Mohon tunggu...
Meliana Aryuni
Meliana Aryuni Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis pemula yang ingin banyak tahu tentang kepenulisan.

Mampir ke blog saya melianaaryuni.web.id atau https://melianaaryuni.wordpress.com dengan label 'Pribadi untuk Semua' 🤗

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Lima untuk Satu

13 Februari 2023   21:15 Diperbarui: 13 Februari 2023   21:21 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kamu mau 'kan menikah denganku?" tanya Raffi saat menjemput Cantik dari kantornya. Kotak kecil yang sudah disediakan Raffi di saku celananya diletakkan di tangan Cantik. Wajah semringah Cantik terlihat bertambah manis dengan lesung pipi di kedua pipinya.

 Ah, akhirnya ucapan itu sampai juga, pikir Cantik. Cantik telah menunggu Raffi mengucapkannya selama 5 tahun ini. Bagi Cantik, pacaran selama itu sudah cukup mengenal Raffi. Dia yakin Raffi adalah calon suami yang diimpikan olehnya selama ini.

Cantik hanya mengangguk pelan sambil menunduk. Dia terlalu malu untuk memperlihatkan reaksi senangnya di hadapan Raffi. Tanpa berkata apa-apa, Raffi mengambil cincin di dalam kotak kecil yang masih terbuka di tangan Cantik. Dia sematkan cincin itu di jari manis kiri Cantik.

"Mau, ya, Sayang?" pinta lelaki itu kembali. Tanpa memerlukan jawaban Cantik, Raffi menyematkan pula pasangan cincin tadi ke tangannya.

"Sekarang kamu sudah kuikat. Tidak boleh ada lelaki yang mendekatimu," ujar Raffi dengan sedikit menyeringai.

Jujur, saat mendengar ucapan Raffi itu, Cantik ada rasa takut yang menjalari hatinya. Dia tidak tahu apa penyebabnya. Apakah kata-kata yang diucapkan oleh Raffi adalah pertanda yang buruk untuknya. Ah, semoga saja tidak, pikir Cantik.

Tak butuh waktu yang lama, pernikahan antara Cantik dan Raffi akhirnya berlangsung. Kedua orang tua tersenyum dengan pernikahan itu. Ya, mereka juga takut kalau keduanya terus berpacaran. Apalagi Cantik sering diantar-jemput oleh Raffi.

Kehidupan pernikahan mereka terlihat sungguh bahagia, tapi itu hanya berlangsung untuk beberapa bulan saja. Belum setahun, Cantik merasakan perubahan dalam pribadi Raffi. Raffi yang bicaranya lembut, mendadak suka membentak. Cantik sering menangis dibuatnya.

"Maafkan, Mas, ya, Dik," pinta Raffi pada beberapa kejadian yang berbeda masanya. Pertengkaran kerap kali terjadi hanya karena nasi tidak hangat, tidak ada sambal, dan setrikaan menumpuk.

"Apa aku harus berhenti bekerja saja, biar bisa mengurus kebutuhan Mas?" tanya Cantik dengan nada sengit. Mata Raffi terlihat memerah, tangannya mengepal ke samping tubuhnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun