Dewasa ini sosial media serasa riuh hiruk pikuk oleh berbagai macam kasus, berita, tren, dan permasalahan lainnya. Semakin mudahnya masyarakat dalam mengakses informasi, maka semakin besar peluang masyarakat tergiring opini media.
 Dalam hal ini, pola berpikir oposisi biner dari masyarakat menjadi suatu hal yang membahayakan.Â
Dalam cara berpikir ini, hanya ada hitam dan putih, gelap dan terang, baik dan buruk. Dimana yang hitam akan selamanya hitam, dan yang putih akan selalu putih. Tidak akan percampuran atau bias di antara keduanya. Cebong dan Kadrun adalah bukan teman, berarti mereka adalah musuh, dan selamanya tidak akan berteman.Â
Cara berpikir yang sederhana, lebih ke tidak ingin rumit. Padahal sebenarnya segala sesuatu yang ada di dunia ini sangatlah kompleks. Cara berpikir seperti itulah yang membuat masyarakat mudah digiring dan dipecah menjadi kubu-kubu yang berbeda.
Media massa (pers) sangat rentan ditunggangi kepentingan, terutama kepentingan elite politik. Media massa adalah mesin manipulator yang sangat tepat untuk meluncurkan propaganda politik.Â
Dan hal yang mengerikan adalah ketika seseorang tidak menyadari bahwa sesuatu yang ia gaungkan dengan membara adalah sesuatu yang memang sudah direncanakan agar terjadi sejak berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun oleh 'para elite'.Â
Terkadang masyarakat tidak menyadari bahwa ia dijadikan sebagai propaganda pemuas hasrat iblis berdasi yang pandai berorasi.
Mereka, para elite pemain permainan kekuasaan yang selalu lapar. Dan jika ditanya "siapa?" jawabannya adalah semua orang berpotensi melakukannya.Â
Maksudnya,semua manusia dikaruniai nafsu. Ia adalah sesuatu yang buas, selalu lapar dan tidak pernah puas. Contoh kecilnya, kita mungkin mengumpat kepada tuan dan puan bertuxedo rapi yang duduk dibawah atap kura-kura Ibukota, karena mereka melakukan sesuatu yang tidak menguntungkan atau bahkan merugikan masyarakat.Â
Tapi bagaimana jika dibalik? ketika seseorang mempunyai uang, kekuasaan, dan kekuatan untuk menguntungkan diri sendiri, sifat rakus manusia akan mengambil alih. Mungkin sebagian besar akan bilang "ah tidak, aku akan berbeda dengannya.Â
Tentu kepentingan masyarakat itu lebih penting". Tidak kawanku, jangan menjawabnya sekarang. Silahkan menjawab ketika sudah di kursi itu.
Para pemain permainan kekuasaan, mereka memiliki beberapa aturan hukum yang manipulatif. Mereka menggunakannya sebagai pedoman berulang-ulang kali.
Sifat hukumnya yang tidak kaku dan dinamis membuatnya terus berkembang melengkapi hukum yang lama dan menciptakan hukum baru yang lebih efektif.Â
Dibutuhkan kreatifitas untuk melakukan manipulasi, dan mungkin ini adalah kreatifitas yang sudah menjadi bakat sejak lahir. Berpikir licik itu kreatifitas yang ia bawa sedari lahir. Mari mengambil 1 contoh hukum permainan kekuasaan yang berhubungan dengan propaganda.
 "Hukum permainan kekuasaan III : Sembunyikan pisau anda didalam pena tinta yang terlihat tidak berbahaya"
Para penipu terbaik melakukan segalanya yang bisa mereka lakukan untuk menutup-nutupi kualitas jahat mereka. Mereka memancarkan aura kejujuran dalam suatu bidang untuk menyamarkan kecurangan mereka pada bidang-bidang lain. Kejujuran hanyalah suatu umpan lain dalam gudang senjata mereka.
Tipuan senantiasa menjadi strategi terbaik, tetapi tipuan terbaik membutuhkan tabir asap yang tebal untuk mengalihkan perhatian oranglain dari tujuan mereka yang sebenarnya.Â
Mereka menggunakan tabir asap untuk menyamarkan tindakan. Jika anda membimbing sibodoh menyusuri jalur yang sudah dikenalnya, ia tidak akan mau ikut saat anda membimbingnya menuju sebuah perangkap. Untuk itu anda butuh tabir asap untuk menghalangi pandangan mereka.
Ketika pemain permainan mendambakan kekuasaan, mereka harus dengan cepat mengesampingkan kejujuran dan melatih dirinya dalam seni menyembunyikan niat.Â
Dan ketika mereka menguasai seni itu, mereka akan selalu menduduki posisi menguntungkan. Hal mendasar dalam menyembunyikan niat adalah kebenaran sederhana tentang sifat alami manusia. Setelah mata korban tertipu pada umpan, mereka pasti gagal menyadari hal yang sesungguhnya direncanakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H