Seorang anak tak akan pernah lepas dari peran kedua orang tuanya. Sejak lahir hingga meninggal, seorang anak membutuhkan kedua orang tuanya. Namun, ketergantungan pada kedua orang tua sedikit berkurang seiring bertambahnya usia anak.
Orang tua mendidik anak agar menjadi seorang yang taat, beriman kepada-Nya, dan bisa berlaku baik pada sesama dan lingkungan. Sedari kecil perilaku dan sikap tersebut telah ditanamkan oleh keduanya. Ayah yang banyak mengajarkan tentang kedisiplinan dan tanggung jawab. Ibu yang mengajarkan kasih sayang, kejujuran dan kepedulian. Keduanya akan mengajarkan kebaikan untuk buah hati.
Bilakah Anak Berbuat Baik Kepada Orangtua?
Anak yang baik adalah anak yang mampu memperlakukan kedua orang tuanya dengan baik pula. Anak itu menempatkan keduanya dalam rangka kecintaan, bakti, dan hormat. Apalagi ibu yang telah memberikan jiwa dan raganya untuk anak.
"Wahai Rasulullah, siapa yang paling berhak aku perlakukan dengan baik? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: Ayahmu, lalu yang lebih dekat setelahnya dan setelahnya."Â
(HR Al Bukhari).
Sejak di dalam kandungan, ibu mencurahkan kasih sayang yang tak terbilang agar anak lahir dengan sehat dan selamat. Semasa menyusui dan menyapih segala bentuk kebaikan dilakukannya. Sampai sekolah dan menjelang dewasa pun ibu tak henti membersamai anak untuk tumbuh dan berkembang dalam kebaikan.
Menikah adalah momen yang menjadi jalan ibu agar putra-putrinya lebih memahami hidup dan kehidupan. Saat itulah, masa ibu harus rela melepaskan putra-putrinya kepada orang yang dipercaya. Begitu sedih ketika saat itu terjadi.
Sejak saat itu, kehidupan anak seperti terlepas dari peran orang tua, terutama ibu. Namun, anak tidak akan berlepas dari peran keduanya. Ada saat anak harus berbagi kisah baik dengan mereka. Saat itu anak tidak benar-benar terpisah dari mereka. Bahkan, anak harus lebih berbuat baik pada keduanya sampai menutup usia.
Emak, Pekerja Keras Nan Pecinta Tanaman
Sejak dulu saya tahu Emak (sebutan untuk ibu saya) suka sekali berkebun. Saat tinggal bersama nenek, Emak sudah memiliki beberapa tanaman. Ketika kami sudah menempati rumah sendiri pun Emak tambah suka berkebun. Semua tanaman dibawa pindah.
Kesukaan Emak ini dicurahkannya pada kebun kecil di depan rumah kami. Semua tanaman yang ditemui Emak akan ditanam di kebun. Setiap hari juga Emak ke kebun hanya untuk memeriksa tanaman kesayangannya.
Ada beberapa tanaman besar yang Emak tanam di kebun kami, seperti rambutan rumbia, matoa, sawo, jeruk, kelapa, pepaya, dan tanaman apotek hidup yang banyak ditanam. Dengan tanaman itu, rumah kami terasa sejuk dan adem. Dari tangan Emak semuanya itu terjadi.
Saat ini usia Emak sudah 63 tahun. Namun, di usia tersebut, Emak tetap melakukan aktivitas berkebunnya. Apalagi sejak pensiun menjadi guru SD, kegiatan Emak hanya berkisar di rumah dan kebun. Sering pula untuk menambah isi kebun kami, Emak saling bertukar tanaman dengan tetangga.
Usia boleh tua, tapi kegemaran berkebun tidak akan lekang oleh era. Era atau masa hanyalah deretan angka yang tidak akan membuat Emak larut di dalamnya. Apalagi Emak berprinsip.
"Tanamanlah sebanyak yang kau bisa. Bila hasilnya tidak bisa kita nikmati, biarkan hewan atau orang lain yang menikmatinya."
Prinsip inilah yang saya imitasi dalam kegiatan harian. Berkah dari yang Emak lakukan, saya pun mencontohnya. Hingga kini pesan sederhana yang menjadi prinsip Emak pun saya lakukan.
Tanam dan Tuai
Menanam sebanyak mungkin untuk dituai di suatu saat. Ternyata, tidak menunggu lama untuk menuai apa yang Emak tanam. Matoa, buah yang didapat dari teman Emak akhirnya bisa kami cicipi bersama. Bagi kami, rasanya lebih manis daripada yang dibeli di supermarket.
Rambutan rumbia yang dirawat tiap hari, akhirnya bisa kami rasakan. Rambutan paling enak yang kami rasakan saat itu. Buah tangan Emak pun tidak lama bisa kami nikmati.
Dengan usia Emak yang ke-63 tahun ini, kerutan di wajah beliau sangat tampak. Saya yakin Emak tidak akan begitu memedulikan hal itu. Namun, dengan aktivitas berkebun yang masih dilakukan, Emak pasti akan memerlukan perawatan kecantikan. Setidaknya perawatan kecantikan Produk ERHA Age akan memberi membantu Emak dalam menghalau radikal bebas atau efek ultraviolet dari sinar matahari.
Begitulah Emak, usia tidak membuat beliau berhenti berkebun. Dengan usia yang senja, Emak hanya melakukan semua itu untuk kesenangan semata. Tak ada yang harus dicapai beliau saat ini, kecuali lebih mendekatkan diri kepada-Nya dan melakukan kesenangan dengan menikmati kebun yang telah dirawat sejak dulu.
Saya berharap apa yang Emak lakukan kepada kami tetap bisa dinikmati siapa saja dan hewan apa pun yang ada di sana. Semua yang beliau tanam pasti akan memberi berkah pada orang lain dan alam sekitar. Untuk Emak, sehat selalu dan selalu menebar kebaikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H