Semesta
bukankah fajar ada dilangit mu?
Pula fatamorgana pun jua keindahanmu
serta hujan dan pelangi menjadi suka duka yg berpadu?
lalu mengapa insan didunia
dengan segala insting istimewanya
fitrah kharibaan Sang Maha Esa
tak dapat mengindahkan tanahnya
tak dapat menghijaukan padang pasir nya
pula tak dapat menyatukan warna warnanya
Bukankah manusia terlahir sama?
kodrat yang tak jauh berbeda?
akal yang serupa
lalu apa yang dibanggakan?
hingga ego menyeruak bak api yang berkobar nyata
Ya Khaliq..
Sang Maha Pencipta..
Kudengar ayat suci itu
diantara bingkai Qur'an Mu
yang lantang dengan suara merdu
Kudengar ayat suci itu
Diantara makna makna indah
yang tak jarang dikumandangkan kala itu
Tidakkah Engkau hadirkan manusia
para pelita dunia
bak bintang, mentari serta rembulan yang indahkan semesta?
Tidakkah Engkau jadikan mereka penjaga,
pemimpin
serta pengatur kemashyuran dunianya?
Kini
yang ada hanya belagak dewa bertahta
egoisme insan saling merajalela
serta hanya kemegahan saja tujuan akhirnya
betapa hinanya manusia
betapa malunya raga dan jiwa
yang diciptakan Sang Kuasa
ketika perpecahan,Â
kerusakan
serta bodohnya ego merajai hati dan akal kita?
Sadarlah wahai para pelita dunia
Ini duniamu
ini singgahsanamu
berbedapun dirimu
kau tetap saja layaknya pelangi
yang semesta indah karenanya
bukan hancur lebur tak tersisa
Wahai para manusia
tidakkah kau rindu
tidakkah kalian ingin bahagia hingga haru
ketika nusantara kita
masyhur dan gagah bak garuda
indah dipandang layaknya samudera
Siapa yang perlu bergerak?
hati siapa yg perlu tergerak
Kita! Â Manusia! Â
Jika kau tak merasa iba
jika kalian tak rasa kan
air mata serta keringat pertiwi jatuh karena kita
Pergilah!
tanah yang kau pijaki tak perlu kau langkahi lagi
udara yang kau nikmati
tak perlu lagi kau hembuskan lagi!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H