Mohon tunggu...
Meliana Aryuni
Meliana Aryuni Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis pemula yang ingin banyak tahu tentang kepenulisan.

Mampir ke blog saya melianaaryuni.web.id atau https://melianaaryuni.wordpress.com dengan label 'Pribadi untuk Semua' 🤗

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Belajar dari Kisah Ibu Kanti

23 Maret 2022   13:09 Diperbarui: 24 Maret 2022   02:09 716
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kisah seorang ibu Kanti di Brebes yang menggorok anaknya sendiri dua hari ini menjadi perbincangan media massa. Saya tertarik dengan kisah tersebut meskipun membaca uraian beritanya membuat perasaan saya campur aduk. Apalagi pro dan kontra pada perilaku ibu sangat banyak.

Saat membaca kisah ibu Kanti, saya teringat kisah nyata dari novel true story Torey Hayden. Berangkat dari kepeduliannya terhadap psikologis si klien, Torey Hayden mengobservasi dan menerapi kliennya. Saya pikir kejahatan sadis seperti yang dilakukan oleh ibu Kanti hanya terjadi di negeri luar.

Kenyataan, di negeri ini kisah serupa pernah saya dengar, seperti kisah ibu yang tega menenggelamkan anaknya di bak mandi. Namun, dengan penyebab yang berbeda. Untuk kasus ibu Kanti, psikologisnya sangat perlu diperhatikan.

Kita tidak bisa memungkiri bahwa masalah kesehatan mental sangat penting untuk dibahas. Bahwa mental yang sehat tumbuh dari awal kehamilan dan terus berproses sepanjang hayat. Bila terjadi hambatan atau masalah pada satu fase kehidupan, maka akan mempengaruhi seseorang pada fase kehidupan berikutnya.

Pola pengasuhan dari keluarga dan orang di sekitarnya sangat mempengaruhi kejiwaan seseorang. Kevin dalam satu klien dalam novel Torey Hayden adalah contoh kasus gangguan mental yang disebabkan oleh trauma masa lalu. Trauma ini membekas sampai usia 16 tahun.

Pada usia tersebut, orang-orang mengatakan bahwa Kevin tidak pernah lagi berbicara. Bahkan berkata tidak sekali ada seorang pun yang bisa memastikan kapan terakhir dia bicara. Ternyata, penyebabnya adalah perlakuan orang terdekat, yaitu ibunya dan ayah tirinya.

Trauma masa kecil Kevin ini membuat dia bungkam dan menyembunyikan diri. Namun,  di dalam dirinya untuk sering muncul keinginan untuk membunuh ibu kandungnya itu. Jika melihat kenyataan tersebut, maka penting sekali untuk para orang tua menjaga perilaku agar tidak menimbulkan luka jiwa sejak kecil. Yang akhirnya akan menjadi bom dan siap meledak kapan saja.

Terlepas dari keimanan seseorang, luka jiwa ini harus segera diobati. Bila jiwa terluka terus dan terjadi bertahun-tahun, maka akumulasi yang terjadi akan merugikan orang lain. Hal ini jangan sampai terjadi.

Seseorang yang sehat mental adalah seseorang yang tumbuh dalam lingkungan yang sehat, mendapatkan pendidikan utama (keluarga) yang baik, keberadaannya di masyarakat diterima dengan baik, dan memiliki pengetahuan terhadap diri sendiri yang memadai. Orang yang sehat mental akan terlihat dari perilakunya terhadap orang-orang di sekitar.

Kejadian yang dilakukan oleh ibu Kanti pasti membuat trauma baru bagi kedua anaknya yang melihat langsung kejadian tersebut. Trauma ini yang harus menjadi fokus utama para ahli rehabilitasi untuk segera diatasi. Trauma yang mengerikan akan sangat membekas pada psikologis kedua anak tersebut. Jika tidak segera diatasi, maka bisa jadi perilaku yang sama akan terulang kembali di kehidupan anak-anak itu nantinya.

Kisah ini menjadi memberi pelajaran kepada banyak pihak terutama orang tua untuk menjadi pribadi panutan selama hidupnya. Setiap orang tua pasti memiliki kesalahan dalam pengasuhan, entah dalam hal bicara, sikap tubuh, atau perlakuan antarsaudara. Namun, kesalahan terbesar bagi orang tua adalah ketidakmampuannya dalam menangkap akibat kesalahan itu bagi putra-putri tercinta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun