Saya seringkali melihat fenomena di sekitar bahwa karena kelamaan libur dapat menyebabkan anak-anak malas sekolah. Bila dilihat dari kacamata kuda, memang kalau udah keenakan dengan fasilitas yang ada, yang ada memang malas.
Semasa mengajar dulu, saya pernah menemukan kasus seorang siswa saya tidak mau sekolah lantaran sudah nyaman dengan tontonan dan permainan yang disediakan oleh orang tuanya. Fasilitas TV dan permainan online di kamar membuat aktivitas bermain bersama saudaranya berkurang. Bahkan interaksi si anak dengan keluarga jarang sekali terlihat. Dia lebih senang menyendiri di kamar.
Saya pun mengunjungi rumahnya dan mencari penyebabnya. Ternyata, betul bahwa fasilitas yang diberikan orang tuanya telah membuat si anak terlena. Saya pun menganjurkan agar orang tua membatasi pemakaian fasilitas itu.
Alhamdulillah, awalnya si anak memang tantrum. Namun, setelah 5 hari, si anak mulai mau sekolah. Dari kisah tadi, saya menjadi tahu bahwa fasilitas yang diberikan oleh orang tua tidak sepenuhnya bisa berimbas baik pada anak. Bila pemberian fasilitas itu tidak diiringi dengan pengawasan, maka akibatnya akan membuat kerugian pada diri anak.
Saat awal masuk sekolah, alangkah baiknya pihak sekolah dapat melonggarkan sedikit waktu pembelajaran. Misalnya, waktu itu bisa diisi dengan kegiatan menyenangkan, seperti diisi dengan permainan yang menyenangkan sehingga siswa tidak langsung dibebani oleh materi. Para guru harus memberikan waktu untuk menyenangkan bagi para siswa sehingga keinginan mereka untuk terus sekolah akan terus terjaga.
Ayo, para ibu! Siapkan diri untuk keribetan yang akan muncul saat anak-anak mulai masuk sekolah. Jangan sampai para ibu yang minta liburan. Tambah repot 'kan jadinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H