Kalau bisa dihitung, mungkin sampai sekarang sudah puluhan pasien atau teman yang konsultasi kepada saya tentang HbsAg reaktif/positif. Baik dalam forum yang resmi di poliklinik, atau sekadar telpon atau sms. Kenapa bisa positif? Bagaimana dampaknya? Bagaimana nasib saya? Apakah saya bisa diterima bekerja? Apakah bisa diobati dan menjadi negatif? Itu adalah pertanyaan umum yang sering terlontar.
Kenapa isu HBsAg reaktif/positif selalu menjadi dilema di masyarakat, bahkan perusahaan-perusahaan secara umum menjadikan patokan HBsAg negatif sebagai salah satu syarat penerimaan karyawan/pegawai.
Baik, mari kita jabarkan secara awam, apa itu HBsAg dan bagaimana jika hasilnya reaktif/positif.
Dalam istilah kedokteran, HbsAg adalah singkatan dari Hepatitis B surface Antigen. Yaitu suatu protein permukaan virus hepatitis B. Singkatnya, ketika pemeriksaan HBsAg didapatkan hasil reaktif/positif, maka dalam tubuh orang itu sudah terdapat virus hepatitis B, terlepas apakah itu sifatnya akut atau kronik, aktif atau kronik karier/dormand.
Apa yang ditakutkan ketika terjadi penularan hepatitis B dalam tubuh seseorang?
Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh Virus Hepatitis B (VHB), yang dapat menyebabkan peradangan hati akut atau menahun yang pada sebagian kecil kasus dapat berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati. Virus ini tidak menyebar melalui makanan atau kontak biasa, tetapi dapat menyebar melalui darah atau cairan tubuh dari penderita yang terinfeksi. Seorang bayi dapat terinfeksi dari ibunya selama proses kelahirannya. Juga dapat menyebar melalui kegiatan seksual, penggunaan berulang jarum suntik, dan transfusi darah dengan virus di dalamnya.
Biasanya penderita tetap merasa sehat dan baik-baik saja tubuhnya. Namun apabila perkembangan penyakit ini telah berlanjut, baru timbul gejala hepatitis B, berupa kulit dan mata kuning, air kencing yang berwarna gelap seperti teh tua, rasa tidak nyaman di perut, dan sebaaginya.
Melihat penjelasan di atas, wajarlah suatu perusahaan menaruh perhatian lebih terhadap virus ini. Mereka beranggapan bahwa seseorang dengan HBsAg positif, maka jika diterima bekerja, maka potensi keuntungan yang didapat dari pekerjaan dia dianggap lebih sedikit dibanding membantu biaya berobat dia ketika ‘suatu saat’ menjadi sakit seperti sirosis hati bahkan kanker hati. Perlu saya garis bawahi bahwa itu hanya anggapan semata, namun sikap pencegahan mereka terkait keuntungan dapat kita pahami.
Lantas, jika seseorang didapatkan HBsAg reaktif/positif apakah suatu saat PASTI dia akan menderita sirosis hati atau kanker hati. Secara tegas saya jawab tentu tidak.
Kenapa?
Jawabannya adalah HBsAg itu hanya suatu screening/penapisan untuk mengetahui bahwa di tubuh seseorang itu terinfeksi hepatitis B atau tidak. Tapi untuk menilai aktivitas hepatitis itu sendiri perlu penilaian holisitik dari seroang dokter khususnya spesialis penyakit dalam. Saya tidak akan menjelaskan detil penilaian aktivitas virus tersebut secara medis, namun ada beberapa hal perlu diketahui secara awam.