Mohon tunggu...
Melati Dwi Laura
Melati Dwi Laura Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - pelajar di SMA Muhammadiyah Labuhan batu Utara,sumut

Moto Hidup, "Dibalik kesulitan pasti ada kemudahan".

Selanjutnya

Tutup

Diary

Berteman dengan Sepi

4 Mei 2024   20:02 Diperbarui: 4 Mei 2024   20:11 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Berteman dengan sepi sudah menjadi hal yang biasa bagiku. Menyendiri, menghindar dari sebuah keramaian, duduk dibawah pohon sambil mengusap kesedihan. Dulu.. saat masih kecil, menjadi dewasa ku kira menyenangkan. Namun nyatanya setelah beranjak dewasa, hal ini merupakan hal yang paling kutakutkan. Dewasa bukan hanya sekedar usia, namun juga pemikiran. 

Dewasa yang sangat amat seram.. dituntut harus bisa memaklumi semua kejadian yang terjadi. Dewasa yang sangat amat menakutkan, pencapaian tak pernah di apresiasi, Namun kesalahan selalu dihakimi. ku kira... Dewasa itu mengasyikkan, namun nyatanya, jauh dari perkiraan. Aku tak pernah merasa bahwa hidupku yang paling berat, karena diluaran sana aku yakin banyak orang yang hidupnya lebih banyak ujiannya. Dewasa mengajarkan ku untuk membungkam mulut dari apapun yang terjadi. Ku kira menjadi anak broken home itu akan banyak yang menyayangi,tapi nyatanya lebih banyak yang menghakimi.

Berulang kali aku mencari tempat pelarian, seakan-akan aku sudah muak dengan kesepian. Berulang kali aku disalahkan, tapi tanpa mereka tanya apa 'sebabnya'. Mungkin.. suatu saat bom itu akan meledak dengan sendirinya. Andai mereka tahu,seberat apa menjadi anak tanpa orang tua. Andai mereka tahu seberapa besar rasa sedih dan lelahnya menanggung semuanya sendirian, seberapa sakitnya menjadi korban atas perceraian orang tua.

Hidup tanpa orang tua itu melelahkan, apalagi jika harus bertempat tinggal dengan saudara. Aku tak bisa mengungkapkannya, namun yang pasti entah sampai kapan diri ini akan bisa sembuh. Seperti butuh sebuah tempat untuk berkeluh kesah, namun tak tau siapa orangnya yang tepat. Seperti butuh sebuah pelukan, namun tak tahu siapa yang bersedia memeluk jiwa raga ini. Mungkin.. rasa trauma itu yang membuatku takut untuk sharing kepada orang lain, karena seringnya bicara yang tak didengar, cerita yang dihakimi, dan pencapaian yang tak pernah di apresiasi. Hingga kini, aku selalu Trauma dengan orang-orang baru dihidupku. Karena aku yakin,suatu saat mereka juga akan pergi meninggalkan ku,dan aku akan kembali berteman dengan sepi.

kini... yang ku butuhkan hanyalah 'Tempat untuk Bercerita'

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun