Siklus kehidupan berawal dari saat kita terlahir, kemudian tumbuh menuju fase anak-anak, dewasa dan kemudian ke tahap akhir yaitu lanjut usia yang identik dengan dekatnya manusia dengan kematian.Â
Dalam siklus kehidupan, kematian bisa terjadi kapan saja tanpa melewati tahapan yang sudah dilaksanakan. Kematian bisa terjadi secara mendadak karena penyakit, trauma, rudapaksa ataupun kecelakaan, namun bisa juga terjadi dengan prediksi karena suatu penyakit yang diderita seseorang.
Sudah banyak penelitian tentang prediksi kematian akibat penyakit kronik yang bersifat terminal, sebagai contoh misalnya survival rate (kelangsungan hidup) individu dalam 1 tahun pada penderita kanker, survival rate pada penderita Penyakit GInjal Kronik dengan komorbid/penyakit penyerta dan lain sebagainya.Â
Tentunya ketika penderita dihadapkan pada kasus penyakit terminal, maka perencanaan perjalanan hidup ke depan sudah harus disiapkan sejak dini, tidak hanya terkait penyakit yaitu nyeri, sesak, lemah dan lain-lain, namun juga terkait keputusan bagaimana dirawat, biaya pengobatan sampai pembagian harta warisan sudah dibicarakan sejak dini.
Berkaca dari hal tersebut, maka muncullah istilah perawatan paliatif (palliative care). Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) palliative care adalah pendekatan yang meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga yang menghadapi masalah kesehatan yang mengancam jiwa, melalui pencegahan dan tindakan untuk mengurangi nyeri, masalah fisik, sosial, dan spiritual yang dihadapi pasien selama pengobatan.Â
Umumnya, perawatan ini ditujukkan pada pasien kanker dengan stadium lanjut. Dalam perawatan, tim yang terdiri dari dokter, perawat, ahli gizi, pekarya dan keluarga pasien akan berkeja sama untuk meningkatkan kualitas hidup pasien, sebagai contoh misalnya pasien mengeluhkan nyeri, maka untuk meringankan gejalanya dokter meresepkan obat pereda nyeri kanker tambahan.Â
Perawatan paliatif ini diperuntukkan kepada penyakit terminal antara lain kanker stadium akhir, gagal jantung yang sudah berat, penyakit Ginjal Kronik end-stage, dan penyakit lain yang sifatnya tidak akan membaik lagi.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menekankan lagi bahwa pelayanan paliatif berpijak pada pola dasar berikut ini :
- Meningkatkan kualitas hidup dan menganggap kematian sebagai proses yang normal.
- Tidak mempercepat atau menunda kematian.
- Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang menganggu.
- Menjaga keseimbangan psikologis dan spiritual.
- Berusaha agar penderita tetap aktif sampai akhir hayatnya.
- Berusaha membantu mengatasi suasana duka cita pada keluarga.
Dalam perkembangannya, sedikit terjadi pergeseran makna dari perawatan paliatif ini, dari yang semula adalah perawatan yang bersifat pendekatan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien, mengurangi beban penyakit dan mempersiapkan kematian, menjadi semacam diagnosa akhir pada pasien yang sudah menjelang kematian sehingga menjadi terkesan abai atau mengabaikan.
Sebagai contoh ketika pasien dengan kanker paru stadium lanjut yang sudah jelas survival rate di bawah 5 tahun, tetapi tidak pernah dilakukan edukasi terkait perawatan paliatif, hanya menjalani pengobatan rutin kemoterapi dan kontrol rutin, kemudian masuk karena sesak berat dan berdasarkan penilaian pasien tersebut tidak akan bertahan lama lagi, baru dikatakan ke keluarga bahwa pasien ini hanya paliatif saja lagi.Â
Ini adalah pernyataan yang kurang tepat, karena justru paliatif disampaikan diawal agar pasien dan keluarga siap ketika terjadi fase akhir kehidupan seperti yang terjadi pada cerita ini.
Penyataan "hanya paliatif saja lagi" pada pasien yang memasuki fase akhir (kematian) terkesan kurang bijak yang nantinya takut akan menjadi berkurangnya perhatian perawatan kepada pasien yang akan meninggal, yang justru sangat diperlukan diakhir hayat.
Pada kasus ini, pasien sebenarnya memasuki tahap End of Life (EoL) care yang merupakan bagian akhir dari palliative care. Dalam EoL care ini sebenarnya pasien sudah matang dalam persiapan menghadapi fase ini.Â
Kematangan ini dilaksanakan pada saat perawatan paliatif dimana salah satu yang dipersiapkan adalah ketika pasien memasuki tahap akhir kehidupan, apakah pasien dirawat ke rumah sakit ataukah hanya di rumah saja.Â
Jika terjadi henti jantung, apakah pasien akan dilakukan resusitasi atau tidak, ketika sakaratul maut, maka siapa yang mendampingi di samping untuk menuntun bacaan, pasien dikuburkan di mana, pembiayaan pengobatan menggunakan dana apa, bahkan ketika pasien meninggal maka segala harta warisan dan hibah sudah dipersiapkan kepada penerimanya.
Dewasa ini, membicarakan tentang prediksi kematian berdasarkan data kepada pasien ataupun keluarga bukan hal tabu dan harus dihindari. Justru dengan membicarakan sejak awal akan membantu pasien melewati tahap kesedihan dengan baik.Â
Berdasarkan teori oleh Dr. Elisabeth Kubler-Ross, dijelaskan bahwa tahap kesedihan terbagi menjadi 5 tahap yang harus dilewati yaitu denial (menyangkal), anger (marah), bargaining (menawar), depression (sedih), dan acceptance (menerima).Â
Ketika suatu kasus ditutup-tutupi kepada penderita, maka justru akan memperlambat fase penerimaan pada tahap kesedihan dari pasien tersebut, sehingga seolah-olah menimbulkan harapan palsu yang nantinya ketika pasien masuk dalam tahap End of Life (EoL) care justru terjadi ketidaksiapan dan pasien meninggal dalam kondisi terkesan terabai tanpa persiapan yang harusnya bisa dilakukan sejak awal.Â
Justru dengan perawatan paliatif, akan membantu pasien mempercepat tahap penerimaan dan akhirnya dapat mempersiapkan segala sesuatunya dengan bantuan tim paliatif dan juga keluarga inti.
Palliative care bukanlah pernyataaan keranjang sampah yang diberikan pada pasien yang sudah mengalami fase menjelang kematian.
Palliative care justru pernyataan yang diberikan sedini mungkin kepada pasien terminal yang bertujuan justru untuk membantu pasien untuk menghadapi hari akhir dengan damai, akhir yang baik dan meninggalkan kesan yang baik baik terhadap dirinya maupun keluarga.
Salam sehat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H