Mohon tunggu...
Melek Politik
Melek Politik Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kaum Milenial Melek Politik

Melek Politik merupakan platform kaum milenial untuk mengetahui lebih dalam mengenai politik.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Eri Cahyadi, Mantan Bappeko yang Tak Pernah Perhatikan Wilayah Pinggiran

24 November 2020   21:51 Diperbarui: 24 November 2020   22:02 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam debat pilwali pada 4/11 Eri Cahyadi-Armudji melontarkan jawaban mulai dari permasalahan pendidikan, kesehatan hingga pelayanan. Dalam hal itu data yang di sampaikan tidak akurat sama sekali. Seperti halnya tempat perkumuhan. Eri menjelaskan bahwa tempat perkumuhan di surabaya ini 0%.

Tempat tinggal yang kumuh harus menjadi perhatian pemerintah kota, sebab tempat yang kumuh sangatlah berpengaruh pada kesehatan fisik dan mental warga yang tinggal disekitarnya. Baik orang dewasa, apalagi anak-anak.

Eri cahyadi calon walikota, yang bagian dari kepemerintahan kota menyatakan Surabaya 0% dari tempat perkumuhan dalam debat kadidatnya, sedangkan dipinggiran kota masih banyak kita temui tempat-tempat yang jauh dari mantawuan pemerintah, apa yang disampaikan oleh Eri Cahyadi itu tidak sesuai dengan kondisi Surabaya saat ini.

Melihat dari apa yang disampaikan oleh Eri Cahyadi dan kondisi pinggiran kota menandakan pemerintah acuh pada masyarakat pinggiran, jika kita menulusuri kota surabaya dari daerah ke setiap daerah, misalnya di daerah sidotopo, sawahpulo, jatisrono, donokerto, kapasan, bahkan kalimas disana masih banyak rumah pinggir sungai yang tak layak huni, adapun sungai yang sudah tercemar akibat penumpukan sampah yang belum sama sekali tersentuh oleh tangan pemerintah.

Perkataan Eri Cahyadi ngeklaim Surabaya 0% hanyalah bahasa politis sebagai calon walikota yang bagian dari kepemerintahan saat ini, sedangkan masih banyak persoalan di daerah pinggiran kota yang belum terselesaikan, jauh dari pembangunan secara merata melihat  kota bila dibandingkan dengan daerah-daerah  pinggiran Surabaya.

Kesalahan penyebutan data lumrah, tapi kalau kesalahan disebut dengan sengaja dan penuh dengan keyakinan, untuk menutupi kekurangan ini merupakan kesalahan fatal.

Pernyataan Eri Cahyadi ini sangat menyakiti masyarakat pinggiran karena secara tidak langsung keberadaan mereka tidak dianggap, dan Surabaya versi Eri Cahyadi hanya jantung kota

Sedangkan kemajuan daerah tidak hanya dilihat dari pembangunan infrastruktur kotanya yang megah, akan tetapi juga pembangunan secara merata untuk selalu rakyatnya Surabaya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun