Seperti yang kita ketahui bahwasanya kemerdekaan Indonesia tak hanya diusahakan oleh para pejuang-pejuang militer saja, namun kekuatan ulama dan santrinya juga menjadi kekuatan tersendiri. Ulama dan santri-santri yang tersebar diseluruh wilayah Indonesia memiliki ciri khas masing- masing disetiap daerahnya, yang mana perbedaan tersebut disesuaikan dengan adat istiadat yang sudah ada didaerah tersebut.
Hal tersebut mempermudah proses dakwah pada zamannya. Selain keahliannya dalam memperluas pemahaman mengenai keimanan terhadap Allah SWT melalui dakwahnya, Indonesia juga dibantu banyak dalam setiap perang-perangnya yang terjadi dahulu. Jumlah santri yang sangat banyak, serta keuletannya untuk mempertahankan agama dan bangsanya, menjadikan tantangan terbesar bagi Negara Negara yang menjajah bangsa Indonesia.
Soekarno juga dikatakan mendapat pengaruh yang sangat besar dari ulama, contohnya Melalui jawaban mantap seorang Kyai, Soekarno tersebut semakin mantap dan kukuh dalam mempertahankan kemerdekaan sebuah negara yang baru lahir pada saat itu.
Setelah menjawab pertanyaan Soekarno, Kyai besar KH. Hasyim Asy'ari tersebut mengeluarkan fatwa jihad, 17 September 1945.[ Fatwa ini antara lain berbunyi:
1) Â Â Â Hukumnya memerangi orang kafir yang merintangi kemerdekaan kita sekarang ini adalah fardlu'ainbagi tiap-tiap orang Islam.
2) Â Â Â Hukumnya orang meninggal dalam peperangan melawan NICA serta kompotannya adalah mati syahid.
3) Â Â Â Hukumnya orang yang memecah persatuan kita sekarang ini adalah wajib dibunuh.
Berpijak pada fatwa inilah, kemudian para ulama se-Jawa dan Madura mengukuhkan Resolusi Jihad dalam rapat yang digelar pada tanggal 21-22 Oktober 1945 di kantor Pengurus Besar Nahdatul Ulama (NU) di Bubutan, Surabaya. Dalam tempo singkat, fatwa Resolusi Jihad Fi Sabilillah ini disebarkan melalui masjid, mushala, dan gethuk tular (dari mulut ke mulut). Atas pertimbangan politik, Resolusi Jihad tidak di siarkan melalui radio dan surat kabar.
Pengaruh Resolusi Jihad yang disahkan tepat hari ini pada 73 tahun yang lalu, nyatanya sangat luas. Selain Hizbullah dan Sabilillah, anggota kelaskaran lainpun berbondong-bondong ke Surabaya. Melalui corong radionya, pidato Bung Tomo semakin "menggila" dalam menggelorakan semangat rakyatnya, setelah terbitnya Resolusi Jihad. Atas saran KH. Hasyim Asy'ari sewaktu Bung Tomo sowan ke Pesantren Tebuireng, pekik takbir harus senantiasa mengiringi pidato Bung Tomo.
"...Ribuan rakyat yang kelaparan, telanjang, dan  dihina oleh kolonialis, akan menjalankan revolusi ini. Kita kaum ekstermis. Kita yang memberontak dengan penuh semangat revousi, bersama dengan rakyat Indonesia, yang pernah ditindas oleh penjajahan, lebih senang melihat Indonesia banjir darah dan tenggelam ke dasar samudera daripada dijajah sekali lagi. Tuhan akan melindungi kita. Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar!..." Beberapa pengaruh besar diatas hanya beberapa dari sekian banyak pengaruh Islam di Indonesia. Hal ini yang juga menjadi landasan adanya Peringatan Hari Santri di Indonesia.
Dibalik maraknya usaha usaha Indonesia dalam mengejar kemajuan serta kehebatan tekhnologi, mencari kacah di mata global, serta ingin ikut serta keikut sertaan dalam persaingan dengan Negara-negara lain. Masih ada banyak sekali santri-santri dan pelajar-pelajar islami yang adab nya lebih menyejukkan dibandingkan persaingan dunia masa kini.