Mohon tunggu...
Melathi Putri Cantika
Melathi Putri Cantika Mohon Tunggu... Freelancer - keterangan profil

Passionate Word Crafter

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Yang Tidak Dikatakan: Ageism

1 November 2020   20:39 Diperbarui: 7 November 2020   16:16 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sayangnya ageism ini kadang didukung oleh budaya yang seakan mengamini bahwa yang lebih tua pasti lebih kompeten dari yang berusia muda.

Ekstremnya, saya rasa panggilan kakak, mbak, atau mas, pada beberapa situasi dapat menciptakan kesan bahwa si pemilik panggilan itu memiliki suatu keunggulan tertentu bukan karena kita tahu ia telah menyelesaikan jenjang pendidikannya, tetapi karena usianya yang lebih tua dari kita.

Saya berani menjamin bahwa hal ini bukan sesuatu yang disadari secara luas karena telah terinternalisasi sejak kita kecil dan menjadi sesuatu yang sangat biasa untuk secara tidak sengaja membuat garis implikasi panggilan 'senior' ke seluruh bidang kehidupan.

Saya sendiri tidak akan keberatan sama sekali bila dipanggil dengan nama secara langsung oleh orang yang berusia lebih muda dari saya (kecuali di tempat itu ada peraturan tertentu yang menyatakan sebaliknya). 

Selama saya masih merasa dihargai dengan panggilan itu, saya rasa memanggil saya dengan nama adalah upaya memutus kecanggungan dan menghilangkan prasangka bahwa saya punya sesuatu yang lebih unggul dari dia.

Lagipula, menurut saya, dengan ketiadaan hambatan berupa panggilan semacam ini, orang akan lebih terbuka mengemukakan kritik atau opini apapun tanpa takut terjegal aspek ketidaksopanan.

Sebab pada dunia pendidikan, saya merasakan betul bagaimana prasangka orang yang lebih muda terhadap orang yang lebih tua (meski hanya selisih satu tahun) yang dikuatkan dengan kewajiban panggilan kakak yang tidak saya setujui di awal tadi.

Begini, secara tidak sadar, saya memposisikan senior saya lebih kompeten semata-mata karena usianya. Jika ada yang berdalih bahwa ia menganggap si senior lebih cakap darinya karena senior itu mengenyam pendidikan lebih lama darinya, saya ingin bertanya, memang ada hubungan positif antara lama sekolah dengan kepintaran seseorang?

Saya tidak sedang mempromosikan upaya tidak hormat kepada mereka yang lebih tua. Namun, saya sedang mempromosikan konsistensi untuk menghormati orang dengan standar yang sama.

 Jika dalam dunia pendidikan, orang dihormati karena keilmuannya, itu berarti tidak peduli seberapa pun mudanya, seseorang akan mendapat apresiasi yang sama besarnya dengan orang yang lebih tua darinya sesuai dengan kompetensi yang ia miliki.

Bukan hanya para senior yang mendapat "penghormatan berlebih" yang patut disoroti, tetapi juga para junior yang memiliki kompetensi lebih tetapi terhalang batasan usia yang secara imajiner membuat mereka merasa inferior juga patut jadi perhatian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun