Ada yang tahu kapan Hari Pangan Sedunia atau World Food Day diperingati? Ya tepat sekali 16 Oktober. Hari Pangan Sedunia pada tahun ini memiliki tema "Our action are our future, healthy diets #zerohungerworld", yang artinya tindakan kita adalah masa depan kita, pola pangan sehat tanpa kelaparan. Dengan adanya tema ini kita sebagai masyarakat turut mendukung pemerintah dan mendorong semangat petani, untuk mewujudkan ketahanan pangan Indonesia.
Dibalik kemeriahan acara Hari Pangan Sedunia 2019 dibalut sebuah ironi. Indonedia negeri agraris belum mampu mencapai swasembada pangan, kelaparan menghantui negara sendiri. Indeks Kelaparan Global 2019, Indonesia berada di peringkat ke-70 dari 117 negara yang memenuhi syarat. Dengan skor 20,1 yang dikategorikan tingkat kelaparan yang serius dan perlunya perhatian lebih.
Jumlah penduduk yang semakin meningkat, semakin berkurang kualitas alam membuat masalah ketersediaan pangan menjadii kendala besar. Beberapa negara di dunia mengalami krisis berkepanjangan, pada akhirnya berimbas pada ketidakmampuan menyediakan pangan yang memadai bagi penduduknya. Indonesia yang diklaim sebagai negara agraris, belum bisa mencapai swasembada pangan.
Meskipun potensi untuk membangun ketahanan pangan sangat besar. Impor bahan pangan hingga saat ini deras masuk ke negeri ini telah memarginalkan produk lokal dan merugikan petani kita. Angka kemiskinan yang tergolong tinggi membuat masyarakat tidak sepenuhnya bisa mengakses produk pangan sehat, apalagi pola pangan sehat.
Sumber daya alam melimpah ruah, kawasan air luas nan jauh dimata, tapi tragedi terjadi dimana-mana. Â Impor pangan yang masih deras di negeri ini, imbas terkena merugikan petani. Masih banyak negara yang kekayaan melimpah ruah namun rakyatnya jauh dari sejahtera. Mengapa ini terjadi? kita menuduh pemerintah yang salah sendiri, tanpa bercermin diri. Paradigma ini yang perlu ditanamkan sejak dini membantu negeri bukan tergantung pada pemerintah apalagi petani. Jangan menutup diri hanya utuk kepentingan sendiri. Pikirkan negeri yang kini kelaparan menghantui.
Hal-hal kecil yang harus ditanamkan sejak dini untuk menutas kelaparan di Indonesia untuk tanpa kelaparan di tahun 2030 dengan menghagai makanan. Pada zaman penjajah status sosial dapat dilihat dari apa yang kita makan. Mengonsumsi nasi dan garampun terasa nikmat kala itu. Berbanding terbalik dengan dengan masyarakat kita saat ini.
Bagaimana leluhur kita memperlakukan makanan, menghargai setiap jerih payah para petani, agar perut tetap terisi. Seringkali kehidupan kita sehari-hari masih belum menghargai makanan yang ada. Menentut makanan berlebih pada akhirnya terbuang sia-sia. Terlebih di era modern fenomena-fenomena makanan yang hits kalangan kawula muda. Bukan hal yang lazim untuk menunjukkan apa yang mereka makan hanya dengan sentuhan jempol (gadget), hanya untuk kesenangan yang hanya sementara.Â
Bijak membeli, menyimpan dan sikap berbagi, limbah rumah tangga di negara maju merupakan limbah makanan yang menumpuk. Jadilah pembeli yang bijak! membeli bukan karena mampu tapi perlu. Taukah kamu orang diuar sana masih belum bisa menikmat makanan yang engkau makan saat ini? sedangkan berpesta-pora dengan mengenyangkan perut sendiri.
Jauhkan budaya Indonesia yang lama "Apapun makanannya, kalo belum makan nasi berarti belum makan". Setiap kita memiliki kapasitas perut yang hampir sama. Makan yang secukupnya bukan sekenyangnya. Jika makan tersisa simpanlah ia. Bila perlu disumbangkan kepada yang membutuhkan. Membagikan makanan kita bila berlebih jauh lebih mulia dibandingkan dengan menyimpan untuk dinikmat sendiri. Berbagi itu indah! jika memberi dengan tulus.
Selamat menikmati, ingatlah dengan semesta rela berkorban untuk makanan diatas mejamu!