"Yuk ah, kita masuk dulu," ajak Bejo. Keduanya pun meletakkan barang-barang itu di pojokan masjid. Doni dan Bejo langsung sholat 2 rakaat. Belum juga berdoa, Doni sudah  mengeluarkan bekalnya. Bejo menggeleng.
"Duh, belum juga beraktivitas, lu sudah ngabisin bekal," ujar Bejo. Doni hanya tersenyum.
Bejo meninggalkan Doni dan mencari tempat yang nyaman untuk tilawah. Al Qur'an besar pemberian kakaknya sangat nyaman di mata. Beni merasa malam ini panas. Ah, ini pasti malam lailatul qadar. Kan ini malam ganjil dan lailatul qadar harus dicari oleh lailatul qadar.
Setelah terasa letih, Bejo menghentikan tilawahnya. Dia lalu ke tempat Doni. Betapa terkejutnya Bejo! Doni sudah tertidur dengan kotak makan yang masih terbuka.
Iseng-iseng Bejo ingin membangunkan Doni. Diambilnya satu bulu dari kemoceng, lalu dimainkannya di telinga Doni.
"Ayo, kita berangkat! Lailatul qadar sudah menunggu kita!" ujar Doni masih dengan mata tertutup dan tangannya menggeret Bejo.
"Weh, Don. Lu enggak tahu kan? Lailatul qadarnya tuh udah duduk dari tadi, ngeliatin lu yang makan dan tidur. Terus dia bilang sama gue,"Eh, bilang sama teman lu. Besok-besok cari aku. Aku mau kasih sesuatu buat kamu," kata Bejo.
Pikiran Doni yang masih setengah sadar langsung nyeplos aja.
"Enggak ah, kalau makanan, gue enggak mau. Kapok gue! Lu kasih gue sumpit aje!"
Bejo bingung mendengar ucap Doni. Ngawur aja tuh anak. Dia menggoncang tubuhnya yang mulai tertidur kembali. Lalu, bertanya.
"Sumpit buat ape?"
"Buat nyangga mata gue biar enggak tidur mulu dan nyangga mulut gue biar angin masuk terus. Repot punya mata kok molor terus ...," jawab Doni.