Tentu kita sering melihat iklan baik di media cetak maupun layar kaca tentang promosi tablet tambah darah. Jargon yang cukup terkenal adalah 3L (lemah, letih, dan lesu) sangat familiar di telinga sebagai gejala dari kurang darah (anemia) dengan simpulan akhir adalah diberikan suplemen tablet tambah darah.
Berbagai macam jenis tablet tambah darah yang berkembang di Indonesia. Dari tablet dengan komposisi tunggal seperti hanya zat besi (fero sulfat, fero fumarat atau fero glukonat), asam folat, vitamin B12 (sianokobalamin) saja, sampai komposisi kombinasi dari zat yang disebutkan tadi ditambah vitamin atau mineral lain yang menyokong metabolisme pembentukan darah (hemopoetik).Â
Diharapkan pemberian tablet tambah darah tersebut memacu pembentukan sel darah merah pada pasien kurang darah. Namun, akhirnya yang terjadi di masyarakat adalah, ketika seseorang didiagnosis anemia oleh dokter, pikiran pertama adalah harus mengonsumsi tablet tambah darah.
Pengalaman klinis penulis sendiri adalah ketika pasien datang dengan anemia yang diakibatkan penyakit mielodisplasia sindrom (MDS), yaitu penyakit yang diakibatkan kelainan pembentukan sel darah di sum-sum tulang, pasien ngotot untuk diberi tablet zat besi. Padahal berdasarkan ilmu klinis, penyakit MDS ini diakibatkan gangguan perkembangan dan pendewasaan sel pembentukan darah yang tidak ada hubungan dengan kekurangan zat besi.Â
Di Indonesia sendiri belum ada terapi definite untuk MDS, hanya terapi konservatif dengan pemberian tranfusi darah berkala jika kadar darahnya turun. Walau dijelaskan, pasien tetap ngotot minta diberi dengan alasan agar kadar darahnya tidak cepat turun.
Dalam ulasan kali ini, penulis akan fokus terhadap tablet tambah darah dengan komposisi utama zat besi, kenapa diperlukan, pada kasus apa saja diberikan dan pada kasus apa yang tidak perlu/tidak boleh diberikan.
Sel Darah Merah (SDM) adalah jenis sel darah yang paling banyak dan berfungsi membawa oksigen ke jaringan-jaringan tubuh lewat darah. Bagian dalam SDM terdapat hemoglobin (Hb) yang berfungsi untuk mengikat oksigen. Untuk mendiagnosis seseorang anemia adalah dengan mengukur kadar Hb.
Kenapa SDM berwarna merah? Hal ini karena SDM mengandung Hb yang unsur pembuatnya adalah zat besi. Sehingga kadang memang benar logika jika Hb turun maka juga disertai oleh penurunan zat besi. Tapi yang harus diketahui bahwa secara logika benar belum tentu faktanya benar. Kadar Hb yang kurang belum tentu disertai dengan kadar zat besi yang rendah. Sebab dalam perjalanan pembentukan Hb juga dipengaruhi hal-hal lain.
Sehingga cukup penting bagi sejawat dokter ketika mendapatkan seseorang dengan anemia yang belum diketahui penyebabnya, maka langkah selanjutnya adalah dilakukan pemeriksaan status besi dalam darah.Â
Status besi dalam darah tersebut meliputi besi serum, iron binding capacity (IBC), total iron binding capacity (TIBC), saturasi besi dan ferritin. Karena tulisan ini juga dibaca oleh orang awam, maka penulis tidak akan terlalu dalam membahas pengertiannya, tetapi lebih banyak berbicara tentang aplikasinya yang bisa dipahami sejawat dokter dan semoga dipahami oleh masyarakat awam.
Menentukan Jenis Anemia
Dalam perkembangan ilmu kedokteran, telah banyak diidentifikasi jenis anemia. Itu adalah hal prinsip yang harus diketahui oleh semua orang. Tidak semua anemia karena kekurangan zat besi sehingga tidak semua anemia harus diberi tablet tambah darah dengan komposisi utamanya adalah zat besi.
Jenis yang paling ditemukan di masyarakat adalah jenis anemia hipokromik mikrositik. Jenis anemia ini disebabkan oleh 4 faktor, yaitu: 1. Defisiensi (kekurangan) zat besi, 2. Penyakit kronik (keganasan, cacingan, komplikasi dll), 3. Thalasemia, 4.Sideroblastik. Untuk menentukan jenis dan penyebab, sebenarnya cukup dengan pemeriksaan darah rutin dan status besi seperti yang dijelaskan di atas.
Berikut adalah tabel jenis anemia berdasarkan status besi pasien.
Terapi Zat Besi pada Anemia Apa Saja?
Dilihat dari penjelasan di atas, sehingga seorang dokter dan orang awam harus mengetahui, jenis anemia apa saja yang bisa diberikan dengan zat besi. Memang tidak semua jenis anemia bisa disimpulkan dengan pemeriksaan status besi. Banyak juga yang harus melewati pemeriksaan lain yang lebih canggih, bahkan bersifat sitogenetika.
Berikut penulis daftarkan jenis anemia yang dapat diberikan suplemen tablet zat besi:
- Anemia defisiensi (kekurangan) besi
- Anemia penyakit kronik
- Anemia pada penyakit ginjal kronik dengan serum besi yang rendah
- Anemia pada kehamilan
- Anemia akibat perdarahan kronik
Pada kasus di atas, kekurangan zat besi diakibatkan karena penggunaan (utilisasi) yang meningkat atau karena berkurangnya kadar besi karena perdarahan. Sehingga pada kasus tersebut pemberian zat besi dapat diindikasikan.
Sedangkan beberapa kasus anemia lainnya, pemberian zat besi terkesan sia-sia bahkan dapat dikatakan berbahaya. Berikut adalah kasus anemia tanpa ada indikasi pemberian zat besi.
- Anemia megaloblastik hipovitaminosis dengan kadar serum besi cukup
- Anemia karena hemolitik autoimun
- Anemia pada penyakit ginjal kronik dengan kadar serum besi cukup
- Anemia akibat perdarahan akut
- Anemia pada keganasan darah (leukemia akut dan kronik)
- Anemia Aplastik
- Anemia pada thalassemia*
- Anemia pada sideroblastik*
- Anemia pada mielodisplasia sindrom (MDS)*
Pada kasus di atas, terapi untuk meningkatkan kadar Hb bukan dengan pemberian zat besi, tetapi sesuai dengan latar belakang penyakit penyebabnya masing-masing. Bahkan pada kasus anemia yang penulis berikan tanda bintang, pemberian zat besi justru berbahaya karena pada kasus tersebut sering terjadi peningkatan ferritin yang dapat menumpuk dalam organ yang menyebabkan kegagalan organ.
Konsumsilah Tablet Tambah Darah Sesuai Anjuran Dokter
Walaupun iklan atau promosi obat yang berkaitan dengan tablet penambah darah ramai dan bebas diperjualbelikan, hemat penulis bijaklah dalam mengonsumsinya. Seperti kita ketahui bersama bahwa obat memiliki dua sisi, sisi untuk mengobati penyakit jika sesuai indikasi dan sisi efek samping yang dapat justru membahayakan jika pemberiannya tidak sesuai indikasi yang ada sehingga walaupun obat tersebut dijual bebas, konsultasi dengan dokter kepercayaan Anda tetap penulis anjurkan.Â
Demikian tulisan singkat ini agar kiranya dapat membantu pembaca supaya sedikit lebih mengetahui bagaimana bagusnya dalam menggunakan tablet tambah darah khususnya golongan zat besi.Â
Salam sehat,Â
dr. Meldy Muzada Elfa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H