Mohon tunggu...
Melathi Putri Cantika
Melathi Putri Cantika Mohon Tunggu... Freelancer - keterangan profil

Passionate Word Crafter

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Yang Salah dari Budaya Barat Vs Budaya Timur

3 November 2020   15:22 Diperbarui: 3 November 2020   15:49 437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Saya jengah melihat orang yang tidak punya argumen lalu menggunakan istilah budaya timur dan budaya barat hanya untuk menandakan sesuatu itu benar dan salah.

Memakai pakaian terbuka dianggap salah karena bertentangan dengan budaya timur. Masalahnya, timur sebelah mana yang dimaksud? 

Jika yang dimaksud adalah keseluruhan budaya Indonesia, maka tidak tepat bila mengalamatkan budaya timur sebagai penanda benar salahnya sesuatu. Sebab tentu semua orang tahu bahwa zaman dahulu, rakyat majapahit pun mengenakan kemben yang tidak menutup sempurna apa yang kita tutup dewasa ini. 

Bahkan jika ingin lebih harfiah dalam menyebut "timur", bagian timur Indonesia dihuni oleh suku yang memiliki konsep berbeda tentang bagaimana menutup tubuh. 

Memang koteka bukan budaya timur? Bagian tubuh mana saja yang ditutupi oleh koteka?

Bukankah akan lebih bijaksana bila para manusia ini menunjukkan dengan jelas dimana letak kesalahan hal-hal yang kita adopsi dari barat? Bukankah akan lebih logis dan diterima akal bila mereka berkenan menjelaskan kesalahan dari mengadopsi budaya luar?

Mungkin kita bisa mulai dari mendefinisikan makna budaya terlebih dahulu. Mari kita menyepakati definisi saya karena kita tidak mungkin berdiskusi dua arah pada opini yang saya tulis. 

Budaya adalah suatu kebiasaan yang dilakukan berulang. Terbiasa bangun jam lima pagi dan lari pagi setelahnya? Budaya. Membolos pada jam pelajaran Matematika selama sekolah menengah? Budaya. Menggosok gigi sebelum tidur setiap malam? Budaya.

Jadi bila ada yang menyebutkan budaya timur atau budaya utara, selatan, manapun itu, tentu kita akan membayangkan suatu kebiasaan yang dilakukan orang-orang pada area yang bersangkutan selama bertahun-tahun. Masalahnya, apakah selama bertahun-tahun itu masyarakat di sana tidak mengalami perubahan apapun?

Dari sini saya jadi penasaran, budaya zaman manakah yang dirujuk tiap kali ada orang yang menyebut-nyebut istilah budaya barat dan timur? Seks bebas sudah banyak terjadi di kota-kota besar (silakan cari sendiri hasil penelitiannya) sehingga sudah jadi budaya bagi masyarakat tertentu. Tentu salah bila mengatakan seks bebas buruk karena seks bebas adalah budaya dari barat.

Lagipula, bayangkan bila kebiasaan masyarakat tidak berubah selama bertahun-tahun, bagaimana peradaban akan maju? Bila kereta uap ditemukan dan masyarakat di sana menolak kebaruan itu karena bertentangan dengan budaya menunggangi kuda, apakah kira-kira peradaban akan semaju sekarang?

Saya juga tidak akan melekatkan segala jenis kebaruan pada budaya barat. Saya tidak yakin bahwa segala jenis hal baik dan baru berasal dari sana. Namun, tidak berarti pula bahwa istilah "budaya barat" adalah salah dari segala salah yang dapat disalahkan.

Contoh lain, Feminisme dianggap tidak patut diikuti karena berasal dari budaya barat. Lalu apa masalahnya bila Feminisme berasal dari barat? Kata-kata "berasal dari barat" adalah netral. Saya tidak sama sekali menemukan sesuatu yang salah. 

Bahkan bila ada penjelasan bahwa Feminisme berhubungan dengan penurunan angka partisipasi sekolah, kita harus memastikan apakah hubungan antara Angka Partisipasi Sekolah dan keikutsertaan pada gerakan Feminisme adalah hubungan sebab akibat atau hanya korelasi.

Jadi, bila saya yang jadi orang dengan posisi kontra terhadap suatu hal, katakanlah cara berpakaian, bagaimana saya akan bertindak, alih-alih hanya meneriakkan yel-yel anti budaya barat?

Pertama, saya akan memastikan bahwa pendengar saya adalah orang yang meyakini apa yang saya yakini. Bisa saja dia beragama Islam, tahu cara berpakaian sesuai agamanya, tetapi dia tidak percaya dengan konsep menutup aurat, tentu tidak akan efektif omongan saya jika dibandingkan dengan saat saya menegur orang yang punya asumsi sama dengan saya.

Kedua, saya tidak akan menggunakan argumen "agar tidak dilecehkan" karena argumen itu tolol. Survei yang dilakukan oleh koalisi masyarakat sipil yang terdiri dari Hollaback! Jakarta, perEMPUan, dan Perkumpulan Lintas Feminis Jakarta, menunjukkan bahwa Top 3 baju yang dikenakan perempuan saat dilecehkan adalah rok, celana panjang, dan baju lengan panjang. 

Pada akhirnya, saya akan membawa narasi syariat Islam karena beberapa opsi lain kurang tepat.

Saya rasa masyarakat harus tahu bahwa cara menolak hal-hal lain di luar kelompoknya tidak cukup hanya dengan menunjukkan bahwa hal itu tidak sama dengan apa yang ada di kelompoknya, tetapi menjelaskan secara logis mengenai apa yang dianggap baik dan tidak baik, apapun itu standarnya. Sebab sentimen kelompok saja tidak cukup. 

Apakah peserta debat yang pro terhadap Sunni dapat memenangkan lomba hanya dengan merujuk pada fakta bahwa mayoritas orang Indonesia beraliran Sunni? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun