Mohon tunggu...
Ady Hisyam
Ady Hisyam Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Salam Mewalan Arus Dari Ketidak Adilan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Republic Drakula

31 Juli 2013   14:17 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:47 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Ternyata bawang putih harganya naik..”, tegas seorang istri pada suaminya. “Emang apa yg tidak naik di negeri ini ma?”, jawab suaminya lugu sambil nyeruput surat kabar.

Bawang putih harganya naik gila-gilaan, saudara tirinya alias bawang merah gak mau kalah ikutan tren. Layaknya gadis ABG yg labil mereka berdua kompak ngilang. Gw gak peduli kata tivi, koran, atau pemberitaan lainnya. Gw gak ngurus dengerin ribut-ribut antara dinas pertanian ama dinas perdagangan terkait impor bawang. Di benak gw cuma ngendon dua pertanyaan.

Pertama, bukankah negeri kita ini subur makmur, tanahnya gak kering kayak Arab Saudi atau Ethiopia. Bahkan kata Koes Plus aja tongkat kayu ditancepin bisa tumbuh pohon. Maka logika dari mana kalau sampai kita kehabisan stok bawang, pertanyaan ini juga berlaku mengapa beras, gula, sembako, garam sampe daging sapi meski diimpor, logika dari mana coba?

Inilah yg memunculkan pertanyaan kedua, bukankah kondisi di negeri ini ayem tentrem. Kita bukan lagi hidup di era ketika jenderal Spoor memaklumatkan operasi gagak. Ketika republik memaklumatkan kondisi darurat perang. Kita sudah tidak hidup di era seperti itu. Gw sering lihat para ibu-ibu petani di kampung gw berangkat ke sawah dg riang. Ipar gw juga santai-santai aja melihara sapi. Maka sekali lagi logika dari mana aneka kebutuhan pokok di negeri ini naik gila-gilaan, pake ngilang lagi.

Gw jadi mikir, jangan-jangan kondisi seperti ini bukan akibat petani kita sudah lupa cara menanam bawang, tebu, ama padi. Juga bukan para peternak kita udah lupa cara gemukkin sapi ama cara ngerayu ayam supaya bertelur. Juga bukan gara-gara air laut di negeri ini sudah jadi manis, sampe-sampe garam aja impor. Jangan-jangan kondisi ini karena penguasa sengaja cari untung dari rakyat.

Lihat saja semua di negeri ini mahal. Sekolah, mahal. Kesehatan, mahal. BBM, mahal. Bahan bangunan, mahal. Transportasi , mahal. Sembako, mahal. Semua di negeri ini mahal, seakan-akan kita hidup di tengah-tengah benua Antartika yg cuma ada bongkahan es batu doang.

Lalu lari kemana semua kekayaan negeri ini. Lalu dibuang kemana hasil pertanian, peternakan, dan perikanan negeri ini. Sekali lagi jangan-jangan kondisi ini muncul dari kesengajaan. Penguasa sengaja tutup kuping, tutup telinga gak mau mengurusi dan mengelola SDA negeri ini. Penguasa juga sengaja menakdirkan dirinya menjadi corporate state alias negara swalayan. Maka kalau kita semua ingin dapat pelayanan plus-plus ya harus berani membayar mahal.

Penguasa udah gak mau lagi jadi pelayan rakyat, tapi ingin dilayani oleh rakyat. Maka kalau sudah begini apa bedanya penguasa negeri ini dengan drakula yg kalau siang bolong asik-asikan ngorok dalam peti mati, kalau malam bangun kelayapan menghisap darah.

#gw jadi mikir jangan-jangan penguasa kita emang drakula, makanya bawang putih sekarang langka.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun