Pergulatan politik pilwali Surabaya semakin menarik. Gaung kampanye memenuhi seluruh penjuru kota Surabaya. Tiap-tiap ruas jalan penuh dengan umbul-umbul, sosialisasi ke kampung-kampung semakin gencar dilakukan masing-masing paslon dan timnya.
Beberapa hal yang dapat memberikan kemenangan dalam pilwali adalah karena sosialisasi yang massif, branding image dan kualitas personal yang baik, serta performanya saat debat.
Sudah dua kali dilaksanakan debat terbuka calon walikota Surabaya. Yang kedua telah dilaksanakan 18 November 2020, ada saja hal menarik yang lagi-lagi dilakukan paslon nomor urut 1.
Lagi dan lagi, ia berlagak seperti kandidat petahana yang memaparkan pencapaian-pencapaian pemerintah Surabaya. Eri semacam mengklaim bahwa  pekerjaan walikota hari ini adalah pekerjaan yang telah ia lakukan, kesuksesan pemerintah Surabaya hari ini  sebagai pencapaiannya.
Yang Perlu diketahui adalah, Eri sebagai mantan Bappeko (Badan Perencanaan Pembangunan Kota) memang mempunyai andil untuk kota dalam beberapa pekerjaan yang dia emban. Namun tak elok jika ia mengklaim seakan-akan akan segala pencapaian walikota Surabaya adalah pekerjaan dia.
Lantas mengapa ia melakukan demikian? Ada hal menarik dari statement Ari Wibowo, analis politik Universitas Airlangga, saat diwawancarai news anchor CNN Indonesia, bahwa Eri bukan apa-apa jika tidak menempel pada sosok Risma.
Secara gamblang Ari berpendapat bahwa "Sebenarnya sekarang suaranya (pemilih) Eri itu bergantung pada beberapa hal, satu hal pertama adalah gimmick dari Risma, karena Risma berkali-kali (berkata) bahwa pengganti dia yang akan meneruskan dia adalah Eri, pendukung Risma, katakanlah sebagian (dari) pendukung Risma itu (akan) mengarah kepada Eri"
Memang telah massif jargon #meneruskankebaikan terpampang dalam setiap baliho Eri dan diikutsertakan pula foto Risma, pemahaman awam masyarakat bahwa Risma secara eksplisit telah mendukung bahkan mengklaim Eri-lah yang pantas menjadi penerusnya memimpin Surabaya.
Perlu diketahui bahwa sebelum penetapan bakal calon walikota dari partai PDIP tidak ada muncul nama Eri. Namun kenyataan berkata lain, elektabilitas dan loyalitas Wishnu yang digadang-gadang akan dicalonkan PDIP sebagai calon walikota Surabaya kandas saat ditetapkannya sosok lain, Eri, sebagai calon walikota yang diusung partainya.
Sudah bukan hal rahasia jika banyak warga yang berpendapat bahwa Eri tidak akan mendapatkan suara yang massif jika ia tidak  menempel kepada Risma.
Dari paparan di atas, jelas bahwa mungkin inilah yang mendasari mengapa Eri kerap kali berbicara seolah-olah ia adalah calon petahana dan mengklaim pekerjaan walikota yang sekarang ini sebagai kesuksesannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H