Mohon tunggu...
Melathi Putri Cantika
Melathi Putri Cantika Mohon Tunggu... Freelancer - keterangan profil

Passionate Word Crafter

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Kepintaran: Sebuah Dilema Sebab Akibat

18 November 2020   10:05 Diperbarui: 18 November 2020   10:10 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun, masalahnya kampus itu yang bagus karena mencetak output yang juga bagus atau mereka memang hanya memilih input yang bagus-bagus saja sehingga outputnya tidak akan jauh berbeda dengan inputnya?

Ketika status bagus atau tidaknya sebuah institusi pendidikan ditentukan oleh seberapa pintar orang yang ada di dalamnya, maka satu-satunya yang dapat dibanggakan adalah orang atau "bensin" yang menjadi penggerak.

Kalaupun "bensin" itu dipindahkan ke motor lain, ia akan bekerja dengan sama baiknya. Kampus atau "motor" itu adalah wadah. Untuk apa bensin berkualitas bagus mengunggulkan motor yang ia akan tempati? Bukankah yang menentukan bagus atau tidaknya tarikan mesin adalah dia sendiri?

Satu hal yang bisa disamakan dengan penjelasan saya sebelumnya adalah bagaimana iklan bekerja. Kita familiar dengan fakta bahwa perempuan menggunakan produk kecantikan karena ingin kulitnya seputih model di iklan produk itu. 

Namun, apakah benar bahwa produk itu membuat modelnya terlihat lebih putih? Ataukah produk itu menunjuk sesosok perempuan sebagai model karena kulitnya yang dianggap putih?

Dua hal itu adalah ilustrasi dari kesesatan berpikir yang bisa kita sebut The Swimmer's Body Illusion. Dalam bukunya yang berjudul The Art of Thinking Clearly, Rolf Dobelli menjelaskan bahwa penamaan ini berkaitan dengan hasrat orang-orang untuk memiliki tubuh yang ramping seperti para perenang. 

Padahal tubuh ramping itu bukanlah hasil dari aktivitas berenang yang dilakukan atlet, melainkan syarat yang harus dimiliki sebagai modal utama seorang perenang.  

Jika kembali ke cerita saya sebelumnya, maka kepintaran mahasiswa yang kuliah di kampus bonafid adalah prasyarat untuk dapat mengenakan jas almamater kampus itu. Meskipun ada yang mengartikan bahwa "dianggap pintar" adalah konsekuensi dari masuknya ia ke institusi itu, yang mana adalah salah.  

Bila mereka membanggakan "sebab" yang disalahpahami sebagai "akibat", memang kenapa? Toh, faktanya mereka juga sama-sama pintar. 

Katakanlah benar bahwa mereka memang pintar, tetapi bila kita urutkan kepintaran sebagai sebuah sebab yang melatarbelakangi ia mendapat almamater bagus, maka kita akan dapatkan simpulan seperti ini.

Jika seseorang pintar, ia pasti mahasiswa dari kampus yang bagus
Andini adalah orang yang pintar
Maka Andini adalah mahasiswa dari kampus yang bagus

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun