Tuhan memelukmu pagi ini. Bersama puluhan ribu uap air dari sela porimu. Tetapi yang kau inginkan bukan jumlah uap atau bahkan Tuhan.Â
Nyalimu kecil untuk mengungkapkan ingin dan mau yang tidak mau akur dengan akal.Â
Dan saat ada ribuan lainnya yang datang, kau baru ingat kau bukan sekadar makhluk-tidak-sengaja-hidup karena sepasang raksasa yang kawin tidak sengaja menjatuhkan spermanya.Â
Kau bergerak dan menarik orang-orang sejenis yang kau bilang tidak berguna saat jarakmu jauh dari mereka.
Hari ini aku juga berpikir demikian. Karena mereka, aku tidak bisa menggenapi inginku.Â
Inginku yang sebetul-betulnya sudah genap, jika ditambah satu hanya akan jadi bilangan ganjil. Bilangan ganjil yang lain, yang masih tidak tahu diri.Â
Sauh dan jangkar sudah jatuh. Kalaupun diangkat, akan membekas di permukaan air dan basah mengenai badan kapal.
 Awak kapal tidak mau tahu, mereka tidak mau berlabuh terlalu lama. Bagaimana caranya mendamaikan jangkar basah dan awak kapal tidak sabaran?
Bagaimana bila memisahkannya pada kapal berbeda?Â
Namun tujuan mereka sama. Tidak ada kapal lain menganggap penting tujuan mereka.Â
Pihak yang mau mendamaikan pun bingung. Sama bingungnya dengan awak kapal yang terlanjur ketahuan selingkuh dan punya anak berceceran. Â