PENERAPAN Â BUDAYA LITERASI MELALUIÂ AKSARA BERKAKI
   DI KELAS X MIA 3SMA NEGERI 1 PANGKALAN KURAS
      KABUPATEN PELALAWAN  PROVINSI RIAU    Â
SMA NEGERI 1 PANGKALANKURAS
     KABUPATEN PELALAWANÂ
          PROVINSI RIAU
DAFTAR ISI
                                                                                                            Halaman
HALAMAN JUDUL Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â ............................................................................................... i
DAFTAR ISI Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â .............................................................................................. ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang                                                ...................................................................................... 1Â
Makna Literasi                                                     ............................................................................. 3
Hasil Akhir yang dicapai                                                    ................................................................4
2. PELAKSANAANÂ
   A.  Proses Pelaksanaan Literasi                      ................................................................................................ 4
B. Masalah yang Dihadapi Dalam Menjalankan Literasi    .......................................................................................... 6
3. HASIL DARI PENERAPAN LITERASi                   ................................................................................................ 8
4. RENCANA PENGEMBANGAN LITERASI DI MASA DEPAN.......................................................................................... 9
5. PENUTUP Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â ................................................................................................ 10
Â
PENERAPAN Â BUDAYA LITERASI Â MELALUI
   AKSARA BERKAKI DI KELAS X MIA 3Â
    SMA NEGERI 1 PANGKALANKURAS
Â
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tidak dapat dipungkiri lagi pendidikan merupakan salah satu strategi yang efektif untuk menanamkan dan membina nilai-nilai karakter bagi peserta didik. Sekolah adalah salah satu lembaga yang masih dipercaya oleh masyarakat dan pemerintah untuk mewuujudkan terciptanya peserta didik yang berkarakter.Â
Pernyataan ini sejalan dengan apa yang tertuang dalam UUD 1954 pasal 31 ayat (3) yang mengamanatkan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Dilanjutkan dengan UU Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahn 2003. Pasal 2 menyatakan bahwa pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. " Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Mahaesa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab".
Dalam Permendikbud nomor 23 tahun 2015 tentang "pentingnya membaca lima belas menit sebelum pelajaran dimulai". Hal ini bermakna bahwa memang membaca adalah jantungnya pendidikan. (Dr.Roger Farr)
Berbicara masalah pendidikan berarti berhadapan dengan pembicaraan masalah sikap atau karakter. Sikap ini berhubungan dengan harmonisasi olah hati (etik), olah rasa, (estetik), olah pikir, (literasi), dan olahraga,(kinestik) peserta didik di sekolah. Pendidikan karakter ini dapat berbasis kelas, berbasis budaya sekolah, dan berbasis masyarakat ( keluarga atau komunitas ).
Sikap-sikap seperti yang disebut di atas seharusnya dimiliki oleh peserta didik. Namun hal-hal seperti ini belum terlihat dan masih kurang di SMAN.1 Pangkalankuras. Â Budaya baca tulis di SMAN.1 Pangkalankuras secara umum masih rendah. Kondisi ini jelas tidak menggembirakan dan tidak menggairahkan atmosfir edukasi di sekolah.
Budaya literasi atau olah pikir ini mesti mendapat perhatian yang serius dari pendidik dan tenaga kependidikan. Khususnya, di SMAN.1 Panggkalankuras. Dengan rendahnya minat baca tulis di SMAN.1 Pangkalankuras, maka penulis tertarik untuk meneliti " Penerapan Budaya Literasi  melalui Aksara Berkaki di Kelas X IPA 3 SMAN.1 Pangkalankuras"
1. Makna Literasi
Literasi adalah kemampuan seseorang dalam mengolah dan memahami  informasi saat melakukan proses membaca dan menulis. Menurut bahasa literasi adalah keberaksaraan, yaitu kemampuan menulis dan membaca.
Berpijak dari definisi yang dikemukakan oleh National Institute For Literacy ( NIFC ) menyatakan : Literasi adalah kemampuan individu untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung, dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga, dan masyarakat.
Menurut penulis, literasi adalah kemampuan seseorang membaca alam sekitar beserta segala isinya, kemudian hasil keterbacaan tersebut dituangkan dalam bentuk bahasa tulis atau tulisan yang melibatkan keahlian menulis, menghitung, atau memecahkan masalah.
Pada dasarnya segala yang ada di langit dan di bumi beserta segala isinya adalah bacaan. Gunung adalah bacaan , laut adalah bacaan, termasuk manusia adalah bacaan. Dengan demikian segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi adalah bacaan. Seperti kata pepatah Minang" Alam Takambang jadi Guru". Hal ini bermakna memang budaya literasi sudah ada semenjak zaman dahulu.
Bahkan dalam Al-Quran literasi ini sudah diperintahkan oleh Allah Swt. Semenjak kenabian Nabi Muhammad Saw. Yaitu Iqra'(bacala) (Q.S Al-Ala').Tidak hanya semata-mata membaca saja, lebih dari itu nabi menyampaikan hasil bacaannya kepada umatnya, yaitu umat Islam. Demikianlah makna literasi dalam kacamata Islam.
B. Makna Aksara Berkaki
Aksara adalah suatu simbol visual yang tertera pada kertas maupun media lainnya untuk mengungkapkan unsur-unsur ekspresif dalam suatu bahasa. Istilahnya lainnya adalah sistem tulisan (http://id.m.Wikipidia.org. wiki) aksara
Menurut KBBI aksara adalah sistem tanda grafis yang digunakan manusia untuk berkomunikasi dan sedikit banyaknya mewakili ujaran. Kata beraksara berarti memiliki aksara atau mampu membaca dan  menulis. Di samping itu, terdapat juga kata keberaksaraan yang berarti kemampuan membaca dan menulis. Selain itu, terdapat juga kata aksarawan yaitu orang yang mampu membaca dan menulis.
Istilah berkaki berasal dari kata kaki. Menurut KBBI kaki adalah anggota badan yang menopang tubuh dan dipakai untuk berjalan. Jadi berkaki berarti memiliki kaki. Dengan demikian 'Aksara Berkaki' dapat diartikan sebagai kemampuan membaca dan menulis peserta didik dengan mengandalkan atau menopang pada kakinya sendiri.
Namun istilah 'Aksara Berkaki' ini penulis terjemahkan dalam kajian Pragmatik. Yaitu suatu cabang ilmu yang mempelajari tentang makna berdasarkan konteks dan situasi penuturnya. 'Aksara Berkaki' berdasarkan makna pragmatik dapat diartikan sebagai kemampuan membaca dan menulis peserta didik di sekolah yang tidak terbatas oleh tempat dan waktu.
Hal ini bermakna kegiatan membaca dan menulis peserta didik tidak hanya di dalam ruangan atau pada satu tempat saja. Peserta didik dapat berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Kapan pun dan di mana pun. Hal ini sengaja digagas dalam bentuk 'Aksara Berkaki'. Â Budaya literasi 'Aksara Berkaki' ini dapat dilakukan dengan cara membawa satu buah buku atau satu buah bacaan setiap mereka pergi dalam ruang lingkup sekolah.
Artinya kebiasaan bermain HP atau yang sejenisnya ketika duduk-duduk santai di taman sekolah, atau ketika sedang bercerita dalam kelompok yang tidak bermanfaat( gosip) dapat digantikan dengan budaya literasi 'Aksara Berkaki'. Dengan demikian, budaya literasi tidak hanya dilakukan di dalam kelas saja. Tetapi dapat dilakukan kapan pun dan di mana saja.
C. Hasil Akhir yang Hendak Dicapai
 Pertama, terciptanya budaya literasi melalui aksara berkaki di kelas X IPA 3 SMA Negeri 1 Pangkalankuras. Kedua, dapat memberikan inspirasi dan motivasi bagi seluruh peserta didik tentang pentingnya  literasi di sekolah demi menyongsong keterampilan abad 21. Ketiga, Budaya literasi melalui ' Aksara Berkaki' ini diharapkan dapat  menumbuhkan kebudayaan membaca dan menulis bagi peserta didik, lebih dari itu, diharapkan bacaan yang dibaca atau tulisan yang dibuat oleh peserta didik tersebut mengandung nilai-nilai moral karakter bangsa. Karakter yang diharapkan adalah sesuai dengan ( Depdiknas,2010) yaitu : karakter religius, jujur, dispilin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, dan tanggung jawab.
 Dengan demikian 'Aksara Berkaki' diharapkan, tujuan dan harapan pendidikan di Indonesia dapat tercapai. Khususnya membekali peserta didik menyongsong keterampilan abad 21.
1. PELAKSANAAN
A. Proses Pelaksanaan Literasi Aksara Berkaki
Kegiatan literasi yang penulis beri judul 'Aksara Berkaki' ini mulai dilaksanakan di SMAN.1 Pangkalankuras sejak November 2017 sampai sekarang. Dalam proses pelaksanaannya dimulai dari kelas X IPA 3. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan penulis adalah wali kelas dari kelas sasaran.
Pelaksanaan literasi dimulai dengan membuat pojok literasi di kelas sasaran. Pojok literasi ini berfungsi sebagai sarana untuk menyimpan buku-buku atau bahan bacaan bagi peserta didik. Pojok literasi ini dibuat sendiri oleh peserta didik secara mandiri dan gotong royong.
Setelah pojok literasi selesai dibuat, masing-masing peserta didik dihimbau untuk menyumbangkan satu buku. Buku-buku tersebut boleh berjenis buku populer, buku fiksi, majalah , berupa surat kabar atau koran.
1.hasil laporan tertulis kegiatan literasi melalui aksara berkaki
2.Peserta didik sedang melakukan kegiatan literasi
Kegiatan literasi melalui aksara berkaki ini secara rutin mulai dilakukan. Kegiatan membaca dimulai pada pukul 07.15 WIB. Yakni lima belas menit sebelum KBM dimulai. Namun uniknya, kegiatan tulis baca ini tidak hanya dilakukan di kelas saja, peserta didik dapat melakukannya di mana saja. Namun yang terpenting adalah pada jam pertama dimulai, peserta didik wajib melaporkan hasil bacaannya hari itu kepada guru yang masuk pada jam pertama dengan meminta paraf pada guru yang masuk pagi itu.
Tidak hanya itu, literasi melalui aksara berkaki dapat juga dimulai dengan cara menuliskan hal apa saja yang dialami atau dirasakan oleh peserta didik sejak bangun pagi hingga sampai ke sekolah. Catatan-catatan mereka tersebut harus dituliskan dalam bentuk jurnal literasi yang selalu diperiksa oleh wali kelas setiap hari.
  Â
B. Masalah yang Dihadapi dalam Menjalankan Literasi melalui Aksara Berkaki
Menjalankan literasi program literasi di sekolah, khususnya di SMAN.1 Pangkalankuras cukup berat. Pertama, program literasi ini merupakan terobosan pertama yang dilakukan di SMAN.1 Pangkalankuras. Kedua, Kelas X IPA 3 merupakan satu-satunya kelas yang menjalankan program literasi di SMAN.1 Pangkalankuras.
Memang tak dapat dipungkiri SMAN.1 Pangkalankuras merupakan sekolah yang tergolong besar di Kecamatan Pangkalankuras. Hal ini dilihat dari jumlah peserta didiknya lebih kurang 1.200 orang. Dengan jumlah rombongan belajar 26 rombel. Ditambah legi dengan 3 rombel kelas jauh yang ada di Bukit Kesumah. Dengan demikian terdapat 29 rombongan belajar.
Hal ini tidak berbanding lurus dengan minat baca tulis peserta didik. Peserta didik lebih tertarik memegang HP, daripada memegang dan membaca buku. Hampir semua peserta didik sudah memiliki HP yang canggih. Namun dampak dari penggunaan HP yang tidak bijak ini sangat memengaruhi minat baca peserta didik . Jangankan untuk membaca lima menit sebelum pelajaran dimulai, selama ini untuk membaca buku ketika jam pelajaran pun mereka tergolong malas. Membaca tidak lagi menjadi hobi, tapi hanya sekadar memenuhi tuntutan pelajaran atau diminta guru.
Seharusnya jumlah atau kuantitas yang banyak harus didukung oleh minat baca dan kreativitas yang besar pula. Sehingga program Permendikbud nomor 23 tahun 2015 tentang pentingnya membaca lima belas menit sebelum pelajaran dimulai dapat terealisasikan.
Kondisi seperti yang disebut inilah yang menjadi masalah pertama yang cukup besar dihadapi oleh penulis. Sebagai terobosan baru untuk merealisasikan Permendikbud nomor 23 tahun 2015, penulis mengambil kelas sasaran kelas X MIA 3.
Dengan demikian, kelas X MIA 3 dapat dikatakan satu-satunya kelas yang telah memiliki 'Pojok Literasi' dengan program penerapan  budaya literasi melalui aksara berkaki.
Kedua, selain dari masalah yang telah disebut tersebut, masalah lain yang dihadapi oleh penulis ketika menerapkan budaya literasi melalui aksara berkaki adalah keterbatasan buku yang dibaca oleh peserta didik. Untuk mengatasi hal ini, maka penulis mengajak kepada seluruh elemen sekolah untuk menyumbangkan satu orang satu buku. Dengan cara ini, alhamdulillah pojok literasi di kelas X MIA 3 sudah terisi oleh buku-buku bacaan.
Penulis juga meminta sumbangan buku dari masyarakat setempat atau toko-toko buku di sekitarnya baik secara langsung maupun melalui media sosial. Alhasil sudah terdapat ratusan buku di pojok literasi kelas X MIA 3 yang bervariasi. Mulai dari buku-buku sastra maupun buku-buku populer.
Ketiga, masalah yang dihadapi oleh penulis adalah keterbatasan waktu untuk kegiatan literasi. Hal inilah yang melatarbelakangi penulis untuk membuat program literasi melalui aksara berkaki. Dengan buku-buku yang sudah tersedia di pojok literasi peserta didik dapat meminjam buku atau membawanya pulang ke rumah. Dengan syarat buku-buku yang telah dipinjam harus dikembalikan ke pojok literasi. Jadi, membaca buku kapanpun dan di manapun. Hasil dari membaca tersebut harus dilaporkan secara tertulis setiap hari pada jam pertama dan diparaf atau ditandatangani oleh guru yang masuk pada jam pertama.
Kelima, media yang dijadikan bahan bacaan oleh peserta didik sangat terbatas pada buku atau cetakan di kertas saja. Untuk mengatasi hal ini, ke depannya penulis bermaksud untuk mengirimkan tulisan tersebut ke website sekolah atau melalui link berita sekolah.
Peserta didik dapat membaca tulisannya di website sekolah tersebut. Kemudian topik yang ditulis tersebu, dapat dijadikan lagi sebagai bahan diskusi untuk kegiatan literasi. Â Dengan demikian, website sekolah ke depannya dapat dijadikan sebagai bahan literasi. Sehingga media bacaan lebih bervariatif, update, serta kekinian.
3. HASIL DARI PENERAPAN LITERASI MELALU AKSARA BERKAKI
1. Peserta didik sedanng melakukan kegiatan literasi
Adapun hasil yang diperoleh dari kegiatan literasi melalui aksara berkaki adalah sebagai berikut :
Selama tiga bulan berjalan kegiatan ini, terlihat hasil yang cukup memuaskan. Bahwa apa yang dilakukan secara berulang-ulang akan menetap permanen sebagai suatu kebiasaan dan akhirnya membentuk suatu karakter.(Haryanto Kandani)
Peserta didik mulai terbiasa melakukan kegiatan baca tulis. Kegiatan yang semula dipaksakan akhirnya secara sadar mulai menjadi keiasaan peserta didik di kelas X MIA 3. Walau tanpa diminta dan dibimbing mereka secara sadar melakukan literasi. Sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh James M. bahwa "Karakter terbentuk dari apa yang Anda lakukan pada upaya ketiga atau keempat"
4. RENCANA PENGEMBANGAN LITERASI DI MASA DEPAN
Adapun rencana pengembangan literasi di masa depan adalah :
Program literasi melalui aksara berkaki dapat dilakukan oleh semua kelas/semua rombel yang ada di SMAN.1 Pangkalankuras.
Kelas X MIA 3 dapat dijadikan sebagai motivasi dan  contoh bagi penerapan literasi di SMAN.1 Pangkalankuras.
Menyediakan link internet khusus untuk mengirimkan hasil bacaan peserta didik , sehingga bacaan lebih bervariasi, lebih update, serta lebih kekinian.  Link berita tersebut da[at dijadikan sebagai bahan bacaan  bagi peserta didik , sehingga tidak membosankan.
Dengan program literasi melalui aksara berkaki dapat menumbuhkan karakter peserta didik yang gemar membaca dan menulis, sehingga dapat memanfaatkan HP, media sosial secara bijak dan benar.
5. PENUTUP
Segala puji syukur tak lupa kita ucapkan kepada yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas dalam penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih ada kekurangan meskipun penulis sudah berusaha semaksimal mungkin. Hal ini disebabkan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, tidak ada kata-kata yang lebih indah melainkan saran dan kritik yang membangun dari seluruh pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya sebagai penutup penulis mohon maaf segala kekurangan dan kesalahan, serta penulis berdo'a semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Amin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H