Mohon tunggu...
Melchior Purnama
Melchior Purnama Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Filsafat Di Institut Filsafat Dan Teknologi Kreatif Ledalero

Saya menyukai dunia tulisan entah itu artikel ilmiah, sastra, dan lain sebagainya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Datang Untuk Pergi

24 November 2024   23:31 Diperbarui: 25 November 2024   00:14 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: Pergi, sumber: Pinterest 

"Maaf mungkin berat untuk kau terima dan tak semudah kita mengenal dulu"

"Aku butuh penjelasan bukan permainan kata"

" Sabar Sophia. Ketidaksabaranmu membuat aku tak bisa melepaskanmu. Dan Kau tahu, bahkan melupakanmu saja adalah kesalahan terbesar yang kadar sesalnya melebihi kapasitasnya"

"Terus, apa yang ingin kamu bicarakan". Nada suaraku berubah ketus menanggapi jawabanmu.

"Dengar Sophia. Kamu tahu masa depanku adalah menjadi orang baik dan sukses agar bisa membahagiakan orang-orang yang kucintai. Dan esok aku harus pergi untuk mengikuti test menjadi tentara. Jadi aku mesti pamit dari hadapanmu. Bukan berarti aku melepaskan dan melupakan semua kisah kita. Artinya, adalah rasa kita tetap bersama selamnya, hanya raga kita mesti membutuhkan jarak untuk tak bersua. Jadi, apa kamu keberatan?"

"Penjelasanmu yang begitu panjang membuat aku mengerti bahwa kamu pergi untuk masa depanmu. Aku tak pernah menyanggah atau tidak setuju atas kemauanmu. Berlaksa dukungan dan semangat mengalir dari mulutku, walau kepahitan kukecap karena jarak yang memisahkan kita dengan sendirinya menjadi tantangan bagiku dan bagimu untuk menjaga kesetiaan. Kau pun mengatakan jarak dan waktu yang saling berkonspirasi melalui cerita semesta tak serta-merta membawa kita pada kemestian untuk saling melupakan. Dan kau meyakini aku bahwa kamu akan kembali secepatnya seusai menggapai mimpimu."

   " Sejujurnya tanpa ragamu di sini terasa hampa mendera diriku. Apalagi kelebat rindu yang tak pernah habisnya menghujani rasaku. Walau begitu aku tetap berkomitmen untuk menjaga kisah asamara kita. Memang kerinduan terobati saat kita beradu asmara melalui layar virtual. Dan aku syukuri atas kebaikan media sosial diantaranya WA, fb, dan Instagram membantu saling mengabari antara kita. "

    Sepuluh bulan lamanya saling bertukar kabar tanpa adanya pertemuan raga. Hingga pekan itu pun hadir tak terduga. Kau tiba-tiba hilang kabar bagai ditelan dunia. Atau mungkin saja kau dihapuskan dari script cerita semesta yang membingungkan. Menjalani hari selama sepekan tanpa kabar darimu sangat berat. Walau aku akui kini rindu memang berat saat ini. Hingga sepekan berlalu, semua rekayasa terkuak dengan kebohongan besarmu selama ini. Di via beranda facebook dan layar story WA-ku terpampang indah foto kerenmu berbalutkan ""jubah putih tak bernoda nan agung" yang membuat aku bertanya-tanya. Selepas semua itu, bukti kuat menunjukan captionmu menerangkan dengan singkat dan jelas makna dibalik image profilmu yang bertuliskan " Melepaskan ciptaan-Mu terlalu mudah, Namun melepaskan zirah suci-Mu terlalu berat Tuhan.". Penjelasan singkat itu menjerumuskan aku pada kenyataan yang sesungguhnya bahwa impian kelakmu adalah menjadi Imam Tuhan. Kupikir maksud dari kemauanmu untuk menjadi tentara sebagai kecintaanmu pada negara dan itu mulia. Lantas, prasangkaku benar-benar salah. Rupanya tentara dalam impianmu adalah tentara Tuhan. Aku begitu puas mengetahui segalanya. Namun kebohonganmu terhadapku adalah penjara yang membuatku terkurung dalam ketidakpercayaan karenamu. 

    "Proficiat Frater, semoga kuat dalam panggilan Tuhan. Jangan tinggalkan Tuhan sebagaimana kamu tinggalkan aku yang tak berarti ini". Demikian tulisku pada kolom chat  atas hari bahagiamu, walau tak kau balas bahkan read pun tidak. Kemungkinan kamu telah melupakan aku sebelum waktunya tiba. Dan aku ingin bilang Hati-Hati Di Jalan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun