Sehat adalah kebutuhan utama manusia agar selalu bisa beraktivitas dan berproduksi setiap harinya. Tidak bisa dipungkiri jika seseorang sakit, maka hal tersebut juga akan mengganggu aktivitasnya dan pekerjaannya yang ujungnya akan mempengaruhi produktivitas yang berakhir dengan menurunnya penghasilan atau pendapatan untuk menunjang kehidupan sehari-hari.
Namun yang harus dipahami  bahwa sakit adalah sebuah keniscayaan. Cepat atau lambat, sering atau jarang, parah atau ringan, setiap manusia akan merasakan sakit. Dan harus diyakini, selain menurunkan produtivitas, sakit juga akan menyebabkan pengeluaran bertambah bahkan mungkin akan menguras persediaan atau tabungan yang sebenarnya dialokasikan untuk masalah lain.
Berdasar hal tersebutlah, sebenarnya para pegawai/karyawan/pekerja dan pejabat di instansi pemerintah maupun swasta dijadwal untuk melakukan medical check up secara berkala dan rutin. Tujuannya apa? Tujuannya adalah mendeteksi sedini mungkin jika di dalam tubuh terdapat bibit atau cikal bakal penyakit yang apabila didiamkan akan menyebabkan sakit yang lebih parah.
Jika diketahui sedini mungkin, penyakit yang kemungkinan bisa diobati akan lebih cepat tindakannya dan biaya pengobatanpun tidak terlalu berat. Jika penuakit yang diketahui bersifat kronik dan kecil kemungkinan untuk sembuh, pegawai/karyawan/pekerja tersebut akan dipensiunkan dini dengan pertimbangan produktivitasnya bagi suatu instansi mungkin akan lebih sedikit dibanding pengeluaran biaya pengobatan yang akan ditanggung.
Kenapa Penting Medical Check Up?
Terlepas dari pertimbangan keuntungan dan kerugian dari suatu instansi/perusahaan, sebenarnya tiap orang penting untuk dilakukan pemeriksaan medical check up secara rutin.
Medical check up adalah suatu tindakan pemeriksaan kesehatan diri secara menyeluruh yang bertujuan untuk mendeteksi dini kemungkinan adanya penyakit atau bakal penyakit yang akan menyebabkan kesakitan di masa yang akan datang.
Jenis medical check up mempunyai tingkatan, namun sebagai patokan biasanya pemeriksaan yang dilakukan pada paket dasar meliputi pemeriksaan tanda vital seperti tekanan darah, nadi, suhu dan pernafasan, pemeriksaan fisik mulai kepala sampai kaki, pemeriksaan jantung dan kelistrikan jantung, pemeriksaan organ dalam (paru, hati, lien, ginjal, prostat pada laki-laki dan idung telur pada perempuan), pemeriksaan darah untuk mendeteksi kelainan darah, hepatitis, kelainan hati dan ginjal, gula darah, kolesterol dan trigliserida.
Jika ditemukan kelainan dari hasil pemeriksaan tersebut, maka tentunya secara dini kita bisa melakukan tindakan antisipasi dari kelainan tersebut agar tidak sampai menjadi lebih parah bahkan merusak organ yang lain.
Sebagai contoh, seorang laki-laki usia 50 tahun rutin melakukan pemeriksaan medis tiap 6 bulan, saat pemeriksaan terakhir didapatkan hasul gula darah puasa (GDP) naik menjadi 180 mg/dl (normal 80-100 mg/dl), sedangkan pemeriksaan rutin 6 bulan yang lalu masih normal. Dari fisik memang terdapat kegemukan namun tekanan darah masih bagus. Jika dilihat dari kasus di atas, sangat mudah memperkirakan bahwa pasien terdeteksi memiliki diabetes mellitus (DM) paling tidak 6 bulan terakhir, sehingga rencana terapi untuk menfontrol gula darah lebih baik.Â
Dibandingkan jika dia tidak pernah periksa berkala, tiba-tiba saat periksa didapatkan GDP naik, maka dokter pemeriksa tidak dapat memperkirakan kapan pertama kali dia terkena diabetes mellitus, sehingga target terapi untuk mengontrol gula darah lebih sulit dibandingkan dengan yang sudah diketahui. Perlu dipahami bahwa Diabetes Mellitus tipe 2 (DM tipe 2) ketika pertama kali dideteksi, secara penelitian bahwa sel beta pankreas yang berfugsi memproduksi insulin sudah mengalami failure sebanyak 50% dari seluruh total sel beta pankreas. Tentunya sangat bermanfaat jika DM diketahui sedini mungkin untuk mempetahankan sel beta pankreas yang tersisa.
Menjawab pertanyaan tersebut, hal ini terkait dengan mental kita khususnya masyarakat Indonesia. Seperti disampaikan di awal tulisan tadi, bahwa sakit merupakan keniscayaan. Walaupun kita tahu bahwa kita pasti sakit, tapi alam bawah sadar kita berusaha sekuat tenaga untuk menolak hal tersebut.Â
Salah satu tindakan penolakan adalah dengan tidak mau melakukan medical check up. Sebenarnya tindakan tersebut adalah sebuah reaksi penolakan dari alam bawah sadar bahwa kita ingin dianggap selalu sehat dan tidak siap jika terdapat suatu kelainan di dalam tubuh yang dapat menyebabkan sakit.
Banyak saudara dan kerabat saya yang bahkan untuk dilakukan pemeriksaan tekanan darah saja takut setengah mati, boro-boro disuruh untuk pemeriksaan laboratorium ataupun pemeriksaan radiologi. Memang tidak bisa digeneralisasi, tapi biasanya tingkat penerimaan akan berkorelasi positif dengan semakin tingginya tingkat pendidikan seseorang.
Sebagai contoh sederhana, saya mempunyai kerabat di kampung halaman saya, 2 orang bersaudara terpaut 5 tahun. Sang kakak berusia 56 tahun adalah pegawai negeri yang sering memeriksakan diri dan mengetahui bahwa dirinya menderita DM dan darah tinggi, sehingga rutin minum obat dan kontrol sebulan sekali. Alhamdulillah sampai sekarang beliau masih sehat dengan tekanan darah terkontrol dan gula darah mendekati target.
Sang adik adalah seorang wiraswasta dan sangat alergi dengan pemeriksaan medis. Jangankan periksa laboratorium, sekadar diperiksa tekanan darah saja tidak mau, padahal kakak kandungnya memiliki penyakit DM dan hipertensi, sehingga kemungkinan dia menderita penyakit tersebut juga tinggi. Sampai beberapa hari yang lalu saya mendengar kabar bahwa sang adik masuk rumah sakit karena roboh tiba-tiba sehabis mandi pagi, saat di rumah sakit ternyata didiagnosa stroke perdarahan dengan didapatkan tekanan darah tinggi dan gula darah yang tinggi. Tanpa mendahului qoda dan qodar dari Allah SWT, andaikata dia memeriksakan diri secara rutin, mungkin kejadian ini bisa dihindari.
Medical Check Up Untuk Perencanaan Masa Depan Yang Bijak
Manusia adalah makhluk sosial dan dinamis. Banyak kejadian tak terduga yang kapan saja bisa terjadi karena tingginya aktivitas dan mobilitas. Berkaca dari hal tersebut, tidak salahnya salah satu cara kita untuk mengurangi risiko sakit di masa yang akan datang adalah melakukan pemeriksaan kesehatan diri secara berkala.
Penyakit yang diketahui secara dini bukanlah hal yang ditakuti, tapi justru menjadi hal yang disyukuri karena dengan deteksi dini, biaya pengobatan dilakukan jauh lebih murah dibandingkan jika tekah terjadi komplikasi.
Jika hepatitis B diketahui secara dini, maka pengobatan akan cenderung murah dibandingkan jika diketahuinya ketika susah fase lanjutan misalnya sudah terjadi sirosis hepatis (pengerutan hati) atau sampai menjadi kanker hati.
Akan lebih mudah mengontrol tekanan darah dengan obat-obatan rutin, dibandingkan jika sudah terjadi komplikasi misalnya stroke, gagal jantung ataupun penyakit ginjal.
Berkaitan dengan masa depan, biaya kesehatan merupakan salah satu pengeluaran besar kategori tidak terduga. Ada lebih baiknya jika kategori tak terduga itu berubah menjadi kategori biaya kemungkinan terjadi. Tentunya jika seseorang rutin melakukan medical check up.
Selain itu sebagai manusia yang modern dengan perencanaan yang matang, penggunaan asuransi kesehatan adalah hal yang sangat bijak. Di era asuransi sekarang yang menggabungkan konsep investasi dan proteksi, maka asuransi sudah mulai menjadi kebutuhan tiap orang yang punya pikiran untuk melindungi produktivitasnya. Ketika seseorang sudah percaya bahwa sakit adalah suatu keniscayaan, maka sejak sekarang dia juga harus punya proteksi untuk menjaga produktivitasnya andaikata dia sakit.
Terakhir, dari tulisan ini penulis mengajak pembaca agar lebih peka terhadap masalah kesehatan diri. Bagi yang belum pernah memeriksakan diri, yuk saatnya lebih peduli dan membuat program pemeriksaan kesehatan diri secara berkala. Bagi yang sudah rutin melakukan pemeriksaan berkala, mari lindungi diri dengan salah satunya menggunakan asuransi yang tentunya berfugsi melindungi kita dan keluarga kita tercinta.
Semoga kita selalu dalam lindungan rahmat, karunia dan kesehatan dari Allah SWT
Salam sehat,
Â
dr. Meldy Muzada Elfa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H