"Maksud, Ibu?" Naya mencoba meredakan rasa kagetnya.
"Ya, kamu bisa, Naya! Ibu yakin jika kamu berusaha sungguh-sungguh, maka impianmu akan terwujud!" ucap bu Risma bersemangat.
Naya belum begitu mengerti maksud perkataan bu Risma. Pikirannya belum terbuka. Mungkin karena perasaan dan pikirannya saat ini masih tertuju kepada kebakaran rumahnya dulu.
"Bagaimana caranya, Bu?" tanya Naya penasaran.
"Kamu ikut tes masuk perguruan tinggi negeri. Sekarang kamu masih kelas 2 SMA. Ibu lihat nilaimu cukup bagus. Bila nanti ada kesempatan masuk universitas negeri tanpa tes, kamu ikut ya," ucap bu Risma tersenyum.
Naya ikut menarikkan kedua sudut bibirnya ke atas. Sekarang dia tahu bahwa ada satu jalan yang bisa dia lakukan, yaitu bersungguh-sungguh dalam belajar. Man jadda wa jadda, siapa yang bersungguh-sungguh dia pasti mendapatkannya. Itulah semangat yang sering ayahnya katakan dulu ketika beliau mengajar gaji di mushola.
"Baik, Bu. Naya akan berusaha belajar lebih giat lagi. Naya ingin seperti bu Risma, ayah Naya, dan ibunya Naya," tekad Naya kuat.
"Nah, gitu dong. Sekarang, Naya harus lebih bersemangat ya. Ayah dan ibunya Naya pasti bangga dengan Naya. Ibu juga bangga dengan Naya," ungkap bu Risma.
Sejak saat itu, Naya mengisi hari-harinya dengan belajar. Tiada hari tanpa belajar. Kadang dia lupa waktu. Makannya sering terlambat. Bu Risma selalu mengingatkan tentang hal itu, tetapi Naya terlalu memikirkan tentang impiannya.
"Sungguh-sungguh itu harus, Naya, tetapi kamu harus menjaga kesehatanmu ya," ucap bu Risma. Begitulah nasihat yang selalu diucapkan bu Risma kepada Naya.
***
"Naya, setelah ini datang ke kantor Bapak ya. Ada yang mau Bapak mau bicarakan sama kamu," Â ucap pak Zaidi ketika bel pelajaran berakhir.