Mohon tunggu...
Meldy Muzada Elfa
Meldy Muzada Elfa Mohon Tunggu... Dokter - Dokter dengan hobi menulis

Internist, lecture, traveller, banjarese, need more n more books to read... Penikmat daging kambing...

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Ramadhan Segera Tiba, Mari Mulai Melawan Sindrom Metabolik

28 Mei 2016   14:31 Diperbarui: 2 Juni 2016   14:35 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Pengukuran lingkar perut/pinggang (sumber: kaltim.tribunnews.com)

Ramadhan adalah bulan mulia. Telah banyak tulisan yang menggambarkan betapa mulia dan baiknya bulan tersebut. Tidak hanya tentang mendulang pahala sebanyak-banyaknya, tetapi juga puasa pada bulan Ramdhan ternyata mempunyai dampak baik terhadap kesehatan bagi yang melaksanakannya.

Salah satu manfaat yang dirasakan pada saat menjalankan puasa sebulan penuh dengan benar adalah terkontrolnya berat badan, terkontrolnya kadar lemak dalam darah, terkontrolnya tekanan darah dan gula darah.

Adalah sindrom metabolik yaitu sebuah kumpulan gejala terutama masalah kegemukan/obesitas yang disertai dengan peningkatan kadar lemak dalam darah, tekanan darah yang naik atau gula darah yang tinggi. 

Ketika seseorang masuk dalam kriteria sindrom metabolik, maka faktor risiko terjadinya kematian akibat penyakit jantung ataupun penyakit stroke makin tinggi. Secara sederhana sindrom metabolic selangkah mendekatkan diri kepada kematian. Sehingga mendekati bulan Ramadhan ini sepertinya sangat baik sebagai momentum untuk melawan terjadinya sindrom metabolic.

Kegemukan adalah salah satu kriteria utama mendiagnosa sindrom metabolik ditambah dengan kriteria yang lain. Sepertinya sekarang ini kegemukan adalah hal yang biasa bagi masyarakat, terutama di daerah urban. 

Tidak hanya melihat di negara-negara Barat, di Indonesia sendiri berdasarkan penelitian bahwa prevalensi (seberapa sering suatu penyakit atau kondisi terjadi pada sekelompok orang, red) orang dengan kegemukan lebih sering terjadi pada masyarakat kota dibandingkan pedesaan. 

Kegemukan sendiri akan meningkatkan kejadian sindrom metabolic yang nantinya akan meningkatkan risiko terjadinya kematian akibat penyakit jantung ataupun stroke.

Obesitas atau Obesitas Sentral?

Ketika membahas tentang masalah kegemukan, seorang dokter atau ahli gizi harus bisa membedakan secara spesifik jenis kegemukannya tersebut. Terdapat 2 cara untuk menentukan jenis kegemukan pada pasien.

Cara pertama adalah dengan menghitung berat badan dibanding dengan tinggi badan yang disebut dengan indeks massa tubuh (IMT). Berat badan dalam kilogram (kg) dibagi dengan tinggi badan dalam meter (m) yang telah dikuadratkan. Hasil perhitungan masuk dalam kriteria underweight, normal range, overweight (at risk, obese I dan obese II).

Cara kedua adalah menghitung lingkar perut, dengan menggunakan meteran yang mengelilingi perut setinggi pusar (umbilikus). Hasil perhitungan dalam sentimeter (cm) yang dibagi dalam kategori tidak obesitas dan obesitas sentral.

Untuk lebih jelasnya lihat table di bawah ini:

Klasifikasi IMT menurut WHO pada etnis Asia (Sumber: World Health Association)
Klasifikasi IMT menurut WHO pada etnis Asia (Sumber: World Health Association)
Sebagai contoh:
  • Laki-laki, 62 tahun dengan berat badan (BB) 65 kg dan tinggi badan (TB) 170 cm, lingkar perut/pinggang (LP) 99 cm. Jika dihitung IMTnya adalah kriteria normal dengan LP > 90 cm masuk dalam diagnose obesitas sentral. Diagnosa obesitas sentral.
  • Wanita, 50 tahun dengan BB 62 kg dan TB 155 cm, LP 85 cm. Jika dihitung IMTnya adalah 25.81 masuk dalam kriteria obese I dengan LP > 80 cm masuk kriteria obesitas sentral. Diagnosa obesitas berat
  • Laki-laki, 55 tahun dengan BB 83 kg dan TB 160, LP 102 cm. Jika dihitung IMTnya adalah 32.42 masuk dalam kriteria obese II dengan LP > 90 cm masuk kriteria obesitas sentral. Diagnosa obesitas sangat berat

Yang harus diingat, ketika IMT > 30, sebenarnya tidak perlu lagi mengukur lingkar perut karena dia sudah masuk dalam kategori kegemukan berat.

Bagaimana Mendiagnosa Sindrom Metabolik         

Menurut National Cholesterol Education Program (NECP) Adult Treatment Panel III (ATP III) menyatakan bahwa mendiagnosa sindrom metabolik adalah terdapat 3 dari 5 kriteria yang ada, tapi disebutkan bahwa obesitas sentral merupakan factor utama yang mendasari sindrom metabolik. 

Hal tersebut bisa dimengerti karena rata-rata seseorang yang didiagnosa sindrom metabolik hampir pasti salah satu faktor yang positif adalah kegemukan (obesitas sentral atau IMT > 30).

Berikut adalah kriteria sindrom metabolik menurut NCEP-ATP III:

Kriteria sindroma metabolik NCEP ATP III (Sumber: Buku Ajar PAPDI)
Kriteria sindroma metabolik NCEP ATP III (Sumber: Buku Ajar PAPDI)
Seseorang dapat didiagnosa sindrom metabolik jika memenuhi 3 dari 5 tanda di atas. Sebagai contoh:
  • Laki-laki, 52 tahun dengan Tekanan Darah (TD) 150/90 mmHg, gula darah puasa (GDP) 193, Kolesteral HDL 55, Trigliserida 142, IMT 27, LP 102. Terdapat 3 kriteria terpenuhi (hipertensi (TD), diabetes (GDP) dan obesitas sentral (LP)) maka diagnosisnya adalah sindrom metabolik
  • Wanita, 61 tahun dengan TD 120/80, GDP 200, Kolesterol HDL 42, Trigliserid 170, IMT 32. Terdapat 4 kriteria terpenuhi (diabetes (GDP), dislipidemia (HDL rendah, Trigliserid tinggi), dan obese II (>30) sehingga lingkar perut/pinggang tidak perlu diukur lagi) maka diagnosisnya adalah sindrom metabolik

Bulan Ramadhan, Saatnya Sehat

Jika berbicara efek kesehatan dari menjalankan puasa yang baik dan benar, maka sudah banyak artikel yang membahas masalah itu. Namun yang pasti harus diketahui bahwa dengan berpuasa, maka kesempatan bagi kita untuk mengurangi asupan kalori yang berlebihan yang menyebabkan kegemukan. 

Kemudian dengan berpuasa akan memacu pembakaran lemak menjadi kalori, karena karbohidrat menjadi berkurang. Jika dilakukan secara baik dan benar, saat berbuka puasa tidak berlebih dan tetap dalam kontrol yang bagus, justru dengan puasa akan menyebabkan kadar lemak (kolesterol dan trigliserida) dalam darah menjadi lebih terkontrol. Gula darah pada pasien diabetes pun akan cenderung lebih stabil yang tentunya akan diikuti dengan berat badan yang turun.

Dalam perkembangan sekarang, mengobati sindrom metabolic masih ranah dokter dengan melihat komposisi yang menyebabkan sindrom metabolic tersebut. Tetapi dengan control makanan terutama akan menghadapi Ramadhan kali ini, tepat kiranya ini adalah momen untuk perubahan agar kita menjadi lebih sehat.

Mulai sekarang, segera timbang ulang berat badan Anda. Periksakan dan control tekanan darah, gula darah dan kolesterol kepada dokter Anda, buat target control diet saat bulan puasa dibantu oleh ahli gizi. Jalankan mulai sekarang dan lihat perubahannya setelah bulan Ramadhan.

Semoga tulisan yang sederhana ini setidaknya dapat membantu pembaca untuk lebih memahami tentang sindrom metabolic, bagaimana cara menghindarinya dan bagaimana cara mengatasinya, tentunya kolaborasi dengan dokter Anda dan ahli gizi kepercayaan Anda.

Salam sehat,

dr. Meldy Muzada Elfa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun