Mohon tunggu...
Meldy Muzada Elfa
Meldy Muzada Elfa Mohon Tunggu... Dokter - Dokter dengan hobi menulis

Internist, lecture, traveller, banjarese, need more n more books to read... Penikmat daging kambing...

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Tidak Benar Jalan Tanpa Alas Kaki Menyehatkan

18 Maret 2016   00:12 Diperbarui: 26 Maret 2024   12:13 1038
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi berjalan tanpa alas kaki. Sumber: Kompas.com

Pernyataan dari judul di atas seolah-olah telah meruntuhkan kepercayaan yang selama ini dipercaya oleh sebagian orang. Apa kepercayaan tersebut? Bahwa salah satu cara untuk menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh dengan berolah raga jalan kaki dan tidak menggunakan alas kaki. Dipercaya ketika berjalan tanpa alas kaki, maka terjadi tekanan pada telapak kaki yang memang selama ini oleh para ahli akupunktur dan akupresur pada titik-titik tertentu salah satunya telapak kaki berdampak pada harmonisasi aliran chi dengan merangsang meridian yang membawa energi ini ke seluruh tubuh.

Di Kompasiana sendiri terdapat 2 ulasan yang mengupas tentang jalan kaki tanpa alas kaki yaitu tulisan bung Ono Karsono berjudul "Jalan Kaki Tanpa Alas Kaki Itu Menyegarkan" dan tulisan bung Wisnu Mustafa berjudul "Mau Panjang Umur, Lepas Alas Kaki Anda" yang ditulis dengan cukup baik..

Saya punya pasien yang bercerita selalu rutin setiap shalat subuh jalan kaki tanpa alas kaki berkeliling komplek di sekitar rumahnya. Pasien saya ini memiliki penyakit kencing manis, darah tinggi dan penurunan fungsi ginjal, namun karena semangat hidup yang tinggi selalu disiplin minum obat, kontrol/check up rutin dan menjaga kebugaran tubuh dengan jalan kaki tiap hari.

Tapi apakah hal tersebut benar?

Latar belakang penulis mengulas hal ini ketika penulis mencoba untuk merasakan terapi akupunktur di poliklinik akupunktur RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Disela-sela terapi yang memakan waktu kurang lebih 60 menit, penulis banyak berdiskusi dengan dr. Suharsana, MPH, penanggung jawab poliklinik akupunktur yang telah memiliki jam terbang tinggi dalam bidang complementary alternative medicine khusus akupunktur, memiliki sertifikasi pelatih akupunktur dan akupresur serta pernah langsung belajar akupunktur ke negeri tirai bambu selama beberapa bulan. 

Ahli Akupunktur RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta dr. Suharsana, MPH (Foto Dokpri)
Ahli Akupunktur RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta dr. Suharsana, MPH (Foto Dokpri)
Salah satu fokus diskusi kami adalah kepercayaan masyarakat bahwa berjalan kaki tanpa alas akan bermanfaat bagi kesehatan. Menurut beliau, sebenarnya apa yang dilakukan masyarakat tersebut mirip dengan tindakan akupresur, yaitu dengan merangsang titik-titik tertentu sehingga merangsang meridian. Tetapi yang terjadi ketika berjalan kaki, fokus tekanan pada titik-titik yang diharapkan belum tentu tepat.

Akupresur secara umum sebenarnya hampir mirip dengan akupunktur. Jika akupunktur adalah teknik memasukkan atau memanipulasi jarum ke dalam titik tertentu tubuh, maka akupresur adalah menekan titik tertentu dari tubuh pasien menggunakan jari atau siku. Jika dibandingkan dengan akupunktur yang mencakup daerah tubuh yang lebih luas, akupresur tidak memerlukan presisi tinggi sebagaimana dibutuhkan akupunktur. Akupresur lebih mudah dipelajari dibandingkan akupunktur. Bahkan orang awam sekalipun bisa mempelajari akupresur dalam waktu relatif singkat.

Tanpa Alas Kaki Tidak Bermanfaat

Pada awal tadi dijelaskan bahwa akupunktur dan akupresur bertujuan untuk harmonisasi aliran chi dengan merangsang meridian yang membawa energi ini ke seluruh tubuh. Aliran chi yang lancar akan mengaktifkan antibodi di dalam tubuh untuk menyembuhkan penyakit. Tubuh manusia memiliki lebih dari 200 titik, tetapi sebagian besar praktisi percaya bahwa tangan dan kaki adalah bagian yang harus dikonsentrasikan karena banyak merefleksikan perwakilan dalam bagian tubuh.

Akupunktur Meridian (Sumber: evialfadhl.files.wordpress.com)
Akupunktur Meridian (Sumber: evialfadhl.files.wordpress.com)
Namun hal ini akan bermanfaat jika titik tersebut tepat sesuai dengan keluhan penyakit yang ada. Terapi ini dilakukan berulang kali dalam tiap minggu dalam beberapa minggu. Tidak bisa hanya sekali tindakan langsung terasa manfaatnya.

Ketika seseorang berjalan tanpa alas kaki dengan harapan menekan titik tertentu, menurut dr. Suharsana, MPH tidak akan bermanfaat secara signifikan. Karena saat berjalan tekanan yang terjadi secara acak, bukan difokuskan pada titik tertentu sesuai dengan keluhan pada pasien tersebut.

Titik di telapak kaki (Sumber: langkahsantri.files.wordpress.com)
Titik di telapak kaki (Sumber: langkahsantri.files.wordpress.com)
Justru Menjadi Berbahaya pada Penyakit Tertentu

Benar sekali. Justru berjalan tanpa alas kaki menimbulkan permasalahan lain yang akan berbahaya bagi yang melakukan. Risiko yang paling sering terjadi pada saat jalan tanpa alas kaki adalah terluka akibat benda tajam atau terjadi luka bakar jika jalan yang dilewati telampau panas.

Pada kasus pasien dengan kencing manis dan darah tinggi, sering terjadi komplikasi yang disebut dengan neuropati perifer atau dalam istilah awam yaitu kerusakan sistem saraf tepi yang mengirimkan informasi dari otak dan sumsum tulang untuk setiap bagian dari tubuh. Tanda klinis yang umum terjadi adalah kesemutan dan mati rasa. Jika pasien dengan kencing manis dan darah tinggi terjadi neuropati perifer, kemudian jalan kaki tanpa alas dan terkena benda tajam atau luka bakar karena jalan yang panas, dia tetap tidak merasa. Parahnya lagi karena tidak merasa, dia terus berjalan dan lukanya menjadi kotor.

Justru kejadian inilah yang menyebabkan terjadinya luka infeksi bahkan gangren (bakteri menghasilkan gas) yang berbahaya selain terhadap organ yang terinfeksi tersebut bahkan juga menyebabkan infeksi sistemik (masuk darah) yang menyebabkan kematian.

Pada kasus lain, ditemukan kelainan kulit akibat parasit yang masuk ke dalam kulit diakibatkan berjalan tidak menggunakan alas kaki. Penyakit kulit tersebut disebut dengan Cutaneous Larva Migrans/Creeping Eruption.

Telapak kaki dengan penyakit kulit cutaneous larva migrans (sumber: conserv8nvet.net)
Telapak kaki dengan penyakit kulit cutaneous larva migrans (sumber: conserv8nvet.net)

Satu contoh lagi penyakit kulit karena infeksi virus akibat kontak langsung dengan tanah adalah penyakit mata ikan. Penyakit ini disebabkan oleh virus human papilomavirus (HPV). Virus HPV ada dua jenis yakni HPV-1 dan HPV-2. HPV-1 menyerang pada kaki, HPV-2 menyerang pada tangan. Virus ini lebih rentan terjangkit pada daerah/tanah dengan banyak kotoran ayam.

Penyakit mata ikan yang disebabkan virus | sumber: obywatel.orzysz.wm.pl | edited
Penyakit mata ikan yang disebabkan virus | sumber: obywatel.orzysz.wm.pl | edited
Pada aspek lain juga bahwa jalan kaki tanpa alas kaki justru seakan bertentangan dengan kampanye hidup sehat salah satunya menjaga kebersihan diri. Bahkan di rumah sakit yang maju sekarang ini, tidak ada anjuran lagi untuk melepas alas kaki ketika memasuki ruangan seperti Intensive Care Unit (ICU)/Intensive Coronary Care Unit (ICCU), ruang hemodialisa (cuci darah), atau ruang intensif lainnya. Andaipun diperlukan sterilitas, dianjurkan untuk ganti alas kaki. Semuanya itu bertujuan untuk meminimalisir kontak infeksi terhadap tubuh seseorang. Jika di rumah sakit saja dianjurkan seperti itu, masa kita jalan keluar rumah tanpa alas kaki?

Terakhir menutup tulisan ini, penulis sengaja tidak terlalu banyak mengulas berdasarkan ilmu kedokteran modern. Sebab menurut dr. Suharsana, MPH ketika kita ingin memahami akupunktur yang dikenal dengan pengobatan timur dengan menggunakan pendekatan ilmu kedokteran barat maka tidak akan bisa dipahami dan tidak akan dapat titik temunya. Teori akupuntur yang berasal dari Pengobatan/obat-obatan tradisionalTiongkok tidak melalui penggunaan metode ilmiah, dan mendapat berbagai kritik berdasarkan pemikiran ilmiah. Tidak ada basis anatomis atau histologis yang secara fisik bisa diverifikasi tentang keberadaan titik akupunktur atau meridian (akupunktur). Demikian tulisan singkat, pakailah terus alas kaki Anda!

 

Salam sehat, 

dr. Meldy Muzada Elfa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun