Banyak orang pasti kenal dengan danau Toba, tetapi apakah ada yang tahu dengan danau Ranau? Meskipun kedua danau besar ini ada di pulau Sumatra, tetapi letaknya lumayan jauh. Danau Toba yang terletak di Sumatra Utara dan merupakan danau terbesar di Indonesia, sedangkan urutan selanjutnya adalah danau Ranau.Â
Keadaan Alam Kota Batu
Danau Ranau terletak di Sumatra Selatan, tepatnya berada di sepanjang kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan (OKU Selatan), kecamatan Warkuk Ranau Selatan sampai perbatasan Lampung Barat. Secara topografi dan geografis, wilayah ini terletak di kaki Gunung Seminung, berada di sisi selatan Danau Ranau, dengan ketinggian 500 s.d. 1.000 mdpl, dengan luas 125,9 kilometer persegi dan kedalaman 229 meter. Danau Ranau ini menjadi ikon bagi warga OKU Selatan. Selain danau Ranau, OKU Selatan juga menyimpan destinasi wisata yang layak untuk dijelajahi, salah satunya adalah Kota Batu.
Menurut Jadesta.kemenparekraf.go.id., Kota Batu adalah salah satu desa wisata kategori berkembang. Hal ini disebabkan karena Kota Batu sudah sering dikunjungi wisatawan dari luar daerah. Sarana prasarana dan fasilitas juga sudah berkembang, sehingga mulai tercipta lapangan kerja bagi penduduk desa. Selain itu  kesadaran masyarakat terhadap potensi desa seperti hasil bumi (merica, kopi, alpokad) dan wisata mulai tumbuh.Â
Kota Batu memiliki keunggulan dari desa-desa yang ada di OKU Selatan. Daya tarik Kota Batu telah saya saksikan sendiri selama 7 tahun menjadi warga OKU Selatan. Alamnya yang asri, udara yang sejuk, dan pemandangan yang menarik sering menjadi alasan tersendiri dari para wisatawan untuk datang ke sini.
Kota Batu dan Keluargaku
Desa Kota Batu ini sering menjadi tempat melancong bagi saya dan keluarga selama 7 tahun yang lalu. Namun, saya baru tahu bahwa ternyata Kota Batu telah mendapatkan juara pertama kategori homestay di Ajang Penyelenggaraan Anugerah Pesona Desa Wisata Sumsel pada 24 Desember 2021 di Griya Agung Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan. Tak dipungkiri pesona Kota Batu mulai saya rasakan saat memasuki desa ini.Â
Kesan pertama saya saat memasuki desa ini, yaitu asri dan sejuk. Selain itu, pemandangan warga yang menggelar dagangannya berupa sayur-mayur, ikan mujair danau, ikan harongan, dan ikan lain sebagai hasil tangkapan mereka dari danau Ranau tampak di sisi jalan. Para pedagang dengan ramah menawarkan dagangannya. Dialeg Semende sebagai bahasa asli warga sering terdengar dalam perbincangan antarpedagang dan menambah kekhasan desa ini. Ini ada pemandangan yang lumrah terjadi di Kota Batu.Â
Fasilitas untuk Wisatawan
Kreatifnya warga Kota Batu dalam melihat potensi desa, yaitu danau Ranau di sepanjang desa. Mereka  membuat keramba bagi ikan mujair danau. Keramba-keramba itu menjadi sumber penghasilan tambahan bagi warga. Pemanfaatan sumber daya alam ini bukan hanya dilakukan oleh satu orang saja, tetapi hampir sebagian warga yang tinggal di pesisir danau melakukannya. Pemandangan keramba di pinggir danau ini dapat menjadi objek wisata yang menarik bagi para wisatawan.
Selain pemandangan keramba, wisatawan bisa memanfaatkan homestay untuk tempat tinggal. Hunian itu merupakan rumah warga dan membaur dengan pemilik rumah dan warga sekitar yang kebanyakkan bersuku asli Ranau. Selain mengedepankan sikap kekeluargaan, wisatawan dapat berlama-lama menikmati Desa Wisata Kota Batu yang dikelilingi panorama alam yang indah seperti sawah, danau, wisata air panas, dan pegunungan. Homestay dapat menjadi salah satu potensi yang akan membantu masyarakat dan desa untuk memajukan desa Kota Batu.
Sebuah fasilitas kesehatan, yaitu Puskesmas sudah ada di sana dan beroperasi dengan baik. Di sana pula saya dan keluarga sering meminta bantuan dari dokter meskipun untuk mencapai desa ini kami harus turun gunung. Puskesmas ini dilengkapi fasilitas pasien rawat inap sehingga sangat membantu warga atau wisatawan saat mengalami kendala kesehatan agar tidak berobat keluar dari desa.
Setelah berobat, biasanya saya dan keluarga akan mengelilingi Kota Batu. Ada tempat yang bisa dikunjungi di Kota Batu ini, yaitu pelabuhan dan pemandian air panas. Perahu ketek akan membawa wisatawan atau warga menuju tempat tersebut. Kita bisa berperahu di atas hamparan biru air danau Ranau dan merasakan sejuknya udara dari atap perahu.
Pada hari Rabu tertentu pelabuhan ini akan dipenuhi oleh warga yang akan pergi atau pulang berbelanja dari pasar pekanan (kalangan). Bila tiba waktu kalangan, seluruh warga Warkuk Ranau Selatan sampai Lampung tumpah ruah di jalan. Kesempatan ini pula akan digunakan oleh para wisatawan untuk berkeliling danau.Â
Ikan Mujair Ranau dan Sumber Pendapatan Penduduk
Salah satu mata pencarian warga Kota Batu adalah nelayan. Tangkapan utama di sini adalah ikan mujair Ranau. Ikan Mujair Ranau ini berbeda dengan mujair kolam, dari segi struktur, rasa, dan harga. Warga asli Ranau lebih memilih  mujair Ranau yang katanya lebih lezat dari mujair kolam. Tingkat gurih yang dirasakan dari seekor mujair Ranau yang segar cukup menjadi kenangan saya saat ini.
Kekayaan alam perikanan ini membuat banyak warga menggunakannya sebagai salah satu sumber pencarian selain bertani, berdagang merica, kopi, atau alpokad. Warga membuat keramba di pinggir danau sehingga cita rasa ikan mujair tidak berubah. Itu adalah kearifan lokal warga yang patut diapresiasikan. Alam dan manusia sama-sama memberikan keuntungan tanpa merusak alam.
Ada satu cerita ketika saya dan keluarga pergi ke Kota Batu, pada saat itu banyak ikan yang mati bergelimpangan. Saya yang melihat hal itu ingin sekali mengambil dan membawanya pulang. Mubazir, pikir saya. Namun, seorang warga mengatakan bahwa pada waktu tertentu gunung Seminung mengeluarkan zat yang membuat ikan-ikan mati. Hal tersebut berlangsung beberapa hari sehingga tidak ada nelayan yang berani menangkap ikan dari danau.
Di Kota Batu, kita bisa saja menikmati keindahan alam seperti danau Ranau, sawah, dan barisan pegunungan dengan berjalan kaki pada pagi hari. Ini dilakukan juga oleh warga Kota Batu saat mereka melakukan aktivitas harian, seperti berkebun atau bersawah. Namun, ada juga yang berkendara bila ingin pergi ke tempat yang jauh. Saya sering berpapasan dengan petani yang membawa keranjang yang berisi sayuran di punggungnya, tetapi ada juga yang memakai sepeda ontel.
Selain berjalan kaki, mobilitas warga menggunakan  transfortasi air, yaitu perahu ketek. Perahu ini sangat diminati karena warga yang tinggal di pinggir danau agar lebih cepat sampai dibandingkan berkendara melalui jalur darat. Benar, saya pernah mencoba untuk melewati jalur darat, tetapi berhenti saat melihat tanjakan 45 derajat di depan mata. Risiko tergelincir saat hujan membuat warga lebih memilih transfortasi air.
Biasanya para wisatawan akan diajak berkeliling danau sambil melihat keadaan pulau Marisa yang ada di tengah danau Ranau. Pemandangan danau Ranau yang biru dan hijaunya dedaunan di pinggir danau, serta embusan angin danau yang menyejukkan memanjakan wisatawan untuk menikmati danau Ranau dari atas perahu ketek.
Pengembangan Pariwisata
Saya optimis bahwa desa wisata Kota Batu ini bisa berubah statusnya menjadi desa wisata maju asalkan kolaborasi antar berbagai pihak dapat terjalin dengan baik. Pembekalan dan sosialisasi kepada masyarakat setempat tentang keuntungan menjadi desa wisata, kesigapan aparat desa untuk berbenah dan memajukan desa, dan tentu saja berbagai dukungan material atau moral cara dari pemerintah OKU Selatan dalam rangka memperkenalkan pariwisata di daerah danau Ranau ini, termasuk desa wisata Kota Batu. Salah satunya adalah dengan mengadakan festival kreatif lokal yang diadakan setiap tahunnya.Â
Acara festival tahunan ini bertujuan untuk memperkenalkan wisata, budaya, dan kearifan lokal dari danau Ranau. Dengan adanya festival, masyarakat di luar danau Ranau akan tergerak untuk menghadiri acara. Tentu saja hal itu akan menambah pendapatan desa dan daerah OKU Selatan.
Ada harapan besar bahwa desa wisata Kota Batu ini akan terus berkembang menjadi desa wisata kategori maju. Oleh karena itu, selain  dukungan dari ketiga pihak di atas, desa ini juga membutuhkan dukungan dari berbagai pihak luar seperti Adira Finance untuk membantu ekonomi Indonesia dari sektor pariwisata dan ekonomi kreatif, khususnya segmen UMKM. Melalui Festival Kreatif Lokal yang merupakan salah satu bagian dari Program CSR Tahunan Adira Finance, "Berbagi untuk Negeri". Program ini bertujuan untuk memberdayakan ekonomi lokal di pelosok negeri sehingga ekonomi dapat tumbuh dan secara jangka panjang akan dapat memperkuat sektor ekonomi negara Indonesia. Banyak potensi UMKM di desa ini, seperti pembuatan gula aren Ranau, kopi Ranau, makanan khasnya, dan tas belanja yang terbuat dari botol minum kemasan. UMKM yang maju tentu saja akan membantu pendapatan daerah bahkan negara.
Komitmen dari Adira Finance  dengan mengadakan Festival Kreatif Lokal di 5 desa wisata di wilayah pulau Jawa dan Bali akan dilaksanakan sampai 13 November 2022, dengan mengusung tema Desa Wisata Ramah Berkendara menjadi secercah harapan bagi desa-desa wisata meskipun pelaksanaannya hanya terbatas di 5 desa wisata di wilayah Jawa dan Bali, bukan di Sumatra Selatan.Â
Saya berharap semoga tahun depan festival kreatif lokal Adira Finance ini bisa dilaksanakan di pulau Sumatra Selatan, terkhusus danau Ranau, OKU Selatan. Yuk, berwisata ke Kota Batu dan temukan hal menarik juga di sekitarnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H