sebentar lagi Koko duduk sendiri, ya. Ibu Koko nanti menunggu di luar," ucap bunda Ira lembut sambil menatap wajah si anak.
Kedua guru tadi kembali ke posisinya. Mereka masih terus memperhatikan setiap anak didiknya. Koko dibiarkan berdiri di belakang. Mereka yakin keadaan seperti itu hanya berlangsung beberapa hari saja. Anak-anak mulai adaptasi di hari pertama sekolah.
***
"Sekarang cuci tangan dulu, ya. Kita istirahat sebentar. Yang mau makan bekal, boleh makan," ucap bunda Yani memberi aba-aba.
Semua anak mulai keluar dari kelas. Bunda Yani mengatur agar anak-anak tidak berdesakan keluar kelas. Satu per satu anak-anak ini menuju keran yang ada di depan kelas. Koko melirik temannya dari tempat duduk.
"Ayo, Ko! Kita mau makan sekarang. Apa perutmu tidak lapar?" tanya Lala sambil tersenyum polos kepada temannya itu.
Bukannya ikut keluar, Koko malah memeluk ibunya kembali. Kini giliran si ibu yang berjalan keluar kelas sambil menggeret Koko yang terus mengelayuti tubuhnya. Wanita ini meletakkan tangan Koko di bawah keran, lalu menggosoknya pelan. Setelah itu dia masuk ke kelas bersama Koko.
Pagi ini tenaga wanita itu banyak terkuras padahal sepulangnya nanti pekerjaan rumah sudah menunggunya. Disekanya keringat yang membasahi dahinya. Lalu, diambilnya kotak bekal yang berisi nasi goreng dari dalam tas Koko.
"Makan sendiri, ya. Ibu tunggu di sana," ucap ibunya dan kembali berdiri di belakang kelas.