Â
Yang ditunggu pun tiba. Sekotak paket dari JNE sudah mendarat di rumah. Tak sabar rasanya ingin membuka, lalu mencicipi isinya. Ah, kue yang sudah lama sekali tidak bisa saya santap.
Saya memesan kue ini jauh banget, dari Bogor melalui toko online. Entah panganan ini asli dari daerah mana, yang penting menurut saya rasanya enak. Yang saya suka dari memesan dari toko online tersebut adalah gratis ongkirnya. Menurut saya promonya menarik sekali. Kebetulan barang yang saya cari ada di sana. Ya, akhirnya jatuh cinta deh.
Dua pangan ini loh yang baru saja sampai. Teman-teman, tahu 'kan kue apa ini? Ya, benar. Kue ini dinamakan kue sagon. Dari dua kue itu, yang mana yang terbuat dari ketan? Tepat sekali! Yang berbungkus plastik bening itu disebut sagon ketan dan yang satunya terbuat dari tapioka. Bagaimana rasanya? Hemmm, menurut saya rasanya enak banget loh.
Beberapa tahun yang lalu, saya pernah membuat sagon tapioka tanpa oven. Saya hanya mengandalkan teplon jadul. Untuk vanili, saya ganti dengan daun pandan yang disanggrai bersama kelapa parut. Harumnya lebih enak pakai pandan, itu sih menurutku. Namun, lebih praktis pakai vanili. Ah, bagi saya, yang alami itu tetap nomor satu.
Apakah pakai teplon membuat sagon saya berhasil? Tentu saja dong, rasanya juga enak. Enggak kalah dengan yang saya makan ini. Bedanya, yang ini rapi dan sagon buatan saya bentuknya amburadul dan tidak begitu renyah. Namun, anak-anak suka dan dengan senang hati menghabiskannya.
Dari kreasi itu, ternyata saya pun bisa membuat panganan ini. Rasa malas, enggak mau ribet, dan sok sibuk sehingga membuat saya mencari alternatif membeli di toko online.
Jika Teman-teman ingin mencicip atau sekadar tahu rasa dari sebuah panganan jadul, dengan uang 10 ribu pun sangat bisa dilakukan ditambah gratis ongkir pada akhir bulan. Tinggal masukkan barang ke keranjang, pilih pengiriman (direkomendasikan JNE), bayar, dan selesai. Selanjutnya, tunggu deh si kurir memanggil dari depan pintu pagar.
Memberi dukungan kepada bisnis UMKM dalam bentuk berbelanja di sebuah toko online adalah cara yang bisa kita lakukan. Meskipun nilai belanjaan kita tidak besar, saya yakin dari nilai kecil itu usaha UMKM akan mulai bertumbuh menjadi bisnis besar. Jadi, tidak ada salahnya sesekali berbelanja di toko online dengan tetap menimbang isi dompet.
Peningkatan keberadaan UMKM pada tahun 2016 menunjukkan bahwa rakyat Indonesia masih berminat pada usaha ini. Terlihat juga kebangkitannya di tengah pandemi ini sehingga memberi semangat kepada saya agar tetap bertahan di situasi sulit sekali pun.
Usaha-usaha itu ada yang diwadahi dan dibantu melalui pembiayaan peminjaman di suatu bank pemerintah. Namun, ada juga yang bermodalkan pribadi. Dengan pembiayaan tersebut, diharapkan UMKM bisa terus bertumbuh dan berkembang. Dengan UMKM yang maju, perekonomian Indonesia pun akan meningkat.
UMKM sebagai indikator keberhasilan ekonomi di negara ini. Oleh karena itu, semua usaha UMKM pun harus mengalami pembaharuan (inovasi) dalam hal manajemen, cara pengelolaan keuangannya pun harus menunjukkan peningkatan. Bila yang tadi bersifat manual, maka beralih ke digital. Hal itu akan membuat UMKM tampil lebih menarik.
Teman-teman, yuk bantu UMKM di negeri ini dengan cara mempromosikan dan membeli produk olahan mereka. Dari gerakan itu, banyak UMKM yang akan terbantu. Kita pun akan terbantu dan menikmatinya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI