Yang menjadi perdebatan dan alasan keluarga mencegah pasien tahu penyakit sebenarnya adalah ketakutan bahwa pasien akan menjadi sedih bahkan depresi yang akhirnya justru berbahaya bagi dirinya.
Ketakutan ini kadang memang murni karena mencemaskan keadaan pasien tersebut, tapi dilain pihak ketakutan ini sendiri karena keluarga juga tidak mau susah ketika pasien menjadi sedih, akhirnya nanti keluarganya sendiri yang akan repot untuk kembali membawa pasien ke dokter, ke psikolog ataupun ke psikiater.Â
Tapi memang sebenarnya, terapi paliatif ini tidak hanya melibatkan tenaga medis (dokter, perawat, farmasi, ahli gizi), tetapi juga melibatkan dukungan keluarga dan orang sekitar.
Pasien ketika diberitahukan penyakitnya, adalah hal yang wajar ketika dia menjadi sedih dan masuk ke dalam tahap kesedihan.
Berdasarkan teori oleh Dr. Elisabeth Kubler-Ross, dijelaskan bahwa tahap kesedihan terbagi menjadi 5 tahap yang harus dilewati yaitu denial (menyangkal), anger (marah), bargaining (menawar), depression (sedih), dan acceptance (menerima).Â
Pada akhirnya pasien akan masuk ke tahap penerimaan, namun jangka waktu memasuki tahap tersebut masing-masing individu berbeda.
Maka, daripada itu, jika keluarga memang perhatian dan sayang dengan pasien, maka harus memotivasi pasien untuk bisa melewati tahap-tahap yang ada dan masuk ke tahap penerimaan.
Tahap penerimaan inilah nanti yang akan menjadi puncak kesadaran pasien sehingga pasien akan mempersiapkan diri sebaik mungkin bagaimana menghadapi hal yang akan terjadi dimasa depan.
Tahap denial atau menyangkal adalah tahap yang paling penting agar pasien ditemai oleh keluarga dekatnya, dibantu oleh dokter dan tenaga medis lainnya.
Tahap ini biasanya memakan waktu yang lebih lama dibandingkan tahap lain, karena pada saat ini pasien masih berusaha mengatakan bahwa dirinya sangat sehat dan baik-baik saja. Badannya kuat dan tidak mungkin penyakit ini bisa membahayakan dirinya.Â
Pada tahap ini juga kadang pasien akan lebih banyak berobat baik ke tempat fasilitas kesehatan lainnya untuk meminta second opinion, bahkan ke tempat pengobatan alternatif demi mendapatkan kesembuhan.