Mohon tunggu...
Meldy Muzada Elfa
Meldy Muzada Elfa Mohon Tunggu... Dokter - Dokter dengan hobi menulis

Internist, lecture, traveller, banjarese, need more n more books to read... Penikmat daging kambing...

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Begini Cara Melakukan Uji Kulit pada Pasien Alergi Obat

16 Juli 2016   18:28 Diperbarui: 17 Juli 2016   17:55 6526
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Contoh pilihan antibiotik untuk desensitasi dan uji cukit (dok.pri)
Contoh pilihan antibiotik untuk desensitasi dan uji cukit (dok.pri)
Antibiotik pilihan pada kasus ini adalah infus Ciprofloxacin dimana sebelum aman digunakan dilakukan tes cukit terlebih dahulu. Infus Ciprofloxacin mengandung 200 mg (milligram) dalam 100 ml (milliliter) yang artinya setiap 1 ml mengandung 2 mg kandungan Ciprofloxacin. Untuk melakukan tes cukit, maka kandungannya harus diencerkan sampai kandungannya adalah 1 ml mengandung 0.02 mg Ciprofloxacin.

Obat antibiotik Ciprofloxacin dan diencerkan (dok.pri)
Obat antibiotik Ciprofloxacin dan diencerkan (dok.pri)
Tes cukit dilakukan pada bagian volar lengan bawah. Pertama-tama dilakukan desinfeksi dengan alkohol pada area volar, ditetesi dengan zat antibiotik yaitu Ciprofloxacin yang yang telah diencerkan. Idealnya tes ini menggunakan kontrol (membandingkan dengan tanpa kandungan obat) yaitu menggunakan air steril tanpa ada kandungan apapun, tapi tes tanpa kontrol dalam kondisi sederhana masih diperbolehkan.

Kemudian dicukitkan dengan sudut kemiringan 45o menggunakan jarum ukuran 26 ½ G atau 27 G atau blood lancet menembus lapisan epidermis dengan ujung jarum menghadap ke atas tanpa menimbulkan perdarahan. Tindakan ini mengakibatkan sejumlah cairan yang diteteskan tadi memasuki kulit. Tes dibaca setelah 15-20 menit dengan menilai bentol yang timbul.

Prosedur tes cukit (dok.pri)
Prosedur tes cukit (dok.pri)
Tes cukit digunakan untuk mendeteksi adanya IgE spesifik yang terikat pada sel mastosit kulit apakah mempunyai reaksi hipersensitivitas pada antibiotik yang digunakan untuk tes. Jadi tes cukit dapat untuk memperkirakan kemungkinan terjadinya reaksi tipe I (tipe cepat) terhadap antibiotik yang akan diberikan. Seperti diketahui, reaksi tipe I sangat cepat dan berbahaya bahkan dapat menyebabkan kematian. Jika tidak terjadi reaksi dalam batas 30 menit setelah tes tersebut, kemungkinan besar antibiotik yang diberikan aman terhadap kemungkinan reaksi cepat (tipe I)

Untuk mengantisipasi terjadinya reaksi tipe II dan tipe IV, setelah tes cukit sebaiknya dilanjutkan dengan tes intradermal. Dengan kandungan komposisi cairan ciprofloxacin yang sama dengan tes cungkit tadi, dilakukan suntikan intradermal di volar lengan bawah. Syarat penyuntikan harus benar-benar intradermal, dibuktikan dengan tidak adanya darah setelah penyuntikan.

Suntikan intradermal (dok.pri)
Suntikan intradermal (dok.pri)
Setelah penyuntikan intradermal, untuk 30 menit pertama tetap untuk melihat reaksi tipe 1, sedangkan 30 menit berikutnya jika terjadi reaksi, kemungkinan aman terhadap reaksi tipe II. Sampai saat ini, pemberian antibiotik dapat diberikan secara lambat. Untuk melihat apakah kemungkinan terjadi reaksi tipe IV, hasil suntikan tersebut dicek kembali 24 jam kemudian. Jika tidak terjadi reaksi, maka kemungkinan terjadi reaksi tipe IV (lambat) sangat kecil terjadi dan antibiotik yang diberikan benar-benar aman.

Penutup
Sebenarnya tulisan ini dibuat diharapkan dapat memberikan gambaran kepada tenaga medis ataupun paramedis di lapangan yang sering mengalami kasus ini. Namun mengingat perkembangan informasi dan tuntutan kemajuan di mana masyarakat pun berhak mendapatkan informasi, maka tulisan ini di-publish dan menggunakan bahasa yang telah disederhanakan.

Sebenarnya banyak pilihan tes yang bisa dilakukan, tetapi jika memerlukan tes yang sederhana, cepat dan mudah dilakukan pada kondisi yang terbatas, maka penulis merekomendasikan teman-teman sejawat untuk melakukan tes ini pada pasien yang risiko tinggi terjadinya alergi. Semoga tulisan ini dapat membantu kita semua dan meminimalisir kemungkinan hal-hal yang tidak diinginkan.

 

Salam sehat,
dr. Meldy Muzada Elfa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun