Mohon tunggu...
Meliana Aryuni
Meliana Aryuni Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis pemula yang ingin banyak tahu tentang kepenulisan.

Mampir ke blog saya melianaaryuni.web.id atau https://melianaaryuni.wordpress.com dengan label 'Pribadi untuk Semua' 🤗

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Jahatnya Perilaku Bullying di Sekolah

8 November 2022   13:43 Diperbarui: 8 November 2022   13:48 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

"Sekecil apa pun perilaku bullying kepada orang lain akan membawa dampak buruk kepada orang tersebut sehingga ada baiknya mengatasi perilaku tersebut sesegera mungkin."

Seorang anak menangis sambil melihat ke arah jendela mencari seorang yang dianggapnya mengerti, yaitu  sang ibu. Inilah pemandangan yang terlihat sampai hari kedua di kelas ini. Sejak melihat peristiwa itu, naluri saya mengatakan bahwa ada sesuatu dengan bocah ini. Si bocah ternyata telah mengalami rentetan peristiwa yang tidak menyenangkan semasa TK sampai SD.

"Dinda, dulu tidak seperti ini, Bu. Sejak kejadian dia ditusuk pensil oleh teman TK-nya, dia tidak mau ditinggalkan oleh saya." Itulah kiranya penyebab Dinda, si bocah yang saya ceritakan itu. 

Anak-anak seperti Dinda sangat banyak di sekitar kita. Dinda hanya salah satu contoh yang ada di depan mata saya. Kejadian seperti itu kerap kali terjadi di dalam kehidupan Dinda. Mulai dari ejekan cengeng dan perilaku menyakitkan lainnya.

Bahkan ulah temannya Dinda membuat pihak orang tua berselisih paham. Begitulah layaknya manusia zaman sekarang. Semua urusan diarahkan kepada uang. 

Dinda yang sebenarnya mampu dalam banyak hal, terlihat dari proses KBM, tetapi takut 'bergerak'. Dia merasa tidak 'sebebas' teman-temannya karena pernah dibully dan diejek sehingga membuatnya cenderung menarik diri dan  mengandalkan orang tua.

"Kerjakanlah, nanti Mama dimarah kepala sekolah," rengek mamanya Dinda. Memang betul, akan selalu ada guru senior yang siap memberikan wejangan kepada mama Dinda bila kejadian seperti itu muncul kembali.

"Untuk sementara waktu, kita coba latih sedikit-sedikit agar Dinda tidak terlalu bergantung pada Ibu. Semoga, semester depan Dinda sudah benar-benar bisa ditinggal, ya, Bu." Itulah yang saya ucapkan kepada ibunya Dinda di hari kedua.

Di hari ketiga, ada sedikit perubahan dan perubahan itu membuat saya tersenyum. Dinda sudah mulai bisa ditinggalkan dan tidak menangis lagi. Ibunya pun tidak selalu berada di dekat jendela.

Hari keempat, dia masuk kelas dengan tersenyum meskipun datang terlambat. Ibunya pun langsung pergi meninggalkannya dan hanya sesekali melihat dia dari kejauhan. Ada sedikit perubahan dalam perilaku Dinda dan ibunya. Namun, bagi saya, itu sudah sangat luar biasa.

Tantangan seorang guru, bukan hanya pada nilai akademik. Lebih dari itu, seorang guru harus mampu memecahkan permasalahan yang ada pada peserta didik. Permasalah yang kompleks akan terjadi pada satu kelas. Bahkan permasalahan yang jauh berbeda dari yang biasa dihadapi oleh seorang tak jarang akan ditemukan di dalam kelas.

Permasalahan anak banyak berasal dari adu mulut. Sepertinya itu bukan hanya terjadi pada anak-anak yang belum mengerti aturan. Pertikaian antara orang dewasa pun sering terjadi karenanya. Perbuatan dan perkataan yang menjurus pada pembullyan menyebabkan luka dan trauma yang mendalam pada beberapa orang dan akibatnya bisa sangat fatal.

Dinda adalah contohnya, akibat pembullyan dari temannya, dia menjadi anak yang pendiam. Padahal, kalau saya lihat kemampuan akademiknya, dia termasuk anak yang memiliki kemampuan akademik yang cukup baik. Meskipun begitu orang tuanya tetap ingin anaknya kembali seperti dulu, yaitu bisa bermain dengan teman-temannya.

Keinginan orang tua Dinda, sama seperti keinginan saya. Saya pun yakin, tak ada satu pun orang tua yang menginginkan anak-anak mereka mengalami penurunan aktivitasnya. Oleh karena itu, orang tua harus sadar bahwa segeralah berbuat agar hal tersebut tidak berlanjut.

Setelah sadar, para orang tua bisa bekerja sama dengan guru untuk mencari solusinya. Kerja sama yang baik antara orang tua dan guru akan memberi penguatan pada anak. Lalu, konsistensi dengan semua hal yang telah diterapkan, jangan tarik ulur. Ketidaktegasan pada hal yang sudah disepakati akan membawa bingung anak. Berilah penguatan atau reward pada anak saat mereka berbuat sesuatu yang mengarah pada tujuan yang ingin dicapai. Lalu, berikan hukuman untuk perilaku yang melanggarnya.

Beri pengarahan kepada anak bahwa jangan pernah takut untuk memberi tahu orang tua atau guru terhadap teman-teman yang suka berlaku kasar atau membully. Dengan begitu kedua pihak akan berupaya untuk memberikan pengarahan atau efek jera kepada siswa tersebut. 

Mengejek, menyemooh, dan berkata kasar tidak akan dibenarkan dalam hal apa pun. Apa hebatnya kita bisa mengejek atau mencemooh orang lain? Toh, kita bukan makhluk yang suci dan belum tentu kita lebih baik dari orang yang diejek itu. Bahkan, mengejek/membully orang lain akan membuat citra diri kita buruk di mata manusia, apalagi Pemilik segala semesta ini. 

Hentikan bully, hentikan ejekan, dan hentikan berkata kasar/jorok/saru sebab semua kata yang keluar itu akan dimintai pertanggungjawaban di dunia dan akhirat. Cukup diam atau berpaling dari tempat tersebut jika tidak bisa mengontrol diri. Diam bukan untuk menyakiti akan lebih baik daripada berkicau, tetapi membuat polusi bagi telinga dan hati.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun