Mohon tunggu...
Meliana Aryuni
Meliana Aryuni Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis pemula yang ingin banyak tahu tentang kepenulisan.

Mampir ke blog saya melianaaryuni.web.id atau https://melianaaryuni.wordpress.com dengan label 'Pribadi untuk Semua' 🤗

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Resensi Hijab for Sisters

24 Agustus 2022   14:15 Diperbarui: 24 Agustus 2022   14:31 2350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Judul: Hijab For Sisters Jadi Anak Pesantren
Penulis: Teiani Retno A
Penerbit: Elex Media
Jumlah Halaman: 256 halaman

Ini pertama kalinya saya membaca tulisannya Mbak Eno. Padahal saya sudah lama berteman di facebook pertama saya (sekarang sudah tidak bisa dipakai). Perkenalan pertama kami tidak ada tendensi si Mbak sebagai penulis karena beliau sendiri yang meminta pertemanan kepada saya. Bingung awalnya, tetapi melihat keramahan beliau, saya merasa enjoy dengan pertemanan itu.

Setelah ditelusuri, saya baru sadar bahwa beliau adalah seorang penulis bahkan penulis terkenal dan bukunya sudah banyak buanget. Aduh, saya merasa ingin menghilang, tapi tidak saya lakukan. Sampai akhirnya, facebook pertama harus wafat dan facebook kedua saya buat.

Di facebook kedua saya, saya yang mengirimkan pesan permintaan pertemanan kepada beliau. Alhamdulillah, beliau mengkonfirmasi dan kami ngobrol kembali. Apalagi sekarang beliau nyambi jualan buku. Jadilah saya pelanggan beliau. Buku-buku yang beliau jual adalah buku-buku langsung dari gudang dan harganya lumayan di kantong. Ongkir pengirimannya pun murah sehingga saya beberapa kali order buku ke beliau.

Kali ini, buku ini saya dapatkan  hadiah Ramadan tahun kemarin dari Kompasiana. Saya senang sekali dan menggunakan voucher itu untuk berbelanja di Gramedia.com. Setelah dipilih-pilih, dua buku pun saya masukan ke keranjang. Satu buku mbak Eno dan satu buku lagu daerah untuk anak-anak.

Masya Allah, buku ini betul-betul memukau saya. Tulisan yang di dalamnya mengalir dan saya merasa berada pada zaman si tokoh. Masa remaja yang begitu bersemangat seakan kembali saat saya membacakan buku ini bersama anak-anak.

Tasya yang anak kota, dengan pergaulan yang bebas dan sering nongkrong bersama teman-temannya mendadak harus tinggal di pesantren. Pemberontakannya dimulai hingga dia menjadi santri yang sering melakukan pelanggaran. Pertemanannya dengan Dini (Wonogiri), Sarah (bule), Astri (Jakarta) tidak selalu mulus. Apalagi Dini, yang dia anggap sebagai musuh.

Pergulatan batin dialaminya dari hari ke hari. Pesantren dianggapnya sebagai penjara mewah. Dini yang awalnya dianggap musuh akhirnya dia menjadi orang yang pertama memahami dirinya.

Lika-liku di pesantren pun mengubah pribadi Tasya menjadi lebih baik hingga dia dijadikan pembimbing santri yang lebih muda darinya. Tasya berhasil menjalani kehidupannya di pesantren. Bukankan siapa yang harinya sekarang lebih baik daripada kemarin maka dia termasuk orang yang beruntung. Siapa yang harinya sama dengan kemarin maka dia adalah orang yang merugi.

Kepiawaian mbak Eno dalam menuturkan tiap cerita dalam bab menunjukkan bahwa beliau adalah penulis hebat. Meskipun usia saat beliau menulis tidak remaja lagi, penggambaran beliau pada situasi psikologis remaja sangat mumpuni.

Saya dan anak-anak kadang tergelak dengan tingkah tokoh, apalagi Astri. Awalnya saya ragu untuk membacakan buku ini kepada anak karena saya tahu dari judulnya, ini bukan  bacaan anak-anak SD. Benar saja ketika saya membaca ada kata 'MBA', anak sulung saya bertanya. Alhasil, saya menjelaskan apa maksudnya dengan sejelas-jelasnya.

Mbak Eno pandai sekali membuat amanah cerita masuk tanpa kesan menggurui. Bahkan beberapa kutipan hadits dan ayat Al Quran disematkan secara implisit dalam cerita sehingga membaca buku ini menjadi sangat menyenangkan.

Belum seminggu, jumlah halaman yang lebih dari 2 ratus tidak terasa terlampaui. Membaca buku ini membuat jantung saya sering terlonjak kaget karena beberapa twist yang dibuat mbak Eno.

Pada halaman 245, penulis salah mengetik nama tokoh. Yang semestinya Tasya, berganti Astri. Ini sebenarnya tidak terlalu mengganggu ketika pembaca menyadari kekeliruan itu. Namun, akan berbeda halnya dengan pembaca yang tidak menelusuri setiap halaman, kesalahan nama tokoh akan membuat bingung pembaca.

Selebihnya, buku ini sangat baik untuk dibaca para remaja bahwa tidak semua yang kita sukai itu membuat kebaikan untuk kita. Yuk lah baca bukunya aja, ya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun