Mohon tunggu...
Melati Triwangi
Melati Triwangi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Andalas

Saya merupakan seorang mahasiswi yang memiliki passion diberbagai bidang

Selanjutnya

Tutup

Music

Industri Musik Internasional

10 Agustus 2023   01:12 Diperbarui: 10 Agustus 2023   01:18 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Musik. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Industri musik merupakan suatu industri kultural dimana unsur yang lebih dominan adalah masalah industri namun juga terdapat unsur kesenian di dalamnya. Industri musik merupakan bisnis yang mendatangkan keuntungan besar. Menurut Dolfisma dalam Dimas Andika (2008), bahwa industri musik sedang mengalami masa perubahan dimana aktivitas utamanya  tidak akan lagi mengandalkan penjualan hak cipta saja.

Pelaku bisnis industri musik mengembangkan model bisnis dalam industri musik dengan menciptakan sebuah lahan baru yang dapat mendatangkan keuntungan bagi para musisi yang dimulai dari pertunjukan langsung atau konser, hingga produk digital. Beberapa jenis penghasilan yang dapat diperoleh oleh musisi dalam industri musik adalah :

1. Penghasilan dari penjualan hak cipta produk rekaman (royalty)
2. Penghasilan dari pertunjukan musik / konser (live performance)
3. Penghasilan sebagai bintang iklan dan product endorsement
4. Penghasilan dari penjualan suvenir atau merchandise.

Musik mempunyai pengaruh dan dianggap penting sebagai landasan kehidupan budaya di negara berkembang dan dipahami dengan baik. Produksi musik populer lokal telah tumbuh dan berakar pada budaya lokal yang sudah lama berdiri, dan telah muncul di banyak negara di dunia sehingga berkembang menjadi industri ekonomi yang signifikan melalui penyebaran yang lebih luas seperti praktek live music, penyiaran lokal dan nasional, pembentukan industri rekaman dalam negeri dan  bagi beberapa musisi akan mendapat akses ke pasar musik internasional. Proses ini berangkat dari fakta bahwa produksi musik untuk keuntungan ekonomi dapat memberikan jalan yang dapat diakses oleh individu dan kelompok.

Banyak cara atau keterampilan kerja yang dapat dilakukan untuk memasuki industri musik dengan modal dan hambatan masuk yang relatif rendah. Biasanya individu atau kelompok dapat memulai dengan live musik dan mendapat bayaran langsung dan jika mereka berhasil dan diterma masyarakat mereka dapat pindah ke penyiaran atau rekaman untuk pasar lokal. 

Di banyak negara di seluruh dunia berkembang, pencatatan skala kecil perusahaan telah bermunculan selama bertahun-tahun, melayani jaringan penyiaran lokal dan gerai ritel. Sejak itu seringkali tidak ada rezim hak cipta yang efektif yang berlaku, biaya yang harus ditanggung pengguna bisa sangat kecil, dan tentu saja ini juga berarti bahwa pengembalian ke komposer dan pemain musik kemungkinan akan dibatasi dengan cara yang sama.

Namun, pada akhirnya, industri musik lokal yang sedang berkembang di negara berkembang terpengaruh oleh pasar internasional, melalui dua jalan. Pertama, sektor produksi industri musik negara semakin menjadi sasaran bagi perusahaan rekaman transnasional besar. 

Kedua, konsumen yang tuntutan untuk jenis musik yang beredar secara internasional tumbuh karena musik seperti itu lebih tersedia, saat pendapatan meningkat, dan saat selera berubah menyebabkan proporsi musik produksi dalam negeri dan total permintaan musik negara cenderung menurun seiring dengan perkembangan yang terus berlanjut.

Beberapa genre musik lokal telah berkembang dari waktu ke waktu untuk mendominasi kancah internasional, dimulai dengan jazz dan beralih ke rock'n'roll, rap, hiphop, reggae, dan bentuk atau genre musik lainnya. Meski demikian, rupanya untuk bergabung dengan industri musik yang dilirik hingga kancah internasional tidaklah mudah. 

Umumnya, musik dari beberapa belahan dunia telah mendapat perhatian yang lebih di dunia internasional melalui aktivitas rekaman sendiri atau independen dan berdiri agak terpisah dari perusahaan transnasional besar, serta melalui pengembangan kategori khusus yang dikenal sebagai Musik Dunia yang mewakili berbagai genre atau gaya musik tertentu. 

Musik seperti ini berasal dari berbagai belahan dunia, seperti musik salsa dari Kuba dan Puerto Rico, zouk dari Antilles Prancis, rembetika dari Yunani, raï dari Aljazair, qawwali dari Pakistan dan India, dan banyak lagi. Jenis musik ini memiliki potensi "persilangan", yaitu perpaduan antara musik tradisional dengan gaya musik "barat". Meskipun Musik Dunia masih hanya mencakup sebagian kecil dari pasar musik global, namun popularitas musik ini tampaknya semakin tumbuh dan dikenal. Dengan demikian, jelas terlihat bahwa musik dapat menjadi kontributor yang signifikan bagi kehidupan ekonomi dalam pembangunan negara.

Seperti yang telah kita lihat, AS, Eropa dan Jepang telah mendominasi dan memiliki peran yang lebih besar dalam memainkan industri penerbitan dan rekaman suara terhadap globalisasi musik dibandingkan dengan segelintir dari perusahaan transnasional yang mendapatkan kendali atas pasar. 

Dalam keadaan ini, ruang lingkup bagi artis dan produser musik independen, terutama dari negara berkembang, untuk mendapatkan bagian pasar sangat dibatasi. Sementara beberapa genre dan gaya musik lokal telah diambil alih di sirkuit internasional, membangun sarana untuk pertukaran budaya dan difusi dan dalam beberapa kasus mengarah ke imbalan ekonomi yang besar untuk beberapa individu dan untuk beberapa negara berkembang, penetrasi musik lokal ke ranah dunia berjalan sangat lambat. Di mana itu terjadi, itu umumnya berada di bawah kontrol industri global. 

Dalam banyak kasus hal itu terjadi tanpa pembayaran apa pun yang timbul ke pencetus musik. Rezim hak cipta yang lebih kuat di masa depan akan menjadi penting dalam menangani masalah ini dan dalam memastikan penghargaan yang sesuai untuk pencipta musik, tidak hanya di negara berkembang tetapi di seluruh dunia.

Empat grup musik global memiliki aktivitas korporat yang ekstensif di banyak negara. Sebagian besar seniman, baik kontemporer, alternatif, rap, klasik, country, atau rock, adalah seniman berbahasa Inggris. Produser musik empat besar juga mengontrol sebanyak mungkin proses produksi, mulai dari mencari bakat baru hingga pembelian berbasis web. Produser musik raksasa memiliki akar perusahaan di Amerika Serikat, Jepang, dan Eropa. Mereka telah menjadi pemimpin industri melalui serangkaian merger dan akuisisi, yang kemungkinan besar akan berlanjut di masa depan meskipun ada bias anti-AS dari komisi merger UE.

Saat ini seluruh dunia sedang berpacu-pqacu memajukan industri musiknya masing-masing agar dapat bersaing dinkancah internasional. Hal tersebut tentunya semakin membuahkan hasil. Disaat Amerika memiliki artis atau penyanyi yang terkenal di kancah Internasional seperti Maroon 5, Taylor Swist, yang lainnya, di belahan dunia lain yaitu Korea Selatan juga berpacu-pacu dalam industri musiknya yang dikenal dengan K-Pop. Saat ini demam K-Pop atau Korean Pop sedang memanas dan merajalela tidak hanya di Kora namun diseluruh belahan dunia.

Hal tersebut dibuktikan dengan pendapatan  K-pop dari pasar global pada tahun 2016 mencapai rekor sebesar US$4,7 milyar atau sekitar Rp66,8 triliun. Besarnya pendapatan ini tentunya  memberi stimulus luar biasa untuk ekonomi Korsel. Ekspor komoditas budaya dan konsumen naik setidaknya 2% lebih tinggi dari total pertumbuhan ekspor negara tersebut.

Perkembangan industri musik di Asia dimulai ketika berkembangnya Japanese pop atau aliran musik Jepang yang dikenal dengan istilah J-pop di tahun 1990-an yang merupakan salah satu hal menarik dalam sejarah industri musik Asia. Namun saat ini kepopuleran J-pop telah dikalahkan oleh K-pop semenjak awal abad 21. 

Berbeda dengan J-pop, K-pop kental dengan nuansa pengaturan musik dan liriknya yang menarik, dan menonjolkan sisi personal yang nyentrik, kostum yang mencolok, dan juga koreografi yang cantik. Tentunya kesuksesan K-pop tidak terjadi secara kebetulan saja, namun karena pemerintah berhasil secara efektif menerapkan teori pertumbuhan makroekonomi dalam mendukung perkembangan K-pop. Industri musik di Korsel bertumbuh secara maksimal sejalan dengan pengembangan tiga hal penting yang menjadi titik berat dari teori tersebut, yaitu: sumber daya penunjang, sumber daya manusia, dan teknologi.

Hal ini dimulai setelah krisis moneter Asia 1998, dimana pemimpin Korea Selatan mengambil langkah yang strategis dalam memakai musik untuk membangun citra dan dampak kultural negara tersebut. Saat itu pemerintah Korsel mengalokasikan jutaan dolar untuk membentuk kementerian kebudayaan dengan satu departemen khusus untuk K-pop.

Dalam pengembangan sumber daya manusia, terdapat tiga perusahaan rekaman di Korsel (SM,YG, dan JYP Entertainment) menjadi yang terdepan dan yang terbesar dalam penggalian bakat idola K-pop. Bakat-bakat ini digembleng secara menyeluruh selama beberapa tahun sebelum memulai karir mereka di industri musik. Pelatihan yang diberikan tidak hanya mencakup menyanyi atau menari, namun juga penguasaan bahasa asing dan komunikasi publik.

Tidak hanya itu saja, teknologi juga punya peranan penting dalam menunjang pertumbuhan K-pop. Di tempat-tempat publik di kota Seoul tersedia wi-fi gratis. Dengan teknologi wi-fi, streaming lagu dan video K-pop jadi lebih mudah. Hal ini tentunya menunjang kepopuleran musik K-pop dan penjualan tiket konsernya. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa perkembangan K-Pop yang sangat signifikan ini disebabkan oleh beberapa faktor pendukung, mulai dari konsep, teknologi, hingga dukungan pemerintah.
 
Referensi :
Andika, Dimas. 2008. Analisis Pemenuhan Kewajiban Administrasi Perpajakan atas Penghasilan Musisi Internasional. Skirpsi. Fakultas Ilmu Sosial dan Politik: Universitas Indonesia.
McPhail, Tomas L. 2006. Global communication : theories, stakeholders, and trends. Oxford : Blackwell Publishing.
Throsby, David . 2002. THE MUSIC INDUSTRY IN THE NEW MILLENNIUM: Global and Local Perspectives. Paper. Macquarie University. https://www.researchgate.net/publication/237379351_The_music_industry_in_the_new_millennium_Global_and_local_perspectives diakses 17 februari 2021.
https://theconversation.com/k-popnomics-bagaimana-indonesia-dan-negara-lain-bisa-belajar-dari-industri-musik-korea-107897 diakses 17 februari 2021.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun