Sebuah ungkap sayang dan doa adalah kado yang bisa kuberikan untuk Emak. Berikut adalah ungkapanku untuk Emak di ujung kerinduan.
Emakku sayang,
Kata orang setiap tanggal 22 Desember itu diperingati hari ibu. Emak sudah tahu 'kan apa itu hari ibu? Aku sih sudah tahu sejak lama, tetapi bagiku hari ibu itu bukan pada tanggal itu saja. Hari-hari lain juga adalah hari ibu. Bukankah setiap hari para ibu bekerja dan menjaga keluarganya dengan baik, ya, Mak? Harusnya setiap hari adalah hari ibu, setuju, Mak?
Kata orang pada setiap hari ibu itu harus memberikan sesuatu yang spesial, tetapi aku tidak tahu apa yang spesial yang bisa kuberikan untuk Emak. Aku bingung. Toh, kita pun terpisah oleh jarak yang cukup jauh.
Emak lihat saja di media sosial, di hari ibu ini banyak sekali ucapan untuk para ibu dari anaknya. Ucapannya bagus dan diberi ilustrasi yang menarik loh, Mak. Ah, aku lupa Emak 'kan enggak mengenal media sosial. Bahkan menggunakan ponsel jadul pun Emak masih bingung, apalagi main facebook atau instagram. Namun, aku bersyukur karena Emak enggak bisa menggunakannya.
Bila Emak bisa menggunakan internet, maka aku takut Emak kecanduan seperti aku. Eh, enggak kok, Mak. Aku enggak kecanduan internet kok. Aktivitasku dengan internet tidak full kok. Aku hanya sesekali menggunakan internet untuk berbagi tulisan dan mengikuti kegiatan menulis lainnya. Seperti yang kulakukan pada Ladiesiana Event kali ini.
Saat yang lain mengungkapkan rasa cintanya melalui kado dengan isi barang kesayangan ibunya, aku belum bisa melakukannya. Aku bingung untuk memberikan kado yang tepat untuk Emak.
Emak ingat kejadian sewaktu kami masih sekolah, saat kami membelikan kue ulang tahun berukuran mini untuk Emak? Rona wajah Emak berubah, terharu saat kami mengeluarkan kue itu. Namun, Emak hanya berkata," Darimana kalian uang?" Kami bertiga hanya tersenyum mendengar pertanyaan Emak. Emak tahu, uang itu adalah hasil kumpulan uang jajan kami.
Kisah kue ulang tahun mini itu menjadi cerita indah kami. Sekarang, setelah bertahun-tahun tinggal di rantau dan beberapa tahun belum pulang kampung, kulihat dari video, Emak memang tidak lagi muda. Perubahan secara fisik tampak nyata. Usia Emak memang sudah senja. Hatiku bersedih saat kita berbicara melalui layar ponsel.
Aku bersedih karena pada usia Emak saat ini, aku belum bisa menyenangkan hati Emak. Ingin rasanya kuajak Emak jalan-jalan menikmati alam di sini, tetapi kutahu kondisi tubuh Emak tidak memungkinkan untuk pergi ke tempatku. Kuyakin bukan itu kado yang Emak inginkan dariku.
Jika semasa bersama dulu aku bisa membantu Emak memasak, menyapu, mencuci di sela waktu longgarku, maka sekarang tidak bisa kulakukan. Padahal ada rasa rindu untuk melakukan hal itu. Aku rindu membuat bolu atau roti kesukaan Emak dan Papa. Aku rindu membuat kue bantal  untuk camilan kita sekeluarga.
Aku pikir, sepertinya, itu bisa dijadikan kado yang akan kuberikan saat berjumpa keluarga di sana. Aku yakin Emak tidak akan meminta kado dariku meskipun di hari lahir. Namun, keinginanku untuk membuat Emak menyadari bahwa kami menyayangi Emak itu harus diwujudkan.
Aku yakin bahwa bentuk perhatian dan kasih sayang dari kami adalah kado yang tak ternilai harganya. Bahkan nilainya lebih dari segalanya. Yang terpenting bagi Emak adalah bukan pemberian fisik. Materi akan habis, tetapi perhatian, kasih sayang, keterbukaan, dan doa yang tulus lebih disukai Emak dari emas atau uang.
Maaf, Mak. Saat ini hanya doa dari kejauhan yang bisa aku berikan untuk Emak. Semoga Emak dan seluruh keluarga kita dilindungi Allah swt. sehingga kita bisa berkumpul kembali dalam waktu dekat ini.
Terima kasih Emak telah menjadi ibu yang baik untukku dan saudara-saudaraku. Terima kasih Emak sudah sangat sabar dalam mendidik kami. Melalui tangan Emak, aku diajarkan kemandirian, keterampilan pada diri sendiri. Aku sayang Emak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H