Mohon tunggu...
Melani Zahra
Melani Zahra Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi

Saya adalah seorang pemikir yang sangat perfeksionis terhadap sesuatu dan sangat menyukai sebuah kebenaran terhadap keadilan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pemikiran Charles Wright Mills

15 November 2022   15:14 Diperbarui: 15 November 2022   15:23 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

pembahasan dibawah ini mengenai pemikiran Charles Wright Mills yang dipengaruhi oleh pemikiran Max Weber dengan beberapa pemikiran yaitu rasionalisasi, pekerja kerah putih (White Collar), dan imajinasi sosiologis. sebelum ke pembahasan detail pemikirannya, kita harus tahu siapakah Charles Wright Mills itu ?          

Charles Wright Milss merupakan seorang sosiolog Amerika yang disebut ilmuan sosial dan kritikus yang sangat berpengaruh di Amerika pada masa waktu seratus tahun ke-20. Mills lahir pada tanggal 28 Agustus 1916 dan wafat pada tanggal 20 Maret 2962. Mills menerima  gelar A.B dan A.M dari Universitas Texas pada tahun 1939 dan gelar Ph.D dari Universitas Wisconsin pada tahun 1941. Lalu, Mills bergabung dengan fakultas sosiologi di Universitas Columbia pada tahun 1946 hingga menjadi dosen sosiologi. Di Columbia, Milla mempublikasikan gagasan bahwa ilmuwan sosial tidak hanya terlibat dalam penelitian dan teori, tetapi juga menyalakan tanggung jawab sosial mereka.

Dalam semua tulisannya, Mills menafsirkan dunia melalui perspektif teoritis yang dipengaruhi oleh Max Weber dengan pemikirannya yang berpusat pada tema rasionalisasi. Rasionalisasi adalah suatu aplikasi praktis dari pengetahuan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Asumsi dasar rasionalisasi menurut Mills mengenai sifat manusia dan masyarakat. Mills menegaskan bahwa manusia itu tidak dapat dipahami terpisah dari struktur sosial dan sejarah di mana mereka terbentuk dan berinteraksi. Manusia sudah bergantung dengan normal-normal, nilai dan sistem kepercayaan yang berlaku dalam masyarakat. berbagai perubahan struktural yang terjadi masyarakat sebagai lembaga merangkul dan saling berhubungan. Oleh karena itu, tempo perubahan telah mempercepat era modern.

Menurut Mills, adanya pekerja kerah putih (white collar) yaitu pekerja yang menerima gaji di bawah strata tersebut. Hal ini berakar di suatu perubahan pekerjaan karena pertumbuhan terakhir birokrasi, perubahan teknologi dan meningkatnya kebutuhan pasar barang dari masyarakat industri. Mills mengamati bahwa di dalam suatu pekerjaan dipecah menjadi tugas fungsional sederhanaa dengan penetapan standar kecepatan kerja dan output. Kebijakan keputusan dan fungsi eksekutifnya akan berpusat dan bergerak menjadi hirarki. Rutinitas pekerja tersebut tidak disarankan menggunakan pertimbangan sendiri yang independen karena pengambilan keputusannya sesuai dengan aturan ketat yang dijatuhkan oleh orang lain. Pekerja kerah putih menjadi terasing dari kapasitas intelektualnya yang bekerja menjadi sebuah kegiatan yang harus dijalankan setiap hari. Munculnya pekerja kerah putih memiliki dampak mendalam pada sistem pendidikan di birokrasi-industri masyarakat. akibat munculnya pekerja kerah putih, Mills mengatakan bahwa pendidikan di Amerika telah bergeser ke arah fokus kejuruan.

Dalam pekerja kerah putih (White Collar), Mills membuat langkah awal mendefinisikan imajinasi sosiologis dengan menyebutnya pelajaran pertama sosiologi modern. Mills menegaskan manusia harus mencari pengalaman dalam konteks waktu sejarah dan dalam strata sosial. Menurutnya, perbedaan antara pikiran sosiologis yang efektif dan yang gagal terletak pada imajinasi. Imajinasi sosiologis hanyalah sebuah kualitas pikiran yang memungkinkan seseorang untuk memahami sejarah dan biografi hubungan keduanya dalam masyarakat.

Dalam imajinasi sosiologi, Mills menegaskan bahwa ilmuwan sosial "menerjemahkan masalah privat menjadi masalah publik." Artinya individu menghubungkan masalah yang dihadapinya dalam biografinya ke lembaga-lembaga sosial, relasi yang
membentuk struktur sosial dan kemudian menemukan struktur dalam sejarah. Imajinasi dirangsang dengan mengasumsikan kesediaan untuk melihat dunia dari perspektif orang lain. Dalam imajinasi sosiologi, seseorang tidak perlu takut pada tahap awal dari spekulasi untuk berpikir secara ekstrim yang imajinatif dan seseorang tidak perlu ragu untuk
mengekspresikan ide-ide dalam bahasa yang sederhana dan langsung. Ide dipengaruhi oleh cara ekspresi mereka. Menurut Mills, Sosiologi Imajinasi bekerja dengan mempengaruhi,
menggambarkan pola pikir tentang hal yang sosiologis dengan menekankan pada hubungan pengalaman individu dan hubungan sosialnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun