Mohon tunggu...
Meldy Muzada Elfa
Meldy Muzada Elfa Mohon Tunggu... Dokter - Dokter dengan hobi menulis

Internist, lecture, traveller, banjarese, need more n more books to read... Penikmat daging kambing...

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Tetap Tenang Saat Serangan Asma, Berikut Langkah-langkahnya

12 Agustus 2016   21:52 Diperbarui: 13 Agustus 2016   09:08 1330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yang ditakutkan saat serangan asma yang bersifat akut adalah perberatan penyempitan saluran nafas yang menyebaban penderita menjadi kekurangan oksigen jaringan yang disebut dengan hipoksia. Kekurangan oksigen jaringan menyebabkan darah memprioritaskan pemberian oksigen ke otak, ditandai tangan dan kaki menjadi pucat dan dingin. 

Yang penting diingat, saat serangan akut yang terjadi adalah penurunan kadar oksigen (O2), namun jika asma bersifat terus menerus dan menjadi kronik, yang terjadi adalah penumpukkan kadar karbondioksida (CO2) dalam darah karena kegagalan pembuangan CO2 secara sempurna akibat penyempitan saluran nafas. Dalam hal ini tatalaksana terapi oksigen pada kedua kondisi tersebut berbeda, namun yang diulas dalam tulisan ini adalah langkah pada serangan asma yang bersifat akut.

Berikut adalah langkah-langkah sederhana (non-hospitalize):

  1. Membawa penderita ke ruangan terbuka atau ruangan dengan ventilasi yang baik.
  2. Sedapat mungkin kenali faktor pemicu (debu, bulu binatang, serbuk sari pada bunga dan lainnya) dan menyingkirkan faktor yang menyebabkan serangan tersebut, minimal tidak ada diruangan penderita.
  3. Posisikan penderita duduk dengan sedikit membungkuk ke depan. Usahakan terdapat meja di depan penderita untuk sandaran tangan saat membungkuk di depan.
  4. Tarik nafas melalui hidung dan keluarkan melalui mulut dengan sedikit mencucu/meniup sehingga terkesan ada tahanan saat menghembuskan nafas. Tindakan ini mirip dengan rehabilitasi paru yang bertujuan memperbaiki kapasitas paru dengan meningkatkan fungsi otot-otot pernafasan dan membuka jalan nafas. 
  5. Tidak perlu diberikan air minum yang berlebih, karena cenderung menyebabkan tersedak.

Pantau tindakan ini maksimal 10 menit, jika tidak ada perbaikan maka diharuskan melakukan intervensi selanjutnya yaitu:

  1. Berikan obat semprot pelega nafas aksi cepat (short acting bronkodilator inhaler). Obat ini wajib dimiliki dan menjadi harga mati untuk selalu dibawa penderita asma, walaupun status asmanya intermitter (kadang-kadang) ataupun persisten (cenderung sering berulang). Obat semprot ini harus selalu dibawa sebagaimana penderita penyakit jantung koroner selalu membawa tablet bawah lidah saat terjadi serangan nyeri dada. 
  2. Ulangi semprotan short acting bronkodilator inhaler jika dalam 15 menit tidak ada perbaikan. 
  3. Bawa ke rumah sakit jika : Nadi meningkat cepat (diatas 100 kali per menit) disertai tangan dan kaki menjadi dingin; atau setelah 3x pengulangan semprotan short acting bronkodilator inhaler tidak terjadi perbaikan yang bermakna.

Berikut adalah jenis obat semprot bronkodilator aksi cepat yang harus dimiliki oleh penderita asma yaitu salbutamol/albuterol, terbutalin sulfat, fenoterol hidrobromida. Jenis semprotannya sendiri berbagai macam dengan keunggulan masing-masing. Di bawah ini adalah contoh jenis semprotan Metered Dose Inhaler.

Bagi penderita asma persisten yang sifatnya berulang, maka disarankan untuk memiliki inhalasi jenis nebulizer karena mempunyai efektivitas yang lebih baik untuk memcegah pemberatan sesak nafas tersebut. Berikut adalah jenis nebulizer yang disarankan dimiliki untuk penderita asma persisten.


Bagaimana untuk anak kecil yang susah diajak kerjasama atau orang lanjut usia

Pemberian inhalasi akan terasa mudah bagi penderita yang paham dan bisa diajak bekerjasama. Namun bagaimana jika pemberian ini dilakukan pada anak-anak yang masih susah untuk bekerja sama atau pada orang tua dengan daya isapnya menurun, maka pemberian secara inhalasi menjadi tidak maksimal, kecuali bila mereka diberikan secara nebulizer. Namun sayangnya nebulizer terkendala dengan harganya yang masih cukup mahal sehingga tidak semua orang dapat membelinya.

Salah satu cara pada penderita lanjut usia dengan daya isap yang menurun adalah menggunakan inhaler jenis respimat. Jenis semprotan ini sebenarnya juga adalah metered dose inhaler (MDI) namun pengeluarannya lebih pelan dibading contoh di atas. Berikut adalah contohnya:

Dengan keluarnya yang lebih lambat akan memberikan kesempatan untuk penderita lansia untuk mengisap secara maksimal walaupun isapannya tersebut lemah. Namun semprotan jenis respimat ini masih lebih mahal daripada jenis hisapan yang lain, sehingga ada cara lain jika dberikan pada penderita lanjut usia atau pada anak kecil.

Cara tersebut adalah penggunaan spacer. Spacer dalam hal ini menampung zat semprotan yang telah dikeluarkan, kemudian diteruskan ke pernafasan penderita. Walaupun konsetrasi obatnya menurun lebih dari 50%, tetapi dia lebih efektif karena ukuran obatnya adalah ukuran yang sangat ideal untuk mencapai saluran nafas dan tidak terhenti hanya disekitar mulut saja. Berikut adalah contoh spacer yang bisa ditambahkan pada jenis semprotan MDI dimana ukurannya disesuaikan dengan umur penderita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun