Mohon tunggu...
Melathi Putri Cantika
Melathi Putri Cantika Mohon Tunggu... Freelancer - keterangan profil

Passionate Word Crafter

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Imposter Syndrome: Apa yang Dikatakan Bio Media Sosialmu?

7 Desember 2021   15:35 Diperbarui: 7 Desember 2021   16:50 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ia mungkin akan merasa lega ketika apa yang "dijual" pada sebuah tongkrongan bukanlah apa yang membuatnya minder.

Misal, bila ia minder dengan asal sekolahnya, ia tidak akan minder bila berkumpul bersama orang dengan sekolah yang sama. Namun bila ia bertemu dengan orang luar, mungkin ia akan merasa minder karena ia takut akan dipandang rendah.

Imposter syndrome bukanlah hal yang sangat jarang terjadi. Banyak orang di dunia yang mengalaminya. Sayangnya, tidak semua orang cukup menaruh perhatian akan hal ini.

Akibatnya, banyak yang merasa tidak percaya diri pada suatu forum. Ada yang menikmati present valuenya dengan cara tidak berpartisipasi aktif dalam suatu kegiatan, mungkin juga bahwa mereka dengan imposter ini akan mengembangkan sikap superior dengan mencari bahan bully.

Bagaimana imposter syndrome bekerja 

Apa yang terjadi pada otak para imposter? Saya menduga bahwa mereka menilai present valuenya terlalu rendah dan membandingkannya dengan past value, future value atau juga bisa dengan present value orang lain.

Mereka yang menginginkan tingkat kehidupan tertentu di masa depan akan gagal menikmati betapa mulusnya kehidupannya saat ini. Kehidupan yang sama yang orang lain mungkin sangat inginkan.

Bisa juga mereka yang merasa kehilangan sesuatu di masa lalu merasa bahwa jiwanya masih berada di sana dan tidak sanggup melihat apa yang ada saat sekarang. Ketika "saat sekarang" itu habis, maka ia baru menyadari bahwa momen itu sebenarnya terlalu sayang untuk sekadar menjadi media penyesalan.

Tingkat urgensi melek-nilai ini sangat penting karena menyesal dan minder hanya akan membebankan lebih banyak "biaya" pada pengidapnya. Misal kita sudah menghabiskan banyak uang untuk masuk ke kampus A, tetapi kita tidak merasa senang untuk berada di kampus A. Kita sebenarnya sedang menghanguskan uang kita karena kehilangan banyak kesempatan dengan tidak menikmati apa yang sudah kita bayar.

Solusi untuk pengidap imposter syndrome: sebuah pertandingan

Jika melihat akar masalah berupa present value yang menuntut untuk mendapat keadilan, maka yang dapat ditawarkan adalah dengan membuat orang itu merasa dirinya cukup berkapasitas

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun