"Prak! Dasar wanita!" ucap Raffi sambil berlalu masuk ke kamar. Dia mencoba menahan emosinya agar tidak tumpah seluruhnya pada hari itu.
Cantik terduduk lemas menahan perihnya bekas tamparan Raffi. Di saat laporan kerja harus diselesaikan, Raffi mengajaknya bertengkar. Dia sangat sadar bahwa kehidupannya tidak seperti dulu sebelum dia menikah. Ada kewajiban yang harus dilaksanakan sebelum dia pergi bekerja.
Andai saja Raffi mengerti alasan Cantik masih bekerja, mungkin dia akan malu sendiri, tapi sudahlah. Saat ini Raffi tidak akan mendengar alasan itu. Cantik menyimpannya dalam diam.
***
"Mas, jika memang aku harus berhenti, maka hari ini juga aku akan mengajukan surat pengunduran diri. Jika tidak, Mas harus tahu akan yang  kuinginkan dari Mas," ucap Cantik setelah pertengkaran sebelumnya usai.
Raffi terus saja menyuap makanan ke mulutnya. Lelaki itu pura-pura tidak mendengar dan enggan menjawab. Cantik terus berceloteh. Hari ini dia bermaksud ingin memberikan hadiah ulang tahun pertama pernikahannya dalam bentuk resign jika Raffi menyetujuinya.
Cantik terus berbicara. Dia tidak menghiraukan sikap Raffi kepadanya. Dia tidak mau hatinya diliputi oleh pertanyaan dan sanggahan tentang keinginannya.
"Untuk saat ini, izinkan aku membantu mencukupi kebutuhan rumah tangga kita, Mas. Cicilan rumah ini harus dibayar dan posisiku di kantor pun sudah naik. Jika Mas sudah bisa memenuhinya, maka aku siap untuk berhenti. Namun, aku akan berusaha semampuku untuk melaksanakan kewajibanku dan Mas bisa membantuku. Jika pun ada sedikit hal yang tidak bisa kupenuhi, Mas bisa mencukupinya. Aku pikir itu pilihan yang fair untuk kita berdua. Bagaimana, Mas?"
Raffi terdiam mendengar ucapan Cantik. Pada kenyataannya, gaji yang dimilikinya sangat jauh nominalnya dari gaji Cantik. Namun, Cantik tidak pernah mempermasalahkannya.
"Bukan begitu ...," ucap Raffi tergagap. Lelaki itu sadar bahwa gaji miliknya tidak akan cukup membiayai kehidupan mereka. Ditambah Cantik harus membiayai kuliah kedua adiknya. Setelah kematian ayahnya, semua biaya itu Cantik yang mengambil alih. Raffi mengetahuinya sebelum menikah.
"Kalau bukan begitu. Aku ingin Mas bekerja sama merawat rumah ini. Aku pikir Mas bisa membantuku menyapu rumah atau mencuci pakaian. Aku pasti akan terbantu sekali, Mas," ungkap Cantik sambil sesekali mengelap mata, mulut, dan pipinya dari air mata.