Memasuki 10 hari terakhir bulan Ramadan, banyak sekali aktivitas yang dilakukan masyarakat. Mulai dari meningkatkan amal ibadahnya, memperbanyak amalan sunah, shalat malam serta mengharapkan bertemu dengan malam lailatu qadr. Selain berbicara tentang ibadah, aktivitas lain adalah meningkatnya arus mudik. Dan yang paling pasti, karena lebaran adalah saatnya silaturahmi, berkumpul keluarga dan saling bermaafan, tentunya mulai sekarang mereka sudah menyiapkan sajian menu untuk hidangan lebaran nanti.
Masyarakat yang merasakan momentum lebaran yang bahagia ini tentunya beragam, ada yang sehat wal afiat, ada yang dalam keadaan sakit. Ada yang dalam kondisi laboratorium normal, ada juga dalam kondisi memiliki penyakit kronik seperti darah tinggi, kencing manis dan memiliki kadar kolesterol yang tinggi. Namun satu hal yang pasti, bahwa lebaran hak semua orang untuk merasakan dan merayakannya.
Terdapat suatu istilah post ied syndrome disease dimana adanya perubahan kondisi tubuh sebelum dan sesudah lebaran. Sebagai contoh, saat sebelum lebaran tekanan darah cenderung stabil, tetapi sesudah lebaran malam nmenjadi lebih tinggi. Banyak juga saat sebelum lebaran kadar kolesterol masih di bawah 200 mg/dl, tetapi setelah lebaran melonjak menjadi 300-400 mg/dl. Hal tersebut bisa dipahami, karena lebaran sangat identik dengan hidangan yang enak.Â
Kolesterol yang tinggi mempunyai risiko terjadinya penyumbatan pembuluh darah, jika tersumbat di jantung menyebabkan penyakit jantung koroner, jika menyumbat di otak akan menyebabkan stroke dan jika menghambat di leher akan menyebabkan leher terasa tegang, nyeri dan kadang nyeri kepala karena aliran darah yang membawa oksigen menjadi tidak lancar.
Tentnunya kita semua tidak mau hal ini terjadi, sehingga penting kiranya kita memperhatikan lauk yang sehat yang selalu disertakan pada setiap hidangan lebaran.
Perhatikan jumlah kadungan kolesterolÂ
Konsumsi makanan masyarakat Indonesia memang masih dominan karbohidrat yaitu dengan nasi secara umum, walaupun dibeberapa tempat bahan pokok karbohidratnya adalah sagu dan jagung. Sedangkan sumber protein dan lemak disajikan sebagai lauk, di mana lauknyapun beragam seperti daging dari hewan berkaki 4, daging ayam dan daging ikan. Beberapa daerah mengkonsumsi protein nabati seperti tahu dan tempe sebagai lauk pendamping nasi. Namun yang pasti, penggunaan daging sapi, daging kambing, daging ikan, telur dan makanan laut (seafood) akan menjadi lauk yang jamak disajikan pada saat lebaran nanti.
Bagi yang memiliki potensi meningkatnya koleterol ataupun bagi yang ingin menjaga kadar kolesterol normal dalam tubuh, sebaiknya sebelum membeli lauk yang disiapkan untuk lebaran, perhatikan jumlah kandongan kolesterol dari masing-masing jenis makanan di bawah ini.
Sedangkan jenis makanan yang tidak dianjurkan bahkan dihindari adalah: santan, jeroan, kerang, cumi-cumi, kuning telur ayam, otak sapi, telur burung puyuh sebaiknya tidak menjadi hiasan saat lebaran nanti.
Jika melihat dari daftar di atas, beberapa mitos yang mengatakan bahwa daging kambing sangat tinggi kolesterol adalah hal yang tidak sepenuhnya benar. Jika yang dikonsumsi tersebut adalah daging kambing tanpa lemak, kadar kolesterolnya termasuk rendah dan dianjurkan untuk dikonsumsi. Namun satu hal yang diperhatikan bahwa selain jenis makanan, cara penyajian juga harus diperhatikan.