"Aku tidak tahu apa yang akan dilakukan Abang untuk mendapatkan hati Papa dan Mama. Aku tidak mau Papa dan Mama marah kepadaku."
"Baiklah. Aku akan mencoba membantumu, Fa." ucapku memberi penguatan pada keputusannya.
Ifa memelukku dengan tangis yang semakin menjadi. Aku kasihan pada gadis itu.
***
Rangkaian rencana sudah kusiapkan untuk membantu temanku. Aku yakin jika rencanaku ini berhasil, Papa dan Mama Ifa akan luluh.
"Fa, boleh aku menyampaikan usulanku," ungkapku kepada Ifa disela pergantian jadwal mengajar.
"Hemmm ... Apa itu?" tanyanya datar.
"Aku boleh menginap di rumahmu?" tanyanya.
"Tentu saja. Kamu kan sudah lama tidak menginap di rumahku."
"Nanti aku coba berbicara kepada Mama. Mama kan suka ngobrol denganku kalau aku main ke rumahmu. Semoga saja hati Mama bisa terbuka," ucapku.
"Oh iya, Mama dan kamu kan akrab. Wah, aku seperti mendapat angin segar!" Wajah Ifa berubah ceria.
"..., tetapi kamu ingat jangan sampai membuat Mama bertambah marah ya."
"Tenang saja, Non. Aku ini kan jago merayu. Mama tidak akan marah kepadaku. Tenang!" kataku.
"Sip. Kapan kamu mau nginap di rumah?"