Mohon tunggu...
Melati Indah Sari
Melati Indah Sari Mohon Tunggu... Penulis - 18190024

Puisi adalah kata hati paling tulus nan suci.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Di Manakah Iba Sang Pelita Dunia?

2 Juni 2019   01:35 Diperbarui: 2 Juni 2019   01:50 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semesta

bukankah fajar ada dilangit mu?

Pula fatamorgana pun jua keindahanmu

serta hujan dan pelangi menjadi suka duka yg berpadu?

lalu mengapa insan didunia

dengan segala insting istimewanya

fitrah kharibaan Sang Maha Esa

tak dapat mengindahkan tanahnya

tak dapat menghijaukan padang pasir nya

pula tak dapat menyatukan warna warnanya

Bukankah manusia terlahir sama?

kodrat yang tak jauh berbeda?

akal yang serupa

lalu apa yang dibanggakan?

hingga ego menyeruak bak api yang berkobar nyata

Ya Khaliq..

Sang Maha Pencipta..

Kudengar ayat suci itu

diantara bingkai Qur'an Mu

yang lantang dengan suara merdu

Kudengar ayat suci itu

Diantara makna makna indah

yang tak jarang dikumandangkan kala itu

Tidakkah Engkau hadirkan manusia

para pelita dunia

bak bintang, mentari serta rembulan yang indahkan semesta?

Tidakkah Engkau jadikan mereka penjaga,

pemimpin

serta pengatur kemashyuran dunianya?

Kini

yang ada hanya belagak dewa bertahta

egoisme insan saling merajalela

serta hanya kemegahan saja tujuan akhirnya

betapa hinanya manusia

betapa malunya raga dan jiwa

yang diciptakan Sang Kuasa

ketika perpecahan, 

kerusakan

serta bodohnya ego merajai hati dan akal kita?

Sadarlah wahai para pelita dunia

Ini duniamu

ini singgahsanamu

berbedapun dirimu

kau tetap saja layaknya pelangi

yang semesta indah karenanya

bukan hancur lebur tak tersisa

Wahai para manusia

tidakkah kau rindu

tidakkah kalian ingin bahagia hingga haru

ketika nusantara kita

masyhur dan gagah bak garuda

indah dipandang layaknya samudera

Siapa yang perlu bergerak?

hati siapa yg perlu tergerak

Kita!  Manusia!  

Jika kau tak merasa iba

jika kalian tak rasa kan

air mata serta keringat pertiwi jatuh karena kita

Pergilah!

tanah yang kau pijaki tak perlu kau langkahi lagi

udara yang kau nikmati

tak perlu lagi kau hembuskan lagi!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun